Dalam perjalanan organisasi ini, Tiga Serangkai aktif dalam menyebarkan gagasan nasionalisme dan bentuk-bentuk perlawanan terhadap kolonialisme. Salah satu bentuk perlawanan tersebut adalah melalui tulisan-tulisan provokatif yang dipublikasikan dalam surat kabar De Expres yang didirikan oleh Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara, yang keduanya juga berperan sebagai wartawan.
Beberapa tulisan yang sangat berpengaruh termasuk "Als Nederlander was" atau "Andaikan Aku Seorang Belanda". Selain itu, terdapat juga artikel-artikel menarik dari Tjipto Mangoenkoesoemo seperti "Kracht of Vress" yang berisi kritik terhadap tindakan sewenang-wenang pemerintah Belanda pada masa itu.
PEMBUBARANÂ INDISCHE PARTIJ
Namun tak lama, pada tanggal 4 Maret 1913, pemerintahan kolonial Belanda membubarkan organisasi Indische Partij. Keputusan ini diambil karena Indische Partij dianggap memiliki pandangan yang berbeda dengan pemerintah Belanda.
Organisasi ini dianggap sebagai gerakan yang radikal dan dianggap mengancam keamanan serta berpotensi membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah Belanda khawatir bahwa organisasi ini dapat melawan kebijakan kolonial mereka.
Gubernur Jenderal Idenburg, sebagai perwakilan pemerintah kolonial Belanda saat itu, menolak upaya Indische Partij untuk didaftarkan sebagai badan hukum pada tanggal 11 Maret 1913. Setelah pembubaran tersebut, Tiga Serangkai diasingkan ke Belanda.
Meskipun dalam pengasingannya, Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara, dan Tjipto Mangunkusumo tetap aktif dalam perjuangan mereka melalui tulisan-tulisan kritis dan fenomenal terhadap pemerintahan Belanda.
Pada tanggal 13 Juli 1913, Ki Hajar Dewantara menerbitkan tulisan berjudul "Als Ik Een Nederlander" (Jika Aku Seorang Belanda) yang dimuat dalam surat kabar De Expres. Tulisan tersebut mengkritik pemerintahan kolonial Belanda yang saat itu merayakan kemerdekaan di Hindia Belanda.
Tulisan ini juga mengungkapkan ketidakadilan yang dilakukan oleh Belanda, di mana pihak Belanda memaksa rakyat Hindia Belanda untuk menyumbangkan dana dalam rangka perayaan kemerdekaan tersebut.
Tulisan ini memicu reaksi dari pihak Belanda, yang kemudian memerintahkan penangkapan Ki Hajar Dewantara dan kedua rekannya. Ketiganya melakukan perlawanan, tetapi upaya mereka akhirnya gagal dan mereka diasingkan ke Belanda.
Setelah pengasingan tersebut, Indische Partij secara perlahan menghilang dan akhirnya bubar.