Mohon tunggu...
izatul laela
izatul laela Mohon Tunggu... Guru - Seorang Kepala Sekolah di SDN Karangsono Wonorejo Kab. Pasuruan Propinsi Jawa Timur,.

Seorang Kepala Sekolah di SDN Karangsono Kecamatan Wonorejo KAb. Pasuruan Propinsi Jawa Timur, seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang putri dan 1 orang putra, hoby menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Burung Gagak dari Surga

15 Juni 2024   15:07 Diperbarui: 15 Juni 2024   15:24 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Zaman Nabi Daud 'alaihissalam terdapat seorang perempuan yang baru saja ditinggal wafat oleh suaminya.

Dia memiliki empat anak yatim yang masih kecil-kecil. Untuk menyambung kehidupan dia dan keempat anak yatimnya, sang perempuan janda ini bekerja menjadi pemintal kapas.

Kapas dipintal menjadi benang. Setelah jadi, dia menjualnya ke pasar. Dari hasil penjualannya, dia mendapatkan 100 dirham (sekitar Rp 450.000)

Uang 100 dirham itu digunakannya untuk biaya kehidupan bersama keempat anaknya selama satu pekan ke depan.

Begitulah hari-hari dilalui oleh perempuan janda dengan empat anak yatim tersebut.

Sampai suatu ketika sang janda ini menjemur benang hasil pintalannya di atas atap rumahnya dengan harapan agar lebih cepat kering.

Untung tak dapat diraih malang takndapat ditolak. Tiba-tiba hinggap seekor burung gagak yang sangat besar membawa terbang benang hasil pintalannya.

"Benangkuuuu...." demikian teriak perempuan janda saat melihat benang hasil pintalannya dibawa sang gagak.

Perempuan janda itupun menangis. Dia membayangkan bagaimana nasib keempat anaknya nanti.

Maka perempuan janda itupun mendatangi Nabi Daud 'alaihissalam.

"Wahai Daud Nabi Allah. Jawab pertanyaanku. Apakah Allah itu adil ataukah dzalim?" Sang perempuan janda itu mendatangi Nabi Daud 'alaihissalam sambil berurai air mata.

"Ada apa bu?"
"Tenanglah dulu. Coba ceritakan apa yang telah terjadi hingga engkau berkata seperti itu?"

Sambil sesekali mengusap air matanya, sang perempuan janda itu menceritakan perihal kejadian yang telah dialaminya.

Qadarullah, belum lagi Nabi Daud 'alaihissalam menjawab pertanyaan perempuan itu, tiba-tiba datanglah serombongan saudagar.

"Wahai Nabi Daud, terimalah. Ini dari kami uang 1000 dirham. Silakan sedekahkan kepada siapa saja yang engkau kehendaki."

Sejenak Nabi Daud 'alaihissalam heran atas sedekah dari para saudagar tersebut.

Salah satu dari saudagar itu pun bercerita.
"Wahai Nabi Daud. Kami ini adalah rombongan saudagar yang kaya. Saat itu perniagaan kami sukses. Dagangan kami habis. Kami mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Saat kapal kami mendekati pantai untuk berlabuh, tiba-tiba kapal kami mengalami kebocoran. Jika tidak segera teratasi kebocoran itu kami semua akan tenggelam.

Maka masing-masing dari kami pun bernadzar "jika Allah menyelamatkan kami maka akan bersedekah sebesar 100 dirham. Kami semua sepuluh orang."

"Allah mendengarkan doa kami. Dia mengirimkan burung gagak dengan membawa benang yang ukurannya pas dengan lubang kapal kami yang bocor."

Burung gagak itupun serta merta melemparkan gulungan benang yang dibawanya. Dengan sigap kami pun menambal kapal yang bocor dengan benang tersebut. Selamatlah kami sampai di daratan.

"Itu benangkuuu," perempuan janda itu tiba-tiba berteriak menyahut cerita para saudagar.

"Lihatlah bu. Mana yang lebih menguntungkan. Engkau yang menjual benang itu ke pasar dapat 100 dirham (sekitar Rp 4.500.000)? Atau Allah yang menjualkannya untukmu dan engkau mendapatkan 1000 dirham (sekitar Rp 4.500.000)?

100 dirham diganti menjadi 1000 dirham. Ada 10 kali lipat.

Ini adalah bahasa cinta dari Allah yang tidak kita pahami.

Mari senantiasa husnudzon kepada Allah. Bahwa setiap kejadian apapun dalam kehidupan kita tidak akan buruk untuk kita melainkan pasti akan mendatangkan kebaikan.

Baarakallahu fiikum.
Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun