Mohon tunggu...
Izatul Laela
Izatul Laela Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah di SDN Karangsono Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan

Hobi menulis, membaca, konten yang menarik tentang kisah yang inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Ada yang Mustahil bagi Allah

3 Juli 2023   11:24 Diperbarui: 3 Juli 2023   12:58 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita tentu sudah sangat sering mendengar atau membaca kisah Nabi Nuh 'alaihissalam.

Dikisahkan bahwa Nabi Nuh 'alaihissalam sudah sangat kuwalahan dengan ulah kaumnya. Mereka sangat membangkang. Tidak pernh mau mengikuti ajakan atau perintah Nabi Nuh 'alaihissalam.

Nabi Nuh 'alaihissalam diutus Allah Subhanahu wata'ala ketika ada kekosongan diantara dua rasul. Pada masa kekosongan ini manusia saat itu pun sudah banyak yang meninggalkan ajaran rasul sebelumnya. Mereka pun menyembah berhala atau patung yang dibuat dari batu. Mereka berdalih berhala-berhala yang diberi nama dengan ulama terdahulu sebagai wujud penghormatannya. Mereka juga menganggap bahwa berhala itulah yang mendatangkan kebaikan dan keburukan dalam kehidupan sehari-hari.

Nabi Nuh 'alaihissalam diangkat menjadi rasul pada usia 480 tahun. Masa kenabiannya adalah 120 tahun. Nabi Nuh 'alaihissalam berdakwah selama 5 abad. Masa yang benar-benar tidak singkat.

:Hai ummatku! Sadarlah! Apa yang kalian lakukan itu sia-sia. Mengapa kalian tidak menyembah Allah dan justru menyembang patung-patung batu itu?" seru Nabi Nuh 'alaihissalam.

"Bukankah bapak-bapak kita zaman dulu juga menyembah berhala seperti yang kami lakukan sekarang? Apa yang salah? Bukankah ini sesuatu yang baik? Kita melanjutkan apa yang dilakukan oleh bapak-bapak kami dulu?" demikian bantah mereka.

Di saat suasana tidak kondusif seperti ini, dukungan atau support dari keluarga sangatlah penting dan dibutuhkan. Akan tetapi justru keluarga Nuh 'alaihissalam berlaku sebaliknya.

"Allah membuat istri Nuh dan Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih diantara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing) (QS At TAhrim ayat 10).

Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu berkata tentang firman Allah tersebut," Pengkhianatan yang dimaksud bukanlah perbuatan zina (serong atau selingkuh). Pengkhianatan istri Nabi Nuh yaitu ia mengatakan kepada kaumnya bahwa suaminya gila. Astaghfirullah.

Bahkan dikisahkan putranya sendiri yang bernama Kan'an pun tidak  menurut pada perintah ayahnya yaitu Nabi Nuh. Di akhir kisahnya Kan'an lari ke atas bukit ingin menyelamatkan diri tapi Allah berkendak lain. Kan'an pun tersapu dan terseret banjir besar tersebut. Sungguh sebuah pelajaran berharga bila seorang anak tidak taat kepada orang tua yang shalih.

Umpama dibahasakan dengan kondisi sekarang, Nabi Nuh 'alaihissalam sedang mengalami pembunuhan karakter, dikriminalisasi, bukan hanya kaum laki-laki bahkan kaum perempuan juga. Dan ini diwariskan turun temurun kepada generasi berikutnya.

Nabi Nuh tetap berusaha untuk bersabar dan berdakwah kepada kaumnya agar menyembah Allah Ta'ala, meng-EsakanNya. Akan tetapi sikap dan respon kaumnya tetap tidak berubah.

Dalam kondisi yang demikian, Nuh pun pasrah. Nuh pun mengadu kepada Allah Ta'ala.

"Maka dia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya,"Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolongkah (aku)." (QS Al Qamar ayau 10)

"Dan Nuh berkata,"Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan kafir." (QS Nuh ayat 26-27)

Lalu Allah Subhanahu wata'ala pun menjwab doa Nabi Nuh 'alaihissalam.

"Lalu Kami wahyukan kepadanya,"Buatlah kapal di bawah pengawasan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam (kapal) itu sepasang-sepasang dari setiap jenis dan keluargamu, kecuali orang yang lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa siksaan) di antara mereka (QS Al Mukminun ayat 27)

Nabi Nuh 'alaihissalam bingung karena belum pernah tahu caranya membuat kapal atau bahtera. Allah Ta'ala kemudian mengutus Jibril 'alaihissalam untuk mengajari Nuh untuk membuat kapal.

Akhirnya Nabi Nuh 'alaihissalam pun membuat kapal. Kaumnya yang mengetahui hal ini semakin mengejek Nuh 'alaihissalam. Kapal yang dibuat Nabi Nuh memang berada di atas bukit, tempat yang jauh dari laut. Inilah yang semakin membuat kaumnya menganggap Nuh tidak waras.

Ketika kapal sudah jadi, Nuh 'alaihissalam pun menunggu isyarat atau perintah dari Allah Subhanahu wata'ala tntang bagaimana kelanjutannya.

Melihat kapal besar itu, kaum Nabi Nuh pun menjadikannya sebagai tempat buang hajat alias dijadikan sebagai "toilet umum". Astaghfirullah. Sungguh keterlaluan sekali kaum Nabi Nuh ini.

Nabi Nuh pun berdoa kepda Allah agar memberikan azab atas perbuatan kaumnya. Maka Allah pun mengazab kaumnya berpa sakit mata dan buta. Mereka pun merengek-rengek kepada Nabi Nuh agar disembuhkan.

"JIka kalian ingin sembuh, pergilah ke kapal dan cari kotoran kalian sendiri-sendiri. Bersihkan kapal itu dari kotoran yang telah kalian buang di sana."

Seseorang pun berteriak,"aku mulai bisa melihat. Orang itu girang bukan kepalang karena sakit matanya mulai reda dan sembuh setelah diolesi kotorannya sendiri.
Dalam sekejap, bukit itu penuh oleh manusia-manusia ingkar. Mereka pun berebut kotoran agar sembuh dari sakit matanya. Benar-benar menjijikkan.

Dalam versi lain diceritakan bahwa saat itu ada seseorang yang lumpuh juga ingin membuang hajat di kapalnya Nabi Nuh 'alaihissalam. Diboponglah orang lumpuh ini oleh tiga orang laki-laki. Belum juga orang lumpuh ini menyelesaikan buang hajatnya, ditinggal oleh tiga orang yang membopongnya tadi. Akhirnya merangkaklah orang lumpuh tadi dan terpeleset oleh kotorannya sendiri. Qadarullah, orang lumpuh ini menjadi bisa berdiri dan berjalan lagi. Maka giranglah hatinya dengan kondisinya tersebut.

Orang-orang yang melihat kejadian ini pun bertanya,"Kok Anda bisa berdiri dan berjalan?"

"Saya juga tidak tahu. Sepertinya berkat kotoran di dalam kapal itulah saya bisa sembuh." Begitu kira-kira jawaban orang itu.

Mendapat penjelasan seperti itu, Allah pun membalikkan akal atau logika waras mereka. Maka berbondong-bondonglah manusia-manusia ingkar itu menuju kapal Nabi Nuh untuk mengambil kotoran bahkan sampai berebut. Astaghfirullah. Sangat menjijikkan.

Begitulah kuasa Allah Subhanahu wata'ala. Di saat Nabi Nuh 'alaihissalam bingung cara membersihkan kotoran dalam kapalnya, Allah pun membalikkan akal mereka, sampai akhirnya kapal Nuh 'alaihissalam pun bersih kembali. Masya Allah.
Setelah sembuh dari sakitnya, bukannya kembali insyaf dan taubat kepada Allah, kaum Nabi Nuh tetap ingkar.

Hingga pada suatu saat Nuh 'alaihissalam mendapatkan tanda bahwa tanur atau dapurnya memancarkan air, maka sebentar lagi azab Allah akan datang.

Langit pun tampak hitam, gelap. Kilat menyambar. Suara guntur bergemuruh. Hujan turun dengan sangat deras. Dalam waktu sekejap terjadilah banjir besar.

Nuh 'alaihissalam beserta pengikutnya dan beberapa pasang hewan piaraan di dalam kapal pun aman.

Saat banjir itu usia Nabi Nuh adalah 600 tahun. Setelahnya Nuh 'alaihissalam hidup selama 350 tahun lamanya.

Ada banyak pelajaran berharga dari kisah Nabi Nuh 'alaihissalam, antara lain:
Pertama, kesabaran dalam berdakwah. Dalam menyampaikan kebaikan, menyeru orang lain untuk selalu dalam iman dan taqwa memerlukan kesabaran tingkat tinggi.

Kedua, yakin dengan janji dan pertolongan Allah. Bila kita sudah menjalankan perintah Allah dan menghindari laranganNya, Allah pasti akan memberikan pertolongan pada saat yang tepat sesuai kebutuhan. Janji Allah tak pernah meleset.

Ketiga, keadilan dan kebijaksanaan. Kisah Nabi Nuh mengajarkan bahwa siapapun yang dzalim atau bertindak melawan hukum maka harus ditindak dengan adil tak peduli apakah masih ada hubungan kekerabatan.

Keempat, pentingnya taat dan patuh kepada perintah Allah Subhanahu wata'ala. Dengan taat dan patuh insya Allah akan mendapatkan keselamatan dan keberkahan hidup.

Kelima, kesetiaan dan keteguhan dalam iman. Meski dihadapkan pada kondisi yang sulit harus selalu menjaga keimanan. Jangan sampai menjual keimanan hanya demi segelintir uang atau jabatan atau kekuasaan di dunia yang sangat fana ini.

Wallahu a'lam, Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun