Kita tentu sudah sangat sering mendengar atau membaca kisah Nabi Nuh 'alaihissalam.
Dikisahkan bahwa Nabi Nuh 'alaihissalam sudah sangat kuwalahan dengan ulah kaumnya. Mereka sangat membangkang. Tidak pernh mau mengikuti ajakan atau perintah Nabi Nuh 'alaihissalam.
Nabi Nuh 'alaihissalam diutus Allah Subhanahu wata'ala ketika ada kekosongan diantara dua rasul. Pada masa kekosongan ini manusia saat itu pun sudah banyak yang meninggalkan ajaran rasul sebelumnya. Mereka pun menyembah berhala atau patung yang dibuat dari batu. Mereka berdalih berhala-berhala yang diberi nama dengan ulama terdahulu sebagai wujud penghormatannya. Mereka juga menganggap bahwa berhala itulah yang mendatangkan kebaikan dan keburukan dalam kehidupan sehari-hari.
Nabi Nuh 'alaihissalam diangkat menjadi rasul pada usia 480 tahun. Masa kenabiannya adalah 120 tahun. Nabi Nuh 'alaihissalam berdakwah selama 5 abad. Masa yang benar-benar tidak singkat.
:Hai ummatku! Sadarlah! Apa yang kalian lakukan itu sia-sia. Mengapa kalian tidak menyembah Allah dan justru menyembang patung-patung batu itu?" seru Nabi Nuh 'alaihissalam.
"Bukankah bapak-bapak kita zaman dulu juga menyembah berhala seperti yang kami lakukan sekarang? Apa yang salah? Bukankah ini sesuatu yang baik? Kita melanjutkan apa yang dilakukan oleh bapak-bapak kami dulu?" demikian bantah mereka.
Di saat suasana tidak kondusif seperti ini, dukungan atau support dari keluarga sangatlah penting dan dibutuhkan. Akan tetapi justru keluarga Nuh 'alaihissalam berlaku sebaliknya.
"Allah membuat istri Nuh dan Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih diantara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing) (QS At TAhrim ayat 10).
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu berkata tentang firman Allah tersebut," Pengkhianatan yang dimaksud bukanlah perbuatan zina (serong atau selingkuh). Pengkhianatan istri Nabi Nuh yaitu ia mengatakan kepada kaumnya bahwa suaminya gila. Astaghfirullah.
Bahkan dikisahkan putranya sendiri yang bernama Kan'an pun tidak  menurut pada perintah ayahnya yaitu Nabi Nuh. Di akhir kisahnya Kan'an lari ke atas bukit ingin menyelamatkan diri tapi Allah berkendak lain. Kan'an pun tersapu dan terseret banjir besar tersebut. Sungguh sebuah pelajaran berharga bila seorang anak tidak taat kepada orang tua yang shalih.
Umpama dibahasakan dengan kondisi sekarang, Nabi Nuh 'alaihissalam sedang mengalami pembunuhan karakter, dikriminalisasi, bukan hanya kaum laki-laki bahkan kaum perempuan juga. Dan ini diwariskan turun temurun kepada generasi berikutnya.