Penetapan harga yang dilakukan berpegang teguh kepada tingkat harga tradisional. Perusahaan tidak mengubah harga diluar batas-batas yang diterima. Faktor yang mempengaruhi penetapan harga tersebut adalah faktor tradisi, saluran distribusi atau faktor persaingan. Contoh beras, gula.
2.   Above, At, or Below Market Pricing
Banyak perusahaan yang menggunakan pendekatan subyektif dalam memperkirakan harga pesaing atau harga pasar. Berdasarkan itu kemudian harga ditetapkan diatas, sama atau dibawah harga pasar.
Above-market pricing dilakukan dengan jalan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada harga pasar.
At-market pricing dilakukan dengan menetapkan harga sebesar atau sama dengan harga pasar yang ada. Disebut juga dengan going rate atau imitative pricing.
Below-market pricing dilakukan dengan menetapkan harga dibawah harga pasar yang ada. Banyak diterapkan oleh produsen produk-produk generik (obat-obatan) dan pengecer yang menjual produk dengan private brand seperti gula, minuman ringan.
3.   Loss Leader Pricing
Untuk keperluan promosi, perusahaan terkadang menjual produknya dengan harga dibawah biaya produksinya dengan tujuan untuk menarik sebanyak mungkin konsumen potensial. Jadi, produk dijadikan semacam penglaris (pancingan) agar produk yang lainnya laku.
4.   Sealed Bid Pricing
Sistem ini menggunakan penawaran harga yang melibatkan agen pembelian (buying agency). Jika ada perusahaan yang ingin membeli produk, maka yang bersangkutan menggunakan jasa agen pembelian untuk menyampaikan spesifikasi produk yang dibutuhkan kepada calon produsen. Kemudian diadakan semacam lelang untuk menentukan penawaran terendah yang memenuhi syarat untuk melaksanakan kontrak pembelian.
(bersambung pada tulisan berikutnya...)