Mohon tunggu...
Yulia Bachar
Yulia Bachar Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Multipotentialite

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hentikan Tayangan Langsung Persidangan Jessica

15 September 2016   19:36 Diperbarui: 15 September 2016   19:39 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah 20 masa hamba disuguhi drama

Tentang anak manusia yang sedang mencari keadilan

Atas kematian seorang sahabatnya sehabis menghirup kopi yang dipesannya

Kopi itu mengandung racun kabarnya

Siapa penaburnya masih sedang dianalisa

Tapi karena gerak-geriknya, Jessica terpaksa jadi terdakwa

Sudah 20 masa hamba disuguhi drama

Mendengarkan keterangan para saksi

Dari yang awam hingga yang ahli

Mulai dari pagi hingga petang hari

Jaksa senang, . . . Pembela tak senang

Pembela senang, . . . Jaksa tak senang

Hakim dibuat bingung bukan kepalang

Sementara kebenaran yang sesungguhnya

Masih mengembara entah kemana, . . .

Sudah 20 masa hamba disuguhi drama

Masih tentang persidangan Jessica

Apakah para produser televisi sudah kehabisan berita ?

Ataukah semua ini karena permintaan pemirsa ?

Atau, . . .tanpa kita sadari, . . . kita sedang mengalami kekerasan budaya

Dimana yang berkuasa, . . . bebas menentukan kontent yang hendak ditayangkannya

Bukankah penonton yang tak senang bebas mengganti tayangan pilihannya, . . . ?

Sudah 20 masa hamba disuguhi drama

Wajah ayu Jessica dan senyumnya terekam dalam memori hamba

Bahkan terkadang hadir dalam mimpi-mimpi hamba

Kasusnya mungkin saja tidak terpecahkan

Dan sebentar lagi akan terlupakan

Namun wajahnya akan tetap menjadi kenangan

Apakah pertunjukan ini layak untuk terus ditayangkan, . . . ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun