Menjelang keberangkatan ke Arafah
Aku begitu cemas dengan fasilitas toilet di Arafah nanti
Yang konon kabarnya kotor dan harus sabar mengantri
Aku begitu khawatir BAB ku terhambat jika toiletnya kotor
Seperti yang selama ini aku alami di negeriku
Akupun bersiasat
Sebelum bus yang akan membawaku berangkat ke Arafah
Akupun singgah di toilet hotel tempatku menginap
Dan membuang semua “hajat” yang kupikir akan menghambat
Pikirku, di Arafah nanti aku tak perlu BAB lagi
Sambil tersenyum lega akupun berangkat dengan hati bulat
Setibanya di Arafah
Akupun menyempatkan diri singgah di toilet yang tak jauh dari tendaku
Sebuah bilik kecil dengan sebuah lubang yang dalam
Serta kran dan selang air tersedia sudah
Alhamdulillah meskipun antri tapi tidak terlalu panjang
Air yang melimpah merupakan anugrah
Tiba-tiba perutku terasa melilit dan ingin berhajat
Akupun menunaikannya dengan ikhlas tak terhambat
Lalu waktu makanpun tiba
Akupun makan dengan lahap karena lelah dan lapar
Kemudian, . . .
Perutku terasa melilit lagi dan ingin berhajat lagi
Dan akupun menuju toilet dan melaksanakan hajatku
Dengan ikhlas
Kemudian berlalu
Akupun melanjutkan ibadah di Arafah
Mengaji, berdzikir, sholat sunat, sholat tobat
Hingga waktu makan tiba
Akupun makan dengan lahap
Semua hidangan terasa begitu nikmat
Tak lama kemudian, . . .
Perutku terasa melilit lagi
Dan akupun menuju toilet untuk melaksanakan hajatku
Sempat tersirat tanya dalam hatiku
Apakah ini kuman atau bukan
Namun aku tetap belum paham
Dan ketika waktu makan tiba lagi
Dan setelah menyantap makanan perutku melilit lagi
Barulah aku paham
Allah menyapaku
Tepatnya mencubitku
Atas keraguanku pada kebesaranNya
Bahwa semua mekanisme tubuh ini ada dalam genggamanNya
Bahkan semua mekanisme alam ini ada dalam kekuasaanNya
Kenapa harus meragukan kebesaranNya hanya karena urusan hajat
Ketika Ia memerintahkan untuk singgah di Arafah
Yang merupakan potret kecil padang Mahsyar tempat dimana kelak kita akan dikumpulkan
Dalam ketakutan dan ketidakberdayaan
Dimana penjiwaanku, . . .
Akupun bersujud dalam sholat tobat yang khusyu
Memohon ampunanNya atas kebodohanku
Atas kedangkalan akalku
Atas semua keraguan yang ada dihatiku
Air mataku menetes di Arafah
Sebuah pemahaman baru tentang kepasrahan aku dapatkan
Bahwa pasrah bukanlah siasat
Bahwa pasrah bukanlah kerja akalku mengendalikan tubuhku
Bahwa pasrah bukan ilmu manajemen yang aku pelajari di bangku kuliah
Arafah, 2003
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H