Mohon tunggu...
Babinsa Center
Babinsa Center Mohon Tunggu... Tentara - The Babinsa

Cepat tidak mendahului Pintar Tidak Menggurui Kehadiran Kami, melengkapi yang Sudah Lengkap

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Merah Putih di Bumi Nggusu Waru Bima

6 Desember 2024   11:01 Diperbarui: 6 Desember 2024   11:13 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesultanan Bima, salah satu kerajaan besar di Nusantara, memiliki sejarah panjang dalam perjalanan bangsa menuju kemerdekaan. Pada era perjuangan, Bima menjadi saksi penting dari persatuan, keberanian, dan komitmen untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Restu Sultan untuk Indonesia

Tahun 1933 menjadi momen penting dalam hubungan antara Kesultanan Bima dan perjuangan kemerdekaan. Ir. Soekarno, sebagai tokoh sentral perjuangan, datang kepada Sultan Bima, Sultan Muhammad Salahuddin Ruma Ta Ma Kaki'di Agama, untuk meminta restu bergabungnya Kesultanan Bima ke dalam negara yang sedang dirintis.

(1934 Ir. Soekarno Tiba di Bima menggunakan Pesawat Amphibi Catalina (Sumber: Samparaja Foto))
(1934 Ir. Soekarno Tiba di Bima menggunakan Pesawat Amphibi Catalina (Sumber: Samparaja Foto))

(Bung Karno Tiba di Bima dikawal oleh Bumi Luma Renda Panglima Kesultanan Bima (Sumber: Samparaja Foto))
(Bung Karno Tiba di Bima dikawal oleh Bumi Luma Renda Panglima Kesultanan Bima (Sumber: Samparaja Foto))

Pada Januari 1934, Soekarno tiba di Bima menggunakan pesawat amphibi USA Aircraft Catalina. Meskipun dalam perjalanan perjuangannya ia harus diasingkan ke Ende, wilayah yang juga berada di bawah naungan Kesultanan Bima, pertemuan dengan Sultan menunjukkan keyakinan yang kuat bahwa Bima akan memainkan peran strategis dalam perjuangan nasional.

Pembentukan BKR dan Pengambilalihan Kekuasaan

Pada masa penjajahan Jepang, Sultan Muhammad Salahuddin menunjukkan kepiawaian dalam memimpin rakyatnya. Pada 1942, beliau membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) dengan mengikutsertakan Laskar KAE, Laskar API, dan KRI Tente sebagai bagian dari kekuatan lokal.

(Sultan Muhammad Salahuddin bersama BKR Bima depan Istana ASI Mbojo (Sumber: Samparaja Foto))
(Sultan Muhammad Salahuddin bersama BKR Bima depan Istana ASI Mbojo (Sumber: Samparaja Foto))

Puncaknya, pada 5 Maret 1942, Sultan memutuskan untuk mencabut dan mengambil alih kekuasaan Belanda di wilayah Bima. Tindakan ini merupakan langkah tegas dalam memutus belenggu penjajahan dan menunjukkan keberanian rakyat Bima untuk menentukan nasibnya sendiri.

Kisah Bendera Merah Putih

Oktober 1945 menjadi saksi penting ketika dua perwakilan pemuda Bima asal Samili Kae, Nur Husain (18 thn) dan Abubakar Abbas (18 Thn)  menerima bendera Merah Putih dari Bung Karno di Singaraja, Bali. Bendera tersebut dibawa kirab menggunakan perahu, melalui rute Singaraja-Lombok-Sumbawa-Sila Rato-Tente-Dara-Pena Nae, sebelum akhirnya diterima oleh Laskar KAE, Laskar API, dan KRI Tente.

(Markas Laskar API dan KRI Tente, penyimpanan Bendera Merah Putih (Sumber: Samparaja Foto))
(Markas Laskar API dan KRI Tente, penyimpanan Bendera Merah Putih (Sumber: Samparaja Foto))

31 Oktober 1945, Sultan Muhammad Salahuddin memimpin upacara pengibaran bendera Merah Putih di Istana Kesultanan Bima. Momen ini menjadi simbol kuat integrasi Bima dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

(Monumen Garuda Tente, Lokasi Star Kirab Bendera Merah Putih, Prof. Hj. Siti Maryam Bumi Ratu Partiga Kesultanan Bima Putri Kandung Sultan Muhammad Salahuddin meninjau saat Direhab oleh Babinsa Tente Serka Faris (Sumber: Iyek Faris Foto))
(Monumen Garuda Tente, Lokasi Star Kirab Bendera Merah Putih, Prof. Hj. Siti Maryam Bumi Ratu Partiga Kesultanan Bima Putri Kandung Sultan Muhammad Salahuddin meninjau saat Direhab oleh Babinsa Tente Serka Faris (Sumber: Iyek Faris Foto))

(Setiap 17 Agustus Dikibarkan Bendera Merah Putih Raksasa di tempat tersebut (Sumber: Iyek Faris Foto))
(Setiap 17 Agustus Dikibarkan Bendera Merah Putih Raksasa di tempat tersebut (Sumber: Iyek Faris Foto))

(Kondisi Monumen Setelah di rehab oleh Babinsa Tenta (Sumber: Iyek Faris Foto))
(Kondisi Monumen Setelah di rehab oleh Babinsa Tenta (Sumber: Iyek Faris Foto))

Maklumat Kesultanan dan Perlawanan Melawan Jepang

Pada 22 November 1945, Sultan mengeluarkan maklumat bahwa Kesultanan Bima bergabung dengan NKRI sebagai Daerah Istimewa. Keputusan ini mencerminkan komitmen Kesultanan Bima untuk mendukung penuh Indonesia merdeka.

Namun, perjuangan tidak berakhir di situ. Pada 26 Desember 1945, terjadi pertempuran sengit di Tente Kae antara pasukan Laskar KAE dan KRI Tente melawan sisa-sisa kekuatan Jepang. Setelah pertempuran yang penuh strategi dan keberanian, Jepang menyerah, dan tawanan diserahkan kepada BKR serta pasukan Australia di Lawa Ta.

(Sultan Muhammad Salahuddin menerbitkan Maklumat sekaligus Pelucutan Seluruh Pasukan Nippon Jepang di seluruh Tanah Bima (Sumber: Samparaja Foto))
(Sultan Muhammad Salahuddin menerbitkan Maklumat sekaligus Pelucutan Seluruh Pasukan Nippon Jepang di seluruh Tanah Bima (Sumber: Samparaja Foto))

(Laskar Kae Tente menyerahkan Tawanan Jepang ke Laskar Api kemudian diserahkan ke BKR dan Pasukan Australia di Lawata Bima (Sumber: Samparaja Foto))
(Laskar Kae Tente menyerahkan Tawanan Jepang ke Laskar Api kemudian diserahkan ke BKR dan Pasukan Australia di Lawata Bima (Sumber: Samparaja Foto))

(Tentara Nippon Jepang yang di Tawan Laskar Kae  (Sumber: Samparaja Foto))
(Tentara Nippon Jepang yang di Tawan Laskar Kae  (Sumber: Samparaja Foto))

Kunjungan kedua Presiden Soekarno ke Bima

Tanggal 30 November 1950, Presiden Soekarno kembali mengunjungi Bima. Kedatangan Bung Karno disambut dengan lagu Indonesia Raya dan Kullu na lil Wathan, Lil Ula lil Alam yang dipimpin oleh Tuan Guru H. A. Ghany Masykur.

(Sultan Muhammad Salahuddin Menunggu Kedatangan Bung Karno (Sumber: Samparaja Foto))
(Sultan Muhammad Salahuddin Menunggu Kedatangan Bung Karno (Sumber: Samparaja Foto))

Dalam kunjungan tersebut, Sultan Muhammad Salahuddin menyampaikan pidato yang memukau, penuh dengan kekuatan sastra dan semangat perjuangan. Pidato ini menunjukkan kebijaksanaan beliau sebagai pemimpin sekaligus penjaga kearifan lokal.

(Suasana Istana ASI Mbojo Kesultanan Bima menyambut Bung Karno (Sumber: Samparaja Foto))
(Suasana Istana ASI Mbojo Kesultanan Bima menyambut Bung Karno (Sumber: Samparaja Foto))

(Kedatangan Bung Karno disambut langsung oleh Sultan Muhammad Salahuddin (Sumber: Samparaja Foto))
(Kedatangan Bung Karno disambut langsung oleh Sultan Muhammad Salahuddin (Sumber: Samparaja Foto))

(Sultan Muhammad Salahuddin bersama Bung Karno (Sumber: Samparaja Foto))
(Sultan Muhammad Salahuddin bersama Bung Karno (Sumber: Samparaja Foto))

Pidato Sultan Muhammad Salahuddin

"Paduka yang mulia,
Rindu yang meluas ini bukan baru sekarang saja timbulnya, akan tetapi sejak ledakan Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Pada saat ketika mana terbayanglah di muka Kami rakyat di sini wajah bapak-bapak pemimpin kita, Bung Karno dan Bung Hatta, yang sedang memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia.
Lalu pada saat itu juga tertanamlah dalam jiwa rakyat di sini arti Proklamasi yang harus dijunjung tinggi, harus dipertahankan, dan harus dimiliki itu.
Sehingga pada tanggal 22 November 1945, kami di Kesultanan Bima ini mengeluarkan pernyataan bahwa: DAERAH KESULTANAN BIMA MENJADI DAERAH ISTIMEWA YANG LANGSUNG BERDIRI DI BELAKANG REPUBLIK INDONESIA."

(Pengibaran Bendera Merah Putih di Istana Kesultanan Bima (Sumber: Samparaja Foto))t
(Pengibaran Bendera Merah Putih di Istana Kesultanan Bima (Sumber: Samparaja Foto))t

Warisan Sejarah untuk Generasi Bangsa

Kesultanan Bima tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari perjuangan bangsa. Semangat Sultan Muhammad Salahuddin dan rakyatnya adalah cerminan dari keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air.

(Pemuda Kae dan Tente setiap Perayaan HUT RI  17 Agustus (Sumber: Iyek Faris))
(Pemuda Kae dan Tente setiap Perayaan HUT RI  17 Agustus (Sumber: Iyek Faris))

Semoga perjuangan ini terus menginspirasi kita untuk menjaga persatuan dan membangun Indonesia yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun