"Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto mengusulkan agar Partai Golongan Karya menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa. Munaslub dilakukan sebagai solusi atas konflik dualisme kepemimpinan Golkar antara kubu Agung Laksono dengan Aburizal Bakrie (Ical)", (detik.com, 21/4/2015).
Wacana tersebut ditanggapi oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar kubu Agung Laksono yang dengan tegas menolak tawaran rekonsiliasi yang diusulkan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto. Ketua DPP Golkar kubu Agung, Yorrys Raweyai, menilai solusi itu hanya akan memperburuk proses penyelesaian sengketa. "Itu hanya akan membuat langkah mundur," ujarnya (Tempo, 25 April 2015).
Hal yang sama juga ditanggapi oleh Kubu Aburizal Bakrie, mereka menilai Munaslub tidak bisa dilakukan karena ada prosedur dan syarat yang harus dipenuhi.
"Ya apapun, mau Munas apa, harus prosedurnya dilalui. Dikatakan munas apa syaratnya. Munas dan Munas Luar Biasa kan ada syaratnya," kata ketua DPP Golkar versi Munas Bali, Rambe Kamarul Zaman, (MetroTVNews.com, 12/5/2015).
Setidaknya ada beberapa alasan yang menyebabkan Tommy berani mengangkat wacana ini :
Pertama, Image Soeharto di mata publik tidak lagi sejelek dulu. Kekecewaan demi kekecewaan yang dirasakan masyarakat kepada pemimpin sekarang "pasca reformasi" sedikit banyaknya telah melunturkan kebencian terhadap rezim orba. Bahkan anehnya ada yang bersikap sebaliknya memuji dan merindukan masa-masa itu.
Kedua, Tommy mulai mendapatkan dukungan dari internal partai. Dua minggu pasca digulirkan wacana Munaslub, 60% dari total keseluruhan DPD Golkar di Daerah menyetujui wacana tersebut. Dengan dukungan lebih dari 50 persen berarti ia bisa melanjutkan niatnya tanpa perlu persetujuan dari ARB atau AL.
Ketiga, Dukungan dari TNI (Kopassus). Sekalipun Soeharto sudah tidak ada, tapi TNI masih memiliki simpati pada keluarga cendana. Bagi TNI darah Soeharto masih dalam nadi mereka. Kehadiran Tommy di acara HUT Kopassus HUT ke-63 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Cijantung, Jakarta Timur, bisa menjadi catatan tersendiri bahwa Tommy masih dikelilingi oleh TNI.
Keempat, Wacana Munaslub merupakan sikap final Tommy jika tidak ada perubahan sikap kedua kubu (ARB dan AL). Ini berarti, jika tidak ada yang mengalah maka Munaslub adalah penentu nasib mereka ke depan. ‪#‎kudeta
Empat hal di atas menjadi dasar pijakan serta sandaran sekaligus alasan kuat Tommy untuk segera bisa mengambil alih kepemimpinan Golkar. Adapun yang dipakai Tommy 'Pilkada sudah dekat', itu tidak lebih sebagai pemanis mulut sekaligus alasan politis. Jadi, bisa disimpulkan, masa meditasi dan menunggu bisa dikatakan hampir berakhir. Jika akhir bulan ini Munaslub Partai Golkar benar-benar terjadi, kemungkinan besar kepemimpinan Golkar akan beralih ke tangan Tommy Soeharto. Kita tunggu saja…