Mohon tunggu...
Iyad Salaf
Iyad Salaf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tulislah apapun itu..

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pemilu untuk Kontestasi (Koneksi, Identitas, dan Politisasi)

27 November 2024   12:37 Diperbarui: 27 November 2024   12:45 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi

Pemilu(pemilihan umum) jurdil dan luber

"Berpolitik itu licik, maka pelajari aturannya dan jika melanggar, lakukanlah seperti seorang seniman"

Politik Islam 

Dunia kontemporer dihiasi dengan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan hakikat, karakteristik dan juga ruang lingkup yang baru. Dalam hal ini ditemukan sorotan yang begitu tajam terhadap system suatu negara yang didominasi oleh masyarakat islam yang sangat begitu khas.

Masyarakat yang begitu khas ini membentuk suatu kegiatan dan identitas dengan versi yang beragam sehingga lupa menjalankan implikasi ideologis dan teoritis posisinya dalam sebuah konstitusi.

Pada akhirnya, karena terlalu jumud dan memperdebatkan hal-hal yang bersifat kultural, maka hasilnya dunia islam jauh tergerus dari dunia politik masa kini. Kegagalan dalam menerapkan teori islam yang sangat peduli terhadap kepekaan hal kecil maupun besar malah menghilangkan sifat disiplin individu dalam memahami demokrasi.

Dalam hal mempraktikannya, terkadang banyak sekali hambatan serta tantangan yang berupaya untuk tidak memberikan peluang bagi tokoh-tokoh muslim untuk berkiprah dalam memperoleh serta mengelola kekuasaan seperti mobilisasi dan memanfaatkan sumber daya seperti tanah,pabrik,kesejahteraan,organisasi,pekerjaan,teknologi,media,keahlian serta barang dan jasa.

Keinginan dalam perubahan tersebut semakin terhimpit dan sulit karena adanya isu negative terhadap ketakutan akan menjadinya sebuah konstitusi yang dipimpin oleh seorang khilafah. Padahal, jika banyak diminati dan ditelusuri dengan masuk sebuah system pemerintahan, artinya kita diberikan kesempatan untuk kembali menganalisa formulasi tradisional seperti, Dar Al-Islam, Dar Al-A'hd, dan Dar Al-Harb. 

Hal demikian hanyalah sebuah bentuk opini penulis dalam bentuk teoritis. Faktanya, ketika sudah menjadi bagian dan masuk kedalam bidang penting malah melupakan peranan struktur birokrasi dan administrative politik dalam menempuh proses menerapkan ajaran islam dengan lebih baik.

Penulis menyebutnya dengan"Islam Padi". Islam padi digambarkan sebagai sebuah perumpaan bahwasannya penganut keyakinan ini kerap kali dibenturkan dengan pelbagai cara dan usaha. Namun, pada faktanya Islam tetap eksis dan bertahan dan digandrungi banyak umat.

Kata siapa islam tidak bisa berpolitik?

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) didirikan oleh Abdurrahman Wahid, yang lebih sering disebut sebagai "Gus Dur," Presiden keempat Republik Indonesia. Gus Dur dilengserkan dari jabatannya melalui proses politik yang melibatkan partisipasi tokoh-tokoh seperti Amien Rais dan rekan-rekannya. Namun, sepanjang sejarahnya, PKB juga diwarnai oleh konflik internal. 

Salah satu peristiwa penting adalah penggulingan Gus Dur oleh keponakannya sendiri, Muhaimin Iskandar, yang juga dikenal sebagai Cak Imin. Akibatnya, mayoritas anggota NU yang selama ini setia kepada Gus Dur memilih untuk tidak mendukung PKB di bawah kepemimpinan Muhaimin.

Para anggota NU yang tetap setia kepada Gus Dur termasuk tokoh-tokoh seperti Ma'ruf Amin, Mahfud MD, Yeni Wahid (putri Gus Dur), dan juga sejumlah ulama tradisional di pesantren-pesantren. Kesetiaan mereka yang terus berlanjut pada keluarga Gus Dur membuat PKB pimpinan Muhaimin sulit untuk mendapatkan dukungan dari partai-partai politik besar lainnya, termasuk PDI-P, Golkar, Gerindra, dan PPP.

Selain itu, orientasi politik para anggota NU beragam dan tidak terkonsentrasi pada satu partai. Sebagai contoh, Nusron Wahid berafiliasi dengan Golkar, Saefullah Yusuf aktif di PDI Perjuangan, dan Khofifah Indar Parawansa berhubungan dengan Partai Demokrat. Oleh karena itu, pernyataan bahwa PKB adalah partai eksklusif anggota NU adalah tidak tepat. Anggota NU memiliki sejarah keterlibatan politik yang lebih luas dan beragam.

Dalam konteks sejarah politik Indonesia, perlu dicatat bahwa partai-partai yang berafiliasi dengan NU sebelumnya telah meraih kemenangan penting.

Kesimpulan

Dunia Islam dihadapkan pada tantangan yang signifikan dalam mempertahankan relevansinya dalam lanskap politik kontemporer. Hal ini disebabkan oleh penekanan yang tidak semestinya pada masalah budaya dan kurangnya aplikasi pragmatis dari teori Islam. Stereotip negatif dan akses terbatas terhadap sumber daya semakin membatasi peluang yang tersedia bagi para pemimpin Muslim untuk berkontribusi secara maksimal. 

Namun demikian, Islam menunjukkan ketangguhannya melalui konsep 'Islam Beras' di Indonesia. Terdapat bukti keterlibatan Islam dalam politik dalam partisipasi umat Islam di berbagai partai. Terlepas dari konflik internal dalam komunitas Muslim, keragaman politik anggota NU menggambarkan pentingnya Islam dalam sistem politik yang demokratis. 

Penting untuk memperkuat peran Islam dalam politik dengan mengadopsi pendekatan adaptif yang mempertimbangkan nilai-nilai Islam sambil beradaptasi dengan kebutuhan birokrasi modern dan demokrasi global. Tetap bergerak dan berdampak serta lakukan banyak perubahan dengan mengamalkan nilai ajaran yang tidak bertentangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun