Bagi kalangan umat Islam, nama At-Thabari sudah tidak asing lagi. Imam At-Thabari hidup pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah. Nama lengkap beliau yaitu Muhammad Bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja'far al-Tabari. Abu Ja'far Muhammad bin Jarir al-Tabari lahir dikota Amul, Kota terbesar di Tabaristan.(1) Tabaristan merupakan sebuah daerah pegunungan yang penduduknya terkenal dalam peperangan. Sesuai namanya tabar, tabar sendiri merupakan sejenis kapak yang biasa digunakan dalam peperangan pada masa itu.(3) Tahun kelahiran At-Thabari memiliki dua versi, ada yang berpendapat lahir diakhir tahun 224H/839 M. dan ada juga yang mengatakan lahir diawal tahun 225H/840M.(6) perbedaan versi demikian, bukanlah suatu persoalan yang besar karena pendapat yang diutarakan berdasarkan kesaksian murid At-thabari sendiri salah satunya yakni, Al-Qadhi ibnu Kamil.(11)
Sumbangsih keilmuan yang diberikan At-Thabari begitu terasa, perjalanan keilmuan At-Thabari berawal dari tanah kelahirannya yaitu Amul. Sejak kecil At-Thabari memiliki kecerdasan yang unggul serta semangat belajar yang tinggi. Hal demikian mungkin diwariskan dari ayahnya yang bernama Jarir, Ayahnya sendiri cinta terhadap Ilmu dan Ulama. Ibarat buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya, akhirnya At-Thabari terbentuk menjadi seseorang yang pintar dan sholeh. Kepintaran dan Keshalehan At-Thabari tidak perlu dipertanyakan lagi, mengingat tidak sedikit teman dan muridnya mengakui dan menyaksikan bagaimana aktivitas keseharian serta hidup dengan kezuhudannya. Salah satu contohnya ketika At-Thabari ditawari beberapa posisi sebagai Qodhi dan sejumlah uang oleh Al-Khaqany yang ketika itu menjabat menteri. Namun, At-Thabari menolak hal demikian. Sahabat dan teman-temannya sangat menyayangkan sikap tersebut, seraya berkata "Anda mendapat pahala dengan posisi itu, dan Anda dapat menghidupkan Sunnah lebih dari yang dipelajari". Tetapi At-Thabari justru menghardik dan menjawab "Aku pikir jika aku menerima posisi ini, kalian justru melarangku".(29) Sifatnya demikian semakin menunjukkan dan meyakinkan teman serta sahabatnya bahwa At-Thabari bukanlah seorang yang cinta dunia.
Dalam hidupnya At-Tabari selalu memusatkan diri untuk membaca,beribadah,mengarang,mengajar dan menjauhkan diri dari jabatan kenegaraan.(35) Dimulai menuntut Ilmu pengetahuan seperti halnya dilakukan para ilmuwan pada zamannya, kemudian ia ke baghdad. Dari sana mulai merantau ke Mesir,Syam,dan Irak. Dan banyak memperoleh ilmu pengetahuan.(44 buku pak Fajri)Berkenaan dengan hal itu, menuntun At-Thabari menjadi seorang seorang sejarawan besar,ahli tafsir,ahli qira'aat,ahli hadis,ahli fikih dan ensiklopedis. Ensiklopedis disini menjelaskan secara tidak langsung tentang rentetan sejarah peradaban manusia, bukan hanya sejarah Islam saja. Mulai dari proses penciptaan, permulaan kehidupan, penciptaan adam,kehidupan para Nabi dan peristiwa yang terjadi pada masanya, kisah bangsa-bangsa seperti bangsa Bani Israil, Romawi, Persia dan Arab. Kisah-kisah Khulafaur Rasyidin, kisah masa Umayyah, kisah masa Abbasiyah dan Dynasty setelahnya.
Kembali terhadap pembelajaran yang ditempuh saat diusia sangat muda dengan kecerdasan yang menonjol serta pendidikan yang diberikan dari para tokoh ilmu-ilmu agama Ahlu Sunnah pada zamannnya membentuk logika khusus yang menuntun aliran pemikiran At-thabari didominasi ahlusunnah yang konservatif. Kitab Tarikh al-Rasul wa al-Muluk merupakan salah satu karya At-Thabari dan karya sejarah terpopuler dizamannya, bahkan hingga saat ini masih berlaku. Kitab ini berisikan beberapa jilid, yang isinya menjelaskan sejarah umum kemanusiaan yang berawal dari penciptaan alam yang berakhir pada tahun 302 H. Konsep Historiografi dengan riwayat yang dipraktikkan dalam penulisan At-Thabari tertuju pada pengecekan riwayat,penelitian teks-teks,pengkajian terhadap sanad-sanad dan tinjauan terhadap kandungan apa yang dituturkan kontemplasi filosofis atau metodis terhadap isinya membuat sejarawan setelehnya semakin yakin bahwa tidak salah lagi bahwa At-Thabari merupakan seorang tokoh sejarawan muslim dan patut dijadikan sumber acuan penelitian-penelitian sejarah. Karena itu juga, At-Thabari memperoleh penghargaan dari para Ilmuwan Muslim sepanjang sejarah karena kecermatan dan ketelitiannya dalam Kajian Historigrafi Sejarah Klasik, khususnya. Dalam Muqaddimah kitab Tarikh al-Rasul wa al-Muluk, Imam al-Tabari menjelaskan sebagaimana berikut:
"Dalam kitab ini, saya tuliskan kisah raja-raja yang pernah ada pada setiap zaman; mulai dari Allah menciptakan makhluk sampai kematian mereka. Saya sebutkan juga orang-orang yang beritanya sampai kepada kita, yakni Rasul-rasul yang pernah dibangkitkan Allah, raja yang berkuasa, atau khalifah yang memerintah yang diberikan anugerah dan nikmat oleh Allah dan mensyukuri nikmat itu."
Kemudian Allah menambah untuk mereka suatu nikmat selain nikmat yang telah Dia berikan kepadanya di dunia ini, dan menambahkan anugerah yang telah Dia berikan kepadanya. Tetapi ada juga yang ditunda pemberian nikmat itu kepadanya dan menjadi simpanan di sisinya nanti di Akhirat.
Orang yang mengkufuri nikmatnya, maka Dia akan mencabut nikmat yang telah Dia berikan kepadanya dan akan mensegerakan siksa baginya di dunia. Namun ada juga orang yang mengkufuri nikmat-Nya, tetapi dia panjangkan umurnya dan menikmati pemberian itu menunggu hingga akhir hayat. Penyebutan setiap orang dalam buku saya ini disertai penyebutan zamannya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa dan hari-hari (kehidupannya).
Hal lain yang memberikan kesan menarik dari karya At-Thabari dalam kitab Tarikh al-Rasul wa al-Muluk adalah terjaganya mata rantai(Isnad),penisbatan pendapat-pendapat kepada orang-orang yang mengeluarkan pendapat terkait suatu hal,dan dikutipkan berbagai riwayat sebagai penguat dari suatu peristiwa yang dituliskan menjadikan mudah bagi seorang peneliti untuk menilai menilai kebenaran suatu riwayat yang dituliskan dalam kitab tersebut. Hal yang dapat dilakukan seperti mengkritik sanad, membandingkan keabsahan rijal(para tokoh), dan menkaji riwayat satu dengan riwayat yang lainnya. Sehingga peneliti dengan mudah untuk mengetahui kekurangan(cacat) yang terdapat dalam suatu riwayat kitab tersebut dan mampu membedakan mana riwayat yang lemah dan mana riwayat yang valid atau kuat.(69) Pengakuan tersebut berdasarkan tulisan At-Tabari dalam bukunya"Hendaklah para pembaca mengetahui bahwa yang kami sebutkan di dalam kitab ini kami dasarkan kepada perawinya, bukan didasarkan atas hasil pemikiran dengan dalil-dalil akal,kecuali sedikit."(70)
Nilai sejarah dalam dalam kitab ini juga terletak pada periodisasi(urutan)tahun, sehingga memudahkan para pembaca atau peneliti dalam melihat perjalanan yang dilalui umat Islam dalam pembangunan politik serta peradabannya dari masa ke masa, mengetahui secara pasti kondisi umat Islam baik saat lemah maupun kuat,mengetahui penerapan hukum dan syariat pada suatu masa. At-Thabari juga menekankan penyusunan sejarahnya berdasarkan rentetan peristiwa berdasarkan tahun kejadiannya, sejak Hijrah sampai ke Tahun 302 H/914 M.Â
Jika kita lihat sepintas dari segi penulisan karya At-Thabari ini lebih tergolong pada aliran madinah, yang mana aliran ini lebih mengedepankan dan banyak memperhatikan al-maghazi dan sirah nabawiyyah yang berdasarkan sanad. At-Thabari menunjukkan suatu hubungan informasi riwayat dengan masing-masing sumbernya atau metode historiografi dengan riwayat. Banyak tokoh lain juga seperti Urwah ibnu Zubair dan murid Az-Zuhri, Abban bin Utsman, Urwah bin Zubair bin Awwam, Ashim bin Umar bin Qatadah, Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri, Musa bin Uqbah, Ma'mar bin Rasyid, Muhammad bin Ishaq. Melalui nama-nama tersebut, kemudian muncul beberapa nama ahli sejarah terkenal dalam Islam, seperti Khalifah bin Khayath, Ibnu Qutaibah, Al-Baladzari, Abu Hanifah Ad-Dauri, Al-Ya'Qubi, Al-Mas'udi dan sebagai Imamnya adalah Muhammad bin Jarir al-Tabari.Â
Muhammad bin Jarir At-Thabari melahirkan karya yang luar biasa. Tarikh al-Rusul  wa al-muluk adalah salah satu karya yang hebat. Penulisnya memiliki wawasan yang luas serta kualitasnya begitu bermutu. Dalam penyusunannya penuh kehati-hatian dengan kadar kemampuan yang menunjukkan sikap jujur dan objektif dalam mengutip, isi penjelasannya dilakukan secara universal agar bisa dipahami. Sudah sepantasnya karya kitab ini menjadi kitab sejarah istimewa dan terpopuler diantara kitab lainnya serta sejarawan generasi sebelum atau sesudahnya pun belum ada yang mampu melakukan hal serupa.Â