Kalau kita melihat gaya blusukan para pejabat,entah Presiden,Gubernur,Walikota atau Bupati dan pejabat negara lain,saya jadi teringat gaya kepemimpinan ala Jepang.Dalam tulisan ini,saya mengambil Tri Rismaharini sebagai contoh,karena sepekan terakhir beliau  menjadi trending di jagat maya.
Dalam kepemimpinan Jepang,terutama perusahaan besar yang efisien,kita mengenal manajemen 4Gen yaitu Genba,Genchi Genbutsu dan Genjitsu.Manajemen ini dipakai untuk memecahkan suatu masalah dan mencari solusi terbaik yang akan diterapkan.
Gaya kepemimpinan model ini bisa juga dipakai dalam urusan pemerintahan atau negara.Yang membedakan perusahaan atau pemerintahan adalah cakupannya,namun tujuannya sama yaitu untuk Kaizen atau perbaikan.
Genba adalah istilah Jepang yang artinya tempat sebenarnya.Seorang pemimpin agar turun ke lokasi untuk melihat kondisi sebenarnya yang terjadi.Ia tidak cukup mendapatkan laporan dari bawahannya,namun perlu memastikan lokasi tempat masalah yang akan diselesaikan.
Genchi dan Genbutsu dalam bahasa Inggris "Go and See",mirip dengan Genba,artinya seorang pemimpin perlu datang untuk melihat proses atau peristiwa apa yang dialami oleh karyawan atau warganya.Dengan demikian peimimpin bisa merumuskan hal apa yang harus dilakukan untuk perbaikannya jika ditemukan ada persoalan.
Genjitsu jika diterjemahkan artinya realita atau fakta.Saat turun ke lapangan, pemimpin diharapkan melakukan observasi atau pengamatan,untuk mendapatkan data dan fakta. Dengan melakukan pengamatan akan mendapatkan data dan fakta untuk diolah,lalu mengambil tindakan perbaikan yang tepat.
Gaya kepemimpinan Tri Rismaharini saat menjadi Walikota,hampir sama dengan penjelasan 4Gen tadi.Bagaimana setelah menjadi Mensos ? Seperti yang beliau katakan seusai pelantikan,beliau akan tetap seperti saat menjadi Walikota,tetap blusukan dan turun ke lapangan.
Diawali dari blusukan ke Ponorogo (27/12/2020) lalu di Jakarta dekat kantor Kemensos tepatnya di bantaran kali Ciliwung (28/12/2020) dan yang teranyar blusukan ke Yayasan Majapahit dan bekas lokalisasi Balong di Mojokerto pada 2 Jan 2021.
Apa yang dilakukannya,saya pribadi melihat sebagai upaya untuk memetakan dan mencari fakta sebenarnya.Saat blusukan Mensos Tri Rismaharini langsung mencari fakta dengan berdialog bersama warga yang dikunjunginya.Tujuannya jelas,beliau ingin memetakan dan mendapat masukan serta mencari solusi terbaik bagi warganya.
Seperti kata bijak yang sering kita dengar,niat baik belum tentu diartikan baik oleh semua orang,tetapi setiap manusia diwajibkan untuk selalu berbuat baik.Tidak sedikit yang yang dilakukan Bu Risma dapat nyinyiran dari beberapa kalangan,terutama para kaum pecundang yang tidak mau warga dan negaranya maju.Hidup di negeri +62 memang sedikit unik,saat pemimpinnya tidak pernah blusukan dicemooh,saat blusukan dibilang pencitraan,lalu maunya apa ya bro ?
Namun seperti sering kita lihat di media,Tri Rismaharini adalah sosok yang menjalankan amanah dengan baik,dan itu dibuktikan saat menjadi Walikota.Banyak kemajuan dan prestasi yang diraih Surabaya,baik nasional maupun level dunia.