Mohon tunggu...
Iwan Sukamto
Iwan Sukamto Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer Enthusiast, Photo, Politics, Poems, Story, and Life.

You and everyone you know are going to be dead soon. And in the short amount of time between here and there, you have a limited amount of fucks to give. Very few, in fact. And if you go around giving a fuck about everything and everyone without conscious thought or choice—well, then you’re going to get fucked. Mark Manson, The Subtle Art of Not Giving a F*ck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Usman Hamid, Kamisan 750, dan Perjuangan Panjang Keadilan HAM di Indonesia

4 November 2022   09:29 Diperbarui: 4 November 2022   09:35 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya pasti lelah, sering merasa lelah, tapi selalu ada refleksi kecil bahwa meskipun kita lelah, usaha untuk mengakhiri kekerasan dan usaha untuk memperjuangkan keadilan itu belum berakhir - Usman Hamid

Apa yang ada dibenakmu jika kamu mesti memperjuangkan sesuatu yang sama sebanyak 750 kali? Bosan, jenuh atau putus asa? 

Seperti kata Usman Hamid, memperjuangkan keadilan HAM di Indonesia itu seperti bintang keadilan, tidak bisa pernah disentuh, tapi mungkin memang bukan untuk disentuh. Bintang itu ada untuk dijadikan panduan, dijadikan semacam pedoman, pedoman yang tertinggi dari standar kehidupan kita, sama seperti hak asasi manusia. 

Melalui tulisan ini, Usman Hamid akan menjawab pertanyaan besar, seperti apakah aksi kamisan ini akan terus berjalan kedepannya dan bagaimana aksi kamisan ini terus bertransformasi mulai dari awal sampai menyentuh aksi ke 750. 

Strategi advokasi apa yang dilakukan oleh aksi kamisan, mengingat sudah memasuki aksi ke 750? Kedepannya akan seperti apa ?

Pertama strategi pengorganisasian, bahwa kita tidak bisa menyampaikan protes hanya dengan sekali kegiatan, hanya dengan sekali demonstrasi, melainkan harus berkali kali dan berkala dan itu kami tuangkan kedalam aksi kamisan. Jadi strategi pengorganisasian itu menjadi lebih mengakar di dalam pilihan kami ketika ingin memperjuangkan tanggung jawab negara untuk menghadirkan keadilan bagi para korban kejahatan di masa lalu.

Kedua, strategi yang bersifat kebudayaan berbasis anak anak muda dan juga para seniman termasuk musisi dan orang orang yang mungkin punya potensi untuk menjadi simpatisan dari aksi kamisan. Seperti anak anak muda ini bisa dikatakan baru dan merupakan generasi yang tumbuh dari proses yang cukup lama didalam aksi kamisan. Saya sangat senang di aksi ke 750 ini para korban dan warga masyarakat terus mendukung kamisan ini.

Menurut bang Usman apakah aksi kamisan ini efektif dalam memperjuangkan keadilan HAM di Indonesia?

Saya kira dalam menyusun kekuatan, dalam menyebarkan kesadaran, dalam menyusun kekuatan secara perlahan saya melihat efektivitas itu. Kalau tidak efektif pasti ini sudah berhenti jauh sebelum mencapai kali ke 750. Dari tahun pertama saya  ada sedikit keraguan, bahwa ini tidak akan bertahan tetapi ternyata hingga tahun ke 2, 3, 4, 10 dan terus bertahan. Efektif untuk jangka panjang, ini lah yang disebut sebagai strategi pengorganisasian dan bukan strategi pemobilisasian.

Doc: Aksi Kamisan
Doc: Aksi Kamisan

Apa yang membuat aksi kamisan ini tetap setia dalam mengawal kasus pelanggaran HAM? 

Karena keyakinan bahwa apa yang dilakukan dalam aksi kamisan mengandung kebenaran, apa yang disuarakan dalam aksi kamisan itu memang untuk keadilan, apa yang disuarakan dalam aksi kamisan itu untuk menjaga kebebasan. Orang berkumpul dalam keyakinan tentang keadilan, kebenaran dan kebebasan.

Apa yang berubah dari aksi kamisan ini dari tahun ke tahun? 

Hanya perubahan generasional saja, dari generasi saya tahun 90an ke generasi yang lebih muda kelahiran tahun 2000 dan lain sebagainya. 

Juga hanya dari korban korban pelanggaran HAM berat masa lalu sampai korban dari kekerasan negara yang baru.

Sosial media itu memang menjanjikan kebebasan, bahkan menjanjikan pembebasan, tapi dia juga menyimpan bahaya otoritarian karena banyak tekanan, banyak peretasan, banyak upaya upaya kriminalisasi, banyak juga teror dan banyak juga serangan-serangan dari para buzzer, mereka mereka yang menggunakan mesin otomatis untuk melakukan kontra opini.

Dana aksi kamisan dari mana? 

Saweran aja, sukarela aja, siapa saja yang bisa bantu. 

Aksi kamisan di daerah mencapai aksi kamisan kesekian kali hanya dengan iuran anggota, jadi setelah mereka berkumpul, bubar maka mereka urunan, dan urunan itu yang membuat mereka terus menjaga keyakinan itu. 

Saya pernah berpikir dan ada suatu organisasi ingin memberikan dukungan pendanaan, saya bilang jangan, kalau ada dukungan pendanaan maka iuran iuran itu pasti akan mati dan tak akan bertahan karena orang akan merasa tidak memiliki lagi aksi kamisan itu. 

Awal awal nya dana dari Kontras untuk mencetak payung, lama lama ada yang memberikan payung, lama lama juga ada yang ingin menyumbang dan mencetak kaos sama seperti di aksi kamisan 750 ini. 

Jadi itu hanya sekedar spontanitas spontanitas saja 

Kenapa aksi kamisan ini mesti ada hingga kedepan dan seterusnya? Mengingat sudah ada sosial media dalam menyebarkan kampanye secara cepat, mudah dan praktis?

Sosial media itu memang menjanjikan kebebasan, bahkan menjanjikan pembebasan karena ada banyak pengalaman di dunia di Occupy Wall Street (OWS) di Amerika Serikat, Indignados movement (Anti-austerity movement) di  Spanyol, tapi dia juga menyimpan bahaya otoritarian karena banyak tekanan, banyak peretasan, banyak upaya upaya kriminalisasi, banyak juga teror dan banyak juga serangan-serangan dari para buzzer, mereka mereka yang menggunakan mesin otomatis untuk melakukan kontra opini. Bahkan saya menduga, negara ikut juga membuat ruang di media sosial tidak lagi menjanjikan kebebasan, tidak lagi menjanjikan pembebasan, justru sebaliknya bisa membawa otoritarian baru, penindasan baru, orang merasa takut karena di teror, orang merasa takut untuk bersuara karena di buzzer dan diserang oleh army troops, dari orang orang yang mungkin membayar mereka. 

Tidak lagi murni, kalau hari ini seandainya ada buzzer pun itu sedikit karena orang orang itu tidak digerakan oleh keyakinan, tetapi digerakkan oleh uang.

Apa yang membuat Bang Usman, tetap konsisten melakukan perjuangan HAM hingga sekarang di Amnesty International Indonesia?

Ngga ada pekerjaaan hahahaha. Ya enggaklah :) 

Karena saya masih punya hutang aja dan saya kira perjuangan yang dilakukan oleh kawan kawan saya di era reformasi itu belum selesai, belum mengenal kata akhir. 

Bukannya reformasi sudah selesai ya? 

Bagi sebagian orang itu mungkin sudah selesai, tetapi bagi saya belum. 

Bagi sebagian orang sudah kadaluarsa, tetapi bagi saya belum. 

Dan menurut saya hari ini dengan berkumpulnya para generasi muda untuk menyuarakan agenda agenda keadilan, itu kan agenda agenda reformasi, agenda agenda perubahan di tahun 98. Artinya itu masih relevan, artinya itu masih belum selesai, bahkan tahun 2019 para mahasiswa jaman sekarang itu menggunakan kata reformasi (Reformasi di Korupsi 2019), artinya kata itu masih dianggap relevan sampai hari ini. 

Sampai kapan aksi kamisan ini akan dilakukan? 

Entah, saya tidak tahu akan sampai kapan. Saya sudah melihat berkali kali para korban dan para penyintas, keluarga korban mengikuti kamisan hingga akhir hayat dikandung badan mereka. Ya mungkin terus berjatuhan satu persatu karena usia, karena kondisi kesehatan, tapi saya kira, kita tidak akan pernah bisa memastikan sampai kapan, karena perjuangan itu seperti mengejar awan, tidak pernah bisa kita raih betul tapi hanya bisa jadi panduan bahwa kita harus setinggi awan. 

Seperti bintang keadilan, seperti bintang yang menunjukkan jalan bagi para nelayan untuk mencari atau menyambung kehidupan. Jadi tidak bisa pernah disentuh bintang itu tapi mungkin memang bukan untuk disentuh bintang itu. Bintang itu ada untuk dijadikan panduan, dijadikan semacam pedoman, pedoman yang tertinggi dari standar kehidupan kita, sama seperti hak asasi manusia. Kalau kita baca di deklarasi universal HAM, piagam PBB hampir seluruhnya itu tentang mimpi mimpi yang indah tentang kehidupan dunia, kehidupan yang menjamin kebebasan bagi setiap orang tanpa membedakan latar belakang RAS, perbedaan etnis, suku, ideologi, gender, apapun itu orientasi seksual. Orang tidak lagi dilihat dari kulitnya putih, hitam, coklat, orang tidak lagi boleh dibedakan secara negatif oleh karena agamanya. Tapi itu tidak bisa kita capai secara sepenuhnya, tapi bukan berarti kalau kita tidak melihatnya di dalam kesempurnaan kenyataan, lalu kita berhenti mengejarnya. Nah itu yang saya maksud dengan standar tertinggi kehidupan untuk manusia. Orang membutuhkan imajinasi yang ideal itu untuk tetap bertahan dalam hidup yang penuh ketidakpastian ini. 

Pernah merasa capek kah ? 

Ya pasti lelah, sering merasa lelah, tapi selalu ada refleksi kecil bahwa meskipun kita lelah, usaha untuk mengakhiri kekerasan dan usaha untuk memperjuangkan keadilan itu belum berakhir.

Untuk nanti pemilu 2024, masih optimiskah Bang Usman?

Kita belajar dari masa reformasi bahwa keadilan itu tidak ditentukan oleh perubahan kekuasaan, kita lihatlah nanti. Kalau rakyat Indonesia cerdas, saya kira rakyat Indonesia harus memilih orang orang yang memang tidak menggunakan kekuasaan hanya untuk ketenaran atau keuntungan, tapi untuk keadilan, kebenaran dan untuk kebebasan. (I/S)

#HidupKorban
#JanganDiam
#lawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun