Mohon tunggu...
Iwan Sukamto
Iwan Sukamto Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer Enthusiast, Photo, Politics, Poems, Story, and Life.

You and everyone you know are going to be dead soon. And in the short amount of time between here and there, you have a limited amount of fucks to give. Very few, in fact. And if you go around giving a fuck about everything and everyone without conscious thought or choice—well, then you’re going to get fucked. Mark Manson, The Subtle Art of Not Giving a F*ck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Usman Hamid, Kamisan 750, dan Perjuangan Panjang Keadilan HAM di Indonesia

4 November 2022   09:29 Diperbarui: 4 November 2022   09:35 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti bintang keadilan, seperti bintang yang menunjukkan jalan bagi para nelayan untuk mencari atau menyambung kehidupan. Jadi tidak bisa pernah disentuh bintang itu tapi mungkin memang bukan untuk disentuh bintang itu. Bintang itu ada untuk dijadikan panduan, dijadikan semacam pedoman, pedoman yang tertinggi dari standar kehidupan kita, sama seperti hak asasi manusia. Kalau kita baca di deklarasi universal HAM, piagam PBB hampir seluruhnya itu tentang mimpi mimpi yang indah tentang kehidupan dunia, kehidupan yang menjamin kebebasan bagi setiap orang tanpa membedakan latar belakang RAS, perbedaan etnis, suku, ideologi, gender, apapun itu orientasi seksual. Orang tidak lagi dilihat dari kulitnya putih, hitam, coklat, orang tidak lagi boleh dibedakan secara negatif oleh karena agamanya. Tapi itu tidak bisa kita capai secara sepenuhnya, tapi bukan berarti kalau kita tidak melihatnya di dalam kesempurnaan kenyataan, lalu kita berhenti mengejarnya. Nah itu yang saya maksud dengan standar tertinggi kehidupan untuk manusia. Orang membutuhkan imajinasi yang ideal itu untuk tetap bertahan dalam hidup yang penuh ketidakpastian ini. 

Pernah merasa capek kah ? 

Ya pasti lelah, sering merasa lelah, tapi selalu ada refleksi kecil bahwa meskipun kita lelah, usaha untuk mengakhiri kekerasan dan usaha untuk memperjuangkan keadilan itu belum berakhir.

Untuk nanti pemilu 2024, masih optimiskah Bang Usman?

Kita belajar dari masa reformasi bahwa keadilan itu tidak ditentukan oleh perubahan kekuasaan, kita lihatlah nanti. Kalau rakyat Indonesia cerdas, saya kira rakyat Indonesia harus memilih orang orang yang memang tidak menggunakan kekuasaan hanya untuk ketenaran atau keuntungan, tapi untuk keadilan, kebenaran dan untuk kebebasan. (I/S)

#HidupKorban
#JanganDiam
#lawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun