Mohon tunggu...
Narliswandi Piliang
Narliswandi Piliang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Business: Products; Coal Trading; Services: Money Changer, Spin Doctor, Content Director for PR, Private Investigator. Social Activities: Traveller, Bloger. email: iwan.piliang7@yahoo.com\r\nmobile +628128808108\r\nfacebook: Iwan Piliang Dua , Twitter @iwanpiliang7 Instagram @iwanpiliangofficial mobile: +628128808108

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sawah Portable Sonson Solusi Kelaparan

3 Mei 2020   16:06 Diperbarui: 3 Mei 2020   15:59 1586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari bilangan Cempaka Putih Tengah,  Jakarta Pusat,  saya terkesima mendengar keterangan Sonson.

Langit Jakarta di udara matahari mulai menyengat pun biru, seakan mematahkan "teori" Arbain Rambey - - fotografer Kompas - -  pernah  beramsal bila  ingin memotret Jakarta berlangit biru, maka  lakukanlah  di hari kedua lebaran. Covid-19, telah membuat langit Jakarta saban hari biru-biru. Dalam suasana itu saya menggali terobosan Sonson.

"Sebuah kehormatan menghubungi saya," kata Sonson melalui telepon.

Ia mengakui, sejatinya dominan profesinya di waste management. Ia  membangun beberapa proyek pengolahan sampah  dijadikan energy, biogas. Dalam perkembangan,  ada bahan sisa, lumpur. Lumpur sangat halus itu dalam pemahamannya dapat menjadi medium  tanam padi. Maka sejak 2011,  Sonson sudah tak lagi membeli beras. Konsep   sawah portebel itu pun  mulai ditiru orang. Ia senang.

Tak berhenti hanya di sawahnya,  bermodalkan Rp 6 juta ia membuat alat teknologi tepat guna, penggiling gabah. Maka di video dikirim disusulkan ke saya, Sonson  mengatakan, kalau saja setiap  rumah menanam sawah ala dia, punya mesin penggiling padi sendiri, tuntas sudah persoalan berasnya.

"Ekonomi off farm; penggilingan, distribusi ke end coumers beras, selama ini dilakukan Bulog dan swasta bisa diserahkan langsung ke setiap rumah tangga," ujarnya.

Ia mencontohkan dengan alat sederhana kapasitas 50-100 kg sehari rumah tangga bisa mengubah gabah lalu menjual beras. Konversi gabah ke beras pada rendemen 70%  memberikan marjin Rp 2000-3000/kg. "Dengan kondisi alam, plus, membuat sawah portebel, tidak pantas ada orang kelaparan, busung lapar," tuturnya. Itu artinya jika tak punya sawahnya, cukup membeli gabah bisa mendapatkan keuntungan, apalagi melengkapi dengan sawah, memiliki padiu sendiri.

Menjadi pertanyaan, bagaimana di perkotaan  bagim,an mendapatkan lumpur medium tanam?

"Gampang, setiap rumah tangga membuat tong pengolahan bio gas masing," katanya lagi, "Dari situ aka nada sisa limbah berupa lumpur. Lumpur itu dijadikan menium tanam."

Maka tak heran sosok seperti Doktor Scott Kennedy, dari Energy Action Patners Masdar Institute of Science Technology, UAE, sengaja datang ke desanya, menyimak bagimana sawag portebel Sonson, memakai medium limbah dari biogas.

Masdar City sendiri, saya simak keberadaannya sejak 2008. Hampir setiap dua tahun kami ke sana. Empat tahun lalu, saya dan isteri, Sandra, sudah mencoba naik mobil PRT, Public Rapid Transport,  mobil listrik, 4 penumpang tanpa supir di kota zero waste zero carbon itu. Energi Masdar dari matahari, angin dan gelombang laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun