Mohon tunggu...
Narliswandi Piliang
Narliswandi Piliang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Business: Products; Coal Trading; Services: Money Changer, Spin Doctor, Content Director for PR, Private Investigator. Social Activities: Traveller, Bloger. email: iwan.piliang7@yahoo.com\r\nmobile +628128808108\r\nfacebook: Iwan Piliang Dua , Twitter @iwanpiliang7 Instagram @iwanpiliangofficial mobile: +628128808108

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Juggling Menuju Juara Bola Dunia

18 November 2019   10:13 Diperbarui: 18 November 2019   10:17 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tiga puluh menit lebih."

Saat itu Tristan mengaku baru bisa 2,5 menit juggling, bola tak jatuh ke tanah.

Butuh waktu berapa untuk bisa seperti Pele?

Sosok menurut Pep Gardiola, pada 2012 di Jakarta,  dalam tujuh tahun ke depan punya potensi pengganti Messi itu menjawab, "Butuh waktu sebulan latihan."

Saya meminta mereka pulang, nanti setelah bisa juggling 30 menit kita bertemu dan saya berminat berfoto dengan Tristan. Kami tak membahas banyak tentang hambatannya tak bisa ke Belanda.

Dua pekan berlalu.  Saya menerima WA dari ayah Tristan. Ia mengabari  Tristan sudah bisa juggling 30 menit 51 detik. Segera saya simak. Dan saya pun berkenan berfoto dengan Tristan.

dokpri
dokpri
WAKTU  jelang Ashar di  Radio Suara Surabaya (SS), 9 November 2019 lalu.  Karena esoknya kami akan launching #jugglingidol secara indie di Surabaya, kami berinisiatif mampir. Alhamdulillah kawan-kawan di SS memfasilitasi  tampil live hampir setengah jam. Animo bertanya pendengar tinggi.  Akan tetapi hanya dua penanya dapat disiarkan. Kami menyampaikan kalimat: juara dari lubuk hati, bukan teknik menendang bola duluan.

Entah mengapa saya  terbawa dalam keharuan, suara parau, dada sesak, saat  menyampaikan, menemukan tiga kata: hajar, sikat, matiin, acap diucapkan para orang tua di pinggir lapangan di sekolah bola kini menjamur.  Dugaan,  ketiga kata itu menjadi penyebab kita tak kunjung punya tim kesebelasan solid. Ketiga  kata itu mengalirkan aura negatif,  bukankah lebih baik   menggganti  teriakan ke: maju, sportif, juara?

Saya simak  penyiar Radio SS, Wismanti,  ikut terharu. Hal hasil keesokannya jelang pukul 12 siang saat pendaftaran #jugglingIdol dibuka, seorang Bapak mengantar anaknya ikut kontes. Ia menyalami saya, berkata, "Mas Iwan, saya ikut terharu juga mendengar radio kemarin, air mata saya  jatuh."

KEMARIN petang di  Bioskop XXI Plaza Indonesia.  Kami sekeluarga sengaja mengajak Tristan menonton film Ford V Ferrari. Film itu diangkat  dari kisah nyata bagaimana  balap mobil Le Mans, Perancis, 1966, upaya Ford menyaingi Ferrari lebih unggul dalam  balapan. Di luar kisahnya, pemeran utama  F v F, Matt Damon sebagai Shelby, juga menjadi  pemain utama saat di Film Invictus, menjadi Kapten  Tim Rugby,  Afrika Selatan.

Film Invictus, juga kami wajibkan disimak oleh Tristan. Dari film itulah antara lain mengilhami kami mendapatkan kata, juara dari lubuk hati bukan dari teknik menendang bola.  Di Invictus  tajam terasa bagaimana seorang pemimpin, dalam hal itu, Alm., Presiden Mandela memberi motivasi ke tim  Rugby Nasional-nya, sehingga  menjadi juara dunia.  Mandela tak bicara teknik melempar bola, juga tak membahas cara cigin berlari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun