Mohon tunggu...
Narliswandi Piliang
Narliswandi Piliang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Business: Products; Coal Trading; Services: Money Changer, Spin Doctor, Content Director for PR, Private Investigator. Social Activities: Traveller, Bloger. email: iwan.piliang7@yahoo.com\r\nmobile +628128808108\r\nfacebook: Iwan Piliang Dua , Twitter @iwanpiliang7 Instagram @iwanpiliangofficial mobile: +628128808108

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

A Wonderful Cawapres 2019

25 Juli 2018   18:04 Diperbarui: 25 Juli 2018   20:27 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SELASA  malam, 23 Juli 2018.  Hall pertemuan di Griya Agung, Palembang, diisi meja bundar dengan masing-masing kursi penuh ditempati peserta pertemuan internasional membahas cagar biosfir dunia ke 30, didukung Unesco.

Kegiatan ini bertajuk keren: International Cordinating Council (ICC) of the Man and Biosphere Program (MAB). Dua puluh sembilan kali kegiatan sejenis selalu diadakan di Paris, London. Momen ke-30 ini diadakan di  Palembang, Indonesia. Dirjen Unesco tampak hadir. Dua menteri lingkungan hidup, Zimbabwe dan Mozambik ikutan. Hampir seratus negara mengirimkan perwakilan.

Jamuan makan malam oleh Gubernur Alex Noerdin terasa hangat. Senyum dan tawa tampak di wajah para hidirin.

" I see trees of green... red roses too
I see them bloom... for me and you
And I think to myself... what a wonderful world ..."

Penggalan dari lirik lagu What a Wonderful World itu mengalun. Suara berat Alex Noerdin diiringi orgen tunggal. Hadirin bertepuk tangan. Tidak berlebihan ada peserta nyeletuk, "Louis Amstrong from Palembang." Suara Alex mengingatkan saya kepada  Almarhum Bill Saragih, jazzy,  menyanyikan  lagu sama. Tepuk tangan meriah pecah.

Esok paginya di Hotel Novotel, Palembang, tempat kegiatan pertemuan internasional itu dipusatkan, di sebagian ballroom sudah tampak beragam stand pameran. Salah satu both kawasan Berbak-Sembilang, dua lokasi cagar biofir dinomasikan akan di- endorse oleh Unesco. Lokasinya sekitar 140 ribu hektar berada di kawasan propinsi Jambi dan 240 ribu-an di Sumatera Selatan.

Cagar biosfir ini selain menjadi habitat Harimau Sumatera, rutin menjadi persinggahan Burung Migran dari belahan bumi utara menuju selatan, dan sebaliknya.  Bagi pelancong dengan perhatian khusus, menyimak puluhan ribu burung terbang puluhan ribuan kilometer itu pastilah menjadi pengalaman tersendiri.

Ketika memukul gong membuka acara di  kemarin pagi, kembali sambutan meriah mengiringi pagi cerah di Palembang.

"Wow, wonderful governor."

"Wonderful governor."

Menteri lingkungan hidup Zimbabwe mengomentari.  Peserta lain pun mengamini. Wajah Alex Noerdin saya simak cerah. Siang harinya ketika saya bertemu di Griya Agung, kembali ia menegaskan, "Event-event internasional telah mengundang banyak pengunjung ke Palembang. Palembang kian dikenal."

Kini 39 penerbangan sehari dari dan ke Palembang. Jumlah pernerbangan itu mulai dirasa sesak dan kurang. Saya pernah mengalami terlambat memesan tiket, kebetulan sehari mendadak hendak pulang ke Jakarta, walaupun sudah mendaftarkan diri sebagai waiting list tetap tak bisa berangkat.

Palembang hari ini memang beda dengan Palembang kemarin. Sejak 23 Juli kemarin, Light Rail Transit (LRT) Palembang, menjadi Sepur di Pucuk - - istilah wong kito untuk LRT  - - pertama beroperasi di Indonesia. Maka di banyak kanal dan akun sosial media warga, khususnya Instagram, di Palembang, berisi wajah warga berseri-seri numpak Sepur di Pucuk.

Pagi tadi di koran Radar Palembang di headline-nya saya membaca Berbak Sembilang resmi menjadi Cagar Biosfir Dunia. Saya belum bertemu lagi dengan Alex Noerdin untuk menanyakan komentarnya. Ia pagi tadi hadir RDP bersama Komisi X DPR RI, di Jakarta.

Petang ini saya membaca di media bicaranya to the point  di DPR. "Yang  belum merasakan eforia Asian Games bukan Palembang, Sumsel," katanya pula, "Kampung di Palembang sudah lama warna-warni, kasih tahu Pak Nuruji, jadi kalau datang kami pasang spanduk." Nuruji dimaksud Alex adalah anggota komisi X DPR RI, dari Partai Gerindra daerah pemilihan Jawa Barat.

Dokpri
Dokpri
Alex di mana pun berada, dalam sikon serius, bisa memecah keheningan dengan candanya. Seperti menyelip sapaan ke anggota dewan tadi, di tengah suasana sangat serius dan tegang membicarakan kesiapan Palembang ber-Asian Games.

Apalagi beberapa waktu lalu, sempat di stadion Sriwijaya ratusan tempat duduknya dirusak penggemar Sriwijaya FC.  Di pusat beritanya membuat kalangan di Inasgoc ketar-ketir. Namun dengan renyah Alex bilang, "Jam dua ini semua bangku sudah beres."

"AC sudah beres. Kamar memang tak bisa dibesarkan. Tempat refreshing ada di bawah masing-masing tower dan sudah ada plaza. Dining hall bisa untuk 2.000 orang buka 24 jam."

"Atlet di Jakabaraing tak akan stres, venue berada dalam satu kompleks, bisa ditempuh berjalan kaki dan lima puluh lima golf car tersedia."

"Soal kemungkinan kebakaran hutan diisukan, yang ada bukan kebakaran, tapi hot spot. Bukan fire spot.  Kalau fire spot langsung water bomb. Sekarang semua hot spot padam."

"Tak ada lagi yang saya laporkan. Semua sudah selesai dan Komisi X sudah berkali-kali meninjau."

Begitu antara lain kalimat Alex saya simak  dari Palembang. Saya berkali-kali menulis bahwa empat tahun terakahir bulak-balik ke Palembang, dan merasakan, menyimak langsung bagiamana sosok Alex pekerja keras. Beberapa staf yang mengikutinya heran, "Ini Pak Alex sudah semacam mesin."

"Dengan sudah seperti itu saja bekerja, terkadang target belum tunai," katanya

Satu hal paling ia kuatirkan jangan sampai sakit, "Flu saja sehari banyak hal bisa tertunda." Agaknya, karena selalu bekerja dengan riang gembira, dengan tidur  satu dua jam sehari,  Alex total football bekerja. Ia membangun Sumsel. Maka riset membuktikan 82% warga puas akan kinerjanya sebagai gubernur.

Acap pula saya tulis, baik dalam Bahasa Indonesia maupun berpidato berbahasa Inggris, Alex selalu renyah mengundang senyum, tawa.  Atas dasar itu pulalah ketika di sebuah forum pertemuan internasional di Paris, artis Leonardo Dicaprio mewawancarainya untuk televisi.

"I hear babies cry.... I watch them grow
(you know their gonna learn A whole lot more than I'll never know)
And I think to myself... what a wonderful world
Yes I think to myself.... what a wonderful world."

Saya masih teringat bagaimana Alex menyuarakan bait terakhir What a Wonderful World  itu.

Saya lalu mengingat perjalanan karir singkatnya, menjadi pegawai negeri dari golongan II, berijazah sekolah menengah, sambil bekerja berkuliah. Sarjana, lalu meniti karir di pemerintah menjadi kepala dinas di tingkat kabupaten, lantas menjadi Sekda Kabupaten, meraih peluang, ia  menjadi Bupati Musi Banyuasin dua periode. Saat ini Alex  diambang mengakhiri jabatan kedua kali sebagai Gubernur Sumatera Selatan.

Sambil mendendangkan What a Woderful World, petang ini saya sendiri  mengingat sudah lebih sepuluh tahun ini menggadang figur dapat diproyeksikan bisa membawa perubahan bagi bangkitnya peradaban, Indonesia ber-dignity: mulai dari paradigma orang muda bersekolah, sosok punya produk masuk pasar, income mandiri, hingga katanya, hafiz dan ahli tafsir saya tulas-tulis. Dan  tidak berlebihan pula saya menuliskan sejatinya a wonderful Cawapres for Indonesia 2019: Alex Noerdin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun