Mohon tunggu...
Narliswandi Piliang
Narliswandi Piliang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Business: Products; Coal Trading; Services: Money Changer, Spin Doctor, Content Director for PR, Private Investigator. Social Activities: Traveller, Bloger. email: iwan.piliang7@yahoo.com\r\nmobile +628128808108\r\nfacebook: Iwan Piliang Dua , Twitter @iwanpiliang7 Instagram @iwanpiliangofficial mobile: +628128808108

Selanjutnya

Tutup

Nature

Racun DAS Citarum Siang 27 Malam 9 Derajad

23 Juli 2018   12:53 Diperbarui: 23 Juli 2018   13:38 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEBUAH video diperlihatkan Doni Monardo, 55 tahun,  di kanan saya duduk. Kami kebetulan semeja di sebuah resepsi pernikahan putri kawan, Minggu siang, 22 Juli 2018,  kemarin.  Di antara beberapa tokoh dan pejabat di dekat kami, termasuk Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan,  Doni pernah menjabat  Panglima Siliwangi - -  kini sosok  berbintang tiga itu sebagai Sekretaris Jenderal (Sesjen),  Dewan  Ketahanan Nasional (Wantanas). Wajahnya serius membicarakan  pencemaran lingkungan hidup.

tanaman-1-5b557219d1962e132e19ca92.jpg
tanaman-1-5b557219d1962e132e19ca92.jpg
Selama ini saya hanya mengikutinya dari berita. Secara khusus  pernah saya simak  di media, ketika masih menjadi Panglima Siliwangi, Doni  dan  Presiden Joko Widodo mengunjungi hulu Citarum, Jawa Barat. Sebagaimana dominan Daerah Aliran Sungai (DAS)  tercemar, rusak, Citarum mengalami pencemaran akut.

Saya menjadi teringat kalimat pendiri  perusahaan air minuman kemasan, Alm., Tirto Utomo. Saya pernah mengutip kalimatnya untuk SWA, "Air adalah kehidupan." Logikanya,  hulu mata air  mengalir ke sungai. Kali tercemar  rusak kehidupan.

tanaman-2-5b5572e2caf7db2f640d1636.jpg
tanaman-2-5b5572e2caf7db2f640d1636.jpg
Di  video diperlihatkan Doni kemarin itu, direkam  oleh Satgas Citarum Harum (SCH) Sub sektor 2113, Jumat, 20 Juli 2018, pukul 22.40. Artinya baru saja  dua hari rekamannya  diterima Doni.  Visualnya membuat dada sesak. Pembuangan limbah ke Sungai Citarum oleh PT IP di jalan Tanjung, Cimahi Selatan. Limbah abu pekat, mendekati hitam,  berbusa, berbau. Racun itu mengalir ke  Citarum.

tanaman-5-5b5573db5e13733617643ba7.jpg
tanaman-5-5b5573db5e13733617643ba7.jpg
"Akibat hulu Citarum demikian, dan dominan perusahaan tekstil membuang limbah ke sungai Citarum, maka dominan  ikan  dipanen dari waduk dialiri Citarum, termasuk dari Jatiluhur sudah tak layak konsumsi."

Saya terperanjat mendengar kalimat Doni. Saya penggemar ikan Nila.

"Benar. Pencemaran, mulai merkuri dan unsur berbahaya lain sudah sangat  tinggi."

"Mungkin sudah diperlukan polisi lingkungan hidup," kata Doni.

tanaman-3-5b55724ad1962e7244327df4.jpg
tanaman-3-5b55724ad1962e7244327df4.jpg
Hingga kini,  menurut Doni, belum signifikan upaya  instansi terkait, lintas sektoral membenahi pencemaran Citarum. Maka ketika tak lama kemudian muncul Sandiaga Uno, Wakil Gubernur DJKI Jakarta, duduk pula  semeja dengan kami, obrolan  ihwal pencemaran Citarum itu merambah ke pencemaran Ciliwung.

Saya tentu tidak sempat bercerita langkah pernah kami lakukan di kali kecil di kawasan Jl. Abdul Muis, Jakarta Pusat, kepada Sandi Uno.  Di era Joko Widodo Gubernur DKI Jakarta, kami punya kegiatan Bangun Gotong Royong Jakarta (Bang Rojak). Bangrojak  melakukan kegiatan bersih toilet masjid, membersihkan kali, bahkan pernah menyemai bibit ikan bersama Saefulah, kini Sekda  di DKI Jakarta.  Sungai kecil, atau tepatnya got besar, di belakang perkantoran dari mulai Gedung BI hingga ke arah Hayam Wuruk itu sejatinya bisa dibeningkan airnya. Akan tetapi semua gedung di jejeran  kali itu,  membuang limbahnya tanpa diolah.

tanaman-6-5b557286677ffb576f7ac4eb.jpg
tanaman-6-5b557286677ffb576f7ac4eb.jpg
Padahal amanah Undang-Undang jelas soal aturan  pembuangan limbah. Seingat saya ketika Saefulah menjadi Walikota Jakarta Pusat, pernah beberapa kali menyurati gedung-gedung perkantoran  itu. Akan tetapi karena levelnya hanya Walikota,  beberapa kantor kementrian disurati, agaknya, karena  teguran  hanya  dari seorang  Walikota,  lewat begitu saja. Pekan lalu saya ke Kementrian Perhubungan, sempat memperhatikan kali di Jl. Abdul Muis itu. Sudah pasti ikan pernah kami semai empat tahun lalu itu pada pudur.

Pertemuan memang kadang sulit kita tebak. Tak lama saya   mengingat soal kali Abdul Muis itu,  di hadapan kami muncul Saefulah, kini masih  menjabat Sekda di DKI Jakarta itu. Sayang,  momen untuk bernostalgia ihwal kali di Jl Abdul Muis tak tersedia, karena sebagai undangan, katanya sudah harus menuju  resepsi lain. Dan Sandiga Uno, Wakil Gubernur,  pun demikian, sudah harus beranjak menjadi saksi pernikahan kerabatnya.

Doni pun beringsut menuju meja  lainnya.

Kepada saya melalui What Apps (WA), Doni  mengirim berita ihwal perubahan suhu  di seputaran DAS Citarum.

"

tanaman-5-5b557383caf7db69c71a6e09.jpg
tanaman-5-5b557383caf7db69c71a6e09.jpg
Hasil pendataan beberapa hari terakhir di hulu DAS Citarum;  akibat perbedaan suhu  kini siang 27 Derajat Cecius dan malam 9 Derajat Celcius, daun sejumlah tanaman berdaun lebar menjadi kering."

Hari ini?

"Ya hari ini, saat ini."

"Fenomena itu sedang dipelajari oleh Dinas Pertanian Jabar, setelah mendapatkan masukan Satgas Citarum."

Doni lalu mengirimkan 44 foto betapa menggeragasnya daun, bahkan batang  pisang segenap daunnya coklat. Saya perhatikan  foto beberapa lahan tanaman daun bawang, tanahnya kering, pucuk daun mulai terkulai.

Di 

tanaman-7-5b55734ccaf7db1edf6325bd.jpg
tanaman-7-5b55734ccaf7db1edf6325bd.jpg
dalam sikon berbangsa dan bertanah air kita baru saja usai melakukan Pilkada serentak - - beberapa persoalan hukum kini mulai bersidang di MK - -  sebentar lagi Pileg, Pilpres,  juga jagad ranah Sosial Media dominan  berisi pro kontra politik, sebagian generasi milenial a-politik asyik dengan hal lucu-lucuan sekenanya, perhatian akan musibah  lingkungan hidup bisa menjadi nomor sekian. Maka  siang kemarin itu saya   seakan menyimak Doni Monardo, Jenderal TNI AD Bintang Tiga, bagaikan melihat sebatang pohon berdiri sendiri  nun  di padang pasir luas.

Siapa saja pihak yang peduli?

"Belum ada. Kalau tidak kita memberitahu, pasif semua," jawab Doni singkat.

Adakah di antara Anda, Pembaca,  peduli, sebelum kiamat  itu bernar-benar ada dan  terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun