Ketika kabar itu saya terima, saya seakan mencoba memutar ulang rekaman perjalanan, terutama  masuk tahun keempat ini.
Kami di IPCENTER, pernah  bertemu sosok gubernur di kawasan timur. Jaringan kami pula  menjadi inisiator  awal mensosialisasikan  sebuah hastag untuk 2019, sejak 22 April 2017. Kerja sosial atas inisiatif sendiri itu, kami evaluasi, 22 Agustus,  hasilnya bagus. Akan tetapi di September 2017,  menggadang figur  itu sebagai calon pemimpin untuk 2019 kami hentikan.  Jaringan telah terbentuk, publik meneruskan. Saya simak dari jauh sampai Ustad Somad ikut menggadang-gadang, hingga lahirlah berita berbalik arah, di media sosial lalu gerah.
Bertemu tokoh bagi saya mengalirkan petunjuk "hati" sambil berserah diri kepada  Yang Maha Kuasa.  Hingga hari ini saya happy acap ke Palembang. Alasannya, ya, bisa berjumpa Alex Noerdin.
Maka ketika kawan saya mengabarkan soal Mahfud MD, konon bakal calon wakil presiden, saya katakan, jika kita berbangsa dan bernegara  fair, sejatinya nama Alex Noerdin layak dipertimbangkan Presiden Jokowi menjadi wakilnya.
Fair saya maksud bisa disimak dari perjalan karir, dari staf biasa di sebuah kabupaten, meningkat kepala SKPD-nya, menjadi Bupati dua periode di Kabupaten Musi Banyuasin, kemudian lanjut Gubernur dua periode. Hingga saat saya menuliskan ini:  tingkat kepuasaan warga menurut survei sebuah lembaga riset pusat  terhadap Alex Noerdin mencapai 82%.
Tentu banyaklah lema, diksi,  panjang bisa dituliskan. Akan tetapi  menjadi subjektif untuk saya tuangkan full. Selama  ini saya selalu menyampaikan ke media, jika laku verifikasi dengan kerendahan hati kita lakukan, "alam" memandu bertemu sosok pemimpin baik layak "jual" memimpin bangsa dan negara.
Alex Noerdin memang bukan ketua partai.
Ia juga bukan tokoh organisasi keagamaan.
Akan tetapi ia salah satu gubernur berprestasi.Â
Ia berasal dari kota tertua di Indonesia, Â Palembang berusia 1.355 tahun.Â
Di tengah ketuaan kota seakan tenggelam di bumi Sriwijaya ini, saya menyimak spirit membangun Alex  menumbuhkan dignity, sesuatu  mumpuni.