Mohon tunggu...
Narliswandi Piliang
Narliswandi Piliang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Business: Products; Coal Trading; Services: Money Changer, Spin Doctor, Content Director for PR, Private Investigator. Social Activities: Traveller, Bloger. email: iwan.piliang7@yahoo.com\r\nmobile +628128808108\r\nfacebook: Iwan Piliang Dua , Twitter @iwanpiliang7 Instagram @iwanpiliangofficial mobile: +628128808108

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bersama Alex, Indonesia Bergembira

9 Juli 2018   18:40 Diperbarui: 10 Juli 2018   06:51 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WAKTU  shalat Ashar baru saja lewat. Kawasan di gang Masjid, Kampung Cempaka  Warna-Warni, Bukit Kecil, Palembang,  Minggu sore kemarin saya simak melalui  foto di Instagram, di lapangan bulu tangkis berkelir zigzag, motif manca-warna  tertata. Ramai warga di sana. Di keterangan foto, masyarakat  menanti gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin.

Bulan lalu, tepatnya  Minggu ketiga Ramadan, kawasan pemukiman padat di tengah kota  Palembang itu  dinobatkan di Griya Agung, sebagai pemenang pertama Lomba Menghias Kampung Asian Games. 

Saya menyimak langsung  seekor sapi kartun, laksana wujud kuda lumping bertuliskan tiga ekor  di badannya. Ya, warga kampung Cempaka Warna-Warni, sesuai tajuk,  menjadi pemenang pertama mendapatkan hadiah tiga ekor sapi.  Sapi kartun simbolis.

Masih di Instagram, aplikasi  sosial media paling diminati di Sumsel kini, khususnya Palembang,  saya menyimak pula foto before and after kampung ini. Lapangan hijau semak tak terurus, sisa bangunan runtuh, tanah bebatuan gundukannya ngasal sebagai awal.   

"Mampirlah ke sini Mas. Turis asing saja  banyak ke mari sekarang, bahkan mereka sengaja tiduran di gang kami, lalu meng-upload fotonya di Sosmed.  Viral di negaranya," kata seorang pemilik akun Instagram kepada saya.

Maka kemarin petang itu rasa ingin tahu saya terhadap Kampung Asian Games ini, kian tajam,. Apalagi di pusat,  Presiden  Jokowi, setelah mendapat cerita ihwal kreatifitas Palembang  ini,  lalu mengembangkan ke tingkat  nasional membuat lomba sama. Kini  di nasional masih berlangsung.

Di saat  Gubernur Alex Noerdin datang ke lokasi, saya simak di sepanjang gang, warga  bergembira riang.  Wajah-wajah cerah, tua dan muda, tumpah. Ketika  melihat Alex Noerdin  menunjuk  sosok kartunnya di salah satu dinding rumah di tepian gang warga penasaran.  

"Belagak nian mukoku,"  komentar Alex. 

Keren kali dalam logat Palembang.

Tawa-ria kian menyala.

Tepat di lapangan bulu tangkis, semula semak-gundukan itu,  wadah  pusat berkumpul  warga, lantainya kini berkelir-kelir. Musik  Tanjidor, corong  terompet besarnya membahana. Saya merasa seakan  berada di Kemayoran atau di  wilayah Condet, Jakarta. Kendati Jakarta  juga tuan rumah Asian Games 2018, anisiatif  masyarakat seperti di Palembang  ini tak saya jumpai di Ibu Kota.

Mulailah saya  menyimak takzim. Alex Noerdin menyapa warganya. "Kito tambah hadiah cat,  yo, apolagi?" tanyanya ke hadirin.

"Kaus seragam Pak."

Seorang ibu tua didukung serombongan ibu-ibu pengajian.

"Butuh barapo?"

"Empat puluh Pak."

"Napo bukan  duo ratus."

Ha ha ha. Semua tertawa.

Saya berkeliling Indonesia.  Tidak berlebihan saya nilai, canda-tawa Gubernur secara spontan seperti sore kemarin hanya saya temui di Palembang. Alex dikenal  orator. Di setiap presentasinya tentang Asian Games,  selalu diselipkan joke, dan tak terkecuali satu dua video ia hidangkan. Ilustrasi musiknya pun disesuaikan dengan hadirin. Untuk masyarakat kebanyakan, visual diiringi lagu Via Valen, Sayang.

Kehangatan dan keakraban demikian tak hanya dialami dan dirasakan bukan hanya di sebuah kampung di Palembang.  Akan tetapi dalam pertemuan internasional, khusus di momen event membicarakan lingkungan hidup,  kehadiran Alex Noerdin  dinanti dunia.

Pemerintah Jerman di antaranya acap membiayai perjalanannya menjadi pembicara untuk  pertemuan masalah lingkungan hidup dunia. Pidatonya tanpa teks dalam Bahasa Inggris, setara dengan  berbahasa Indonesia,  berselipkan dagelan, membuat ruang pertemuan  gerrr. Leonardo Dicaprio, artis Hollywood,  di Perancis pernah mewancarai Alex Noerdin, untuk sebuah program televisi.

MALAM  harinya, saya masih di Palembang. Seorang kawan mengabari, bahwa mendapatkan konfirmasi sosok Mahfud MD, kandidat kuat menjadi Cawapres Presiden Jokowi untuk Pilpres mendatang.

Ketika kabar itu saya terima, saya seakan mencoba memutar ulang rekaman perjalanan, terutama  masuk tahun keempat ini.

Kami di IPCENTER, pernah  bertemu sosok gubernur di kawasan timur. Jaringan kami pula  menjadi inisiator  awal mensosialisasikan  sebuah hastag untuk 2019, sejak 22 April 2017. Kerja sosial atas inisiatif sendiri itu, kami evaluasi, 22 Agustus,  hasilnya bagus. Akan tetapi di September 2017,   menggadang figur  itu sebagai calon pemimpin untuk 2019 kami hentikan.  Jaringan telah terbentuk, publik meneruskan. Saya simak dari jauh sampai Ustad Somad ikut menggadang-gadang, hingga lahirlah berita berbalik arah, di media sosial lalu gerah.

Bertemu tokoh bagi saya mengalirkan petunjuk "hati" sambil berserah diri kepada  Yang Maha Kuasa.  Hingga hari ini saya happy acap ke Palembang. Alasannya, ya, bisa berjumpa Alex Noerdin.

Maka ketika kawan saya mengabarkan soal Mahfud MD, konon bakal calon wakil presiden, saya katakan, jika kita berbangsa dan bernegara  fair, sejatinya nama Alex Noerdin layak dipertimbangkan Presiden Jokowi menjadi wakilnya.

Fair saya maksud bisa disimak dari perjalan karir, dari staf biasa di sebuah kabupaten, meningkat kepala SKPD-nya, menjadi Bupati dua periode di Kabupaten Musi Banyuasin, kemudian lanjut Gubernur dua periode. Hingga saat saya menuliskan ini:  tingkat kepuasaan warga menurut survei sebuah lembaga riset pusat  terhadap Alex Noerdin mencapai 82%.

Tentu banyaklah lema, diksi,  panjang bisa dituliskan. Akan tetapi  menjadi subjektif untuk saya tuangkan full.  Selama   ini saya selalu menyampaikan ke media, jika laku verifikasi dengan kerendahan hati kita lakukan, "alam" memandu bertemu sosok pemimpin baik layak "jual" memimpin bangsa dan negara.

Alex Noerdin memang bukan ketua partai.

Ia juga bukan tokoh organisasi keagamaan.

Akan tetapi ia salah satu gubernur berprestasi. 

Ia berasal dari kota tertua di Indonesia,  Palembang berusia 1.355 tahun. 

Di tengah ketuaan kota seakan tenggelam di bumi Sriwijaya ini, saya menyimak spirit membangun Alex  menumbuhkan dignity, sesuatu  mumpuni.

Dari kota ini pula keluarga Megawati Soekarno Putri ada.  Seyogyanya nama Alex  layak dipertimbangkan, bukan  figur lain mendampingi Jokowi. Lebih dari itu bukankah di riset terkini, elektabilitas Presiden Jokowi drop sekali di Sumatera, juga di Kalimantan. 

Maka dengan menggandeng Alex, kelemahan Presiden Jokowi  itu agaknya, dapat ditutupi termasuk ke panggung internasional. Lebih dari itu, Alex selalu mengalirkan keriang-gembiraan. Tak percaya, simaklah  salah satu akun Somednya, vlogs di IG @alexnoerdin.id, saya jamin Anda gembira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun