"Petani memang rindu kelompencapir."
Kelompencapir adalah singkatan kelompok pendengar, pembaca, pemirsa. Masih terngiang bagaimana Pak Harto berdialog dengan kelompok tani bersama petani. Di kelompencapir sekalian minat literasi dibagi dan berbagi.
Nah, kata saya,  jika masih acuan fulus dan mulus, menjadi acuan mendukung sistem kekuasaan saat ini, sulit Indonesia bangkit.  Semua anak bangsa saya yakini kini menyadari bahwa bangsa dan negara membutuhkan partai politik besar dan kuat.  Karenanya diperlukan Golkar Asli bukan Golkar "Palsu". Golkar asli itu bukanlah kepentingan partai untuk mengkooptasi kepentingan rakyat. Golkar asli itu, juga berisi bahwa politik itu juga kemuliaan hati dan membangun peradaban. Politik itu juga tidak korup. Maka bila menjelang Munaslub-nya kini, di Golkar baru bunyi dua nama Idrus dan Airlangga, saya meyakini alam akan menggiring munculnya nama baru, seperti  aliran darah pendirinya, akan menyemangati anak cucunya tampil. Saya meyakini bila Titiek Soeharto, tampil,  ia kuda hitam menampilkan Golkar Asli.
"Bila memang Mbak Titiek serius maju, terutama para pimpinan DPD dua akan sangat bergembira."
"Terus terang mereka semua jenuh. Mereka menunggu keseriusan Mbak Titiek."
"Mereka ingin bangkit, berubah, kembali ke rakyat."
Kawan saya di seberang itu berteori.
Kembali ke rakyat?
Kembali ke akar.
Bila memang bisa demikian, pahit, asam, dilalui oleh Partai Golkar saatnya diakhiri. Mungkin memang sudah saatnya, bak saya meminum kopi Arabika dari Wamena, Papua, dominan manisnya, walau diseruput tanpa gula. Â Sekarang tinggal menanti kapan Titiek Soeharto tampil ke publik berkata saya siap mengembalikan Golkar ke akar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H