Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Tukang Sayur

3 Juli 2020   09:32 Diperbarui: 3 Juli 2020   13:14 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tekun dan sabar

Tukang sayur telah bekerja lebih dari sepuluh tahun.  Pengalaman itu telah mengakar demikian kuat.  Seorang pedagang yang mampu bertahan, adalah karena buah ketekunan dan kesabaran.  Saya yakin mereka biasa menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan dari pelanggan atau pembeli.

Seorang dosen harus senantiasa sabar menghadapi mahasiswa, mengajari, membimbing termasuk menyemangati agar mahasiswa lulus.  Dosen harus telaten dan tekun menulis, agar kariernya naik.  Dosen harus mau mengupgrade keilmuannya agar tidak mandeg.  Ia perlu kuasai ilmu baru, bidang ilmu lintas disiplin, menguasi metode baru; dan menulis karya ilmiah yang bermutu.  Butuh energi dan bukti pencapaian yang terus meningkat, agar seseorang bisa menjadi guru besar.

Seorang leader juga harus belajar banyak tentang pengetahuan baru, menguasai konsep dan kelembagaan, ilmu manajemen dan kepemimpinan; sambil terus mengasah human relation (asah, asih dan asuh).  Itu semua harus dilakukan sepanjang waktu, agar ia menjadi arif dan bijaksana.  Ini butuh ketekunan dan kesabaran.

Harga wajar, tidak aji mumpung

Nah .... ini kelebihan mereka.  Saya salut dengan bapak ibu tukang sayur.  Harga dagangan sayur tidaklah mahal.  Harga sayur di tempat kami sangatlah murah, sayur seharga 1500 atau 2000 rupiah sudah cukup banyak, misalnya kacang panjang, buncis, wortel, atau taoge.  Meski kondisi pandemi, mereka tidak menggunakan kesempatan untuk ambil untung sebanyak-banyaknya.  Padahal itu bisa saja dilakukan.

Implikasi aji mumpung sangat banyak ditemui di kehidupan organisasi.  Aji mumpung biasanya dijalankan oleh orang yang punya kekuasaan.  Dosen bisa menggunakan posisinya untuk menekan mahasiswa, untuk menguntungkan diri dosen tanpa peduli nasib mahasiswa. 

Aji mumpung membuat organisasi tidak sehat karena pemimpin menggunakan kekuasaan untuk menyalahgunakan jabatan.  Manajemen senantiasa berkaitan dengan mengelola man, method and money.   Mumpung jadi pemimpin,  seseorang secara sengaja (menyalah gunakan wewenang) untuk menempatkan 'man' tidak sesuai kompetensinya, melanggar prosedur (method) atau membuat aturan yang tidak kredibel, dan bersikap layaknya broker yang transaksional (money).

Organisasi yang maju menata dirinya dengan dengan tertib, dan tidak memberi peluang terjadinya pelanggaran, aji mumpung atau moral hazard lain.  Seorang pemimpin yang baik meletakkan dirinya dalam kepentingan organisasi, dan menenggelamkan kepentingan pribadinya.  Leadership digunakan untuk mengawal berjalannya organisasi, dan mencapai tujuan organisasi.

Dau, Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun