Pengelola sudah memberi pengaman pada jalur ini dengan pegangan besi atau tali. Di beberapa tempat, kami berjalan menurun sambil mundur sambil berpegangan tali.Â
Kami berjalan pelan, saling menyemangati, menunggu dan membantu. Setiap telapak kaki melangkah, harus memastikan bahwa bambu lumayan kuat untuk menaham beban tubuh. Di beberapa tempat, bambu itu juga terlihat rapuh dan patah oleh jejak kaki.Saat menuruni bukit itu, saya lihat pemandangan yang indah di atas lembah sungai. Fisiografi berbukit di Malang Selatan menawarkan edukasi geologi.
Hal ini sebenarnya potensi wisata edukasi yang dapat diserap wisatawan. Saya juga melihat jalur lain di seberang bukit. Jalur itu juga nanpak lebih ekstrim karena kelerengan lebih curam.
Di suatu tempat, kami sempat berhenti di pondok sederhana. Ini kelihatannya seperti warung, yang juga menjadi tempat istirahat wisatawan.
Lokasi ini berdekatan dengan air terjun kecil dengan sebuah goa, namanya goa Bidadari. Di sini kabarnya tempat untuk menyepi oleh orang-orang yang memiliki kepercayaan tertentu.Â
Aliran sungai selebar 3 meter membelah jalanan menunju dasar air terjun, dengan jembatan besi yang konstruksinya unik dan apa adanya.
Yang manarik di lembah ini, pemandangan semacam koridor atau lorong sempit dibatasi bukit tinggi yang cocok untuk background foto. Yang mau foto-foto prewed bisa coba kesini he..he. Di tempat ini, suara dan canda kami seolah menggema dan memantul oleh dinding bukit yang tinggi.
Begitu tersadar, badan saya tidak berhenti berputar menyaksikan puncak bukit yang melingkar dengan hempasan kuat air terjun dan embun mengena pipi. Alam begitu indah, takjub dan agung.
Di dasar air terjun, kondisinya tidak rata, ada batu besar atau bukit kecil. Saat itu jumlah pengunjung sekitar 25 orang, termasuk beberapa wajah bule.