Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kaki Gemetar Saat Melintas Helena Sky Bridge

10 September 2018   22:00 Diperbarui: 11 September 2018   05:42 1905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penangkaran Kupu-kupu, Bantimurung (koleksi pribadi)

Apa jadinya bila seseorang tiba-tiba memberanikan diri naik di ketinggian.  Pasti ia sedikit terkejut melihat sekeliling, melihat bumi yang ada di bawah. Apa lagi ia harus berjalan pada ketinggian. Itulah yang saya alami.  

Meski awalnya sempat menguasai keadaan, tetapi hati ini tidak bisa dibohongi, kaki rasanya juga gemetar, grogi melihat ke bawah. Pengalaman ini saya alami saat berkunjung ke Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung (Babul). 

Kekayaan alam TN Babul ini luar biasa, baik flora, fauna atau keunikan/keelokan alamnya. Lingkungan karst, iklim dan faktor alam lainnya mendukung bagi habitat tumbuhnya kupu-kupu. Dataran dan pengunungan karst TN Babul seluas 43.75 ribu ha (1),  mencakup/berbatasan dengan Kabupaten Pangkep, Barru, Bone dan Maros.

TN Bantimurung Bulusaraung (koleksi pribadi)
TN Bantimurung Bulusaraung (koleksi pribadi)
Fauna yang khas di TN Babul ini adalah kupu-kupu. TN Babul dikenal dengan "The Kingdom of Butterfly", karena memiliki jumlah dan keanekaragaman kupu-kupu. Ikon kupu-kupu ini dibangun di pintu gerbang masuk TN Babul dalam ukuran besar. 

Sekitar 50 m dari pintu gerbang masuk, nampak sebuah bukit dengan sebuah jaring raksasa. Inilah tempat penangkaran kupu-kupu. Untuk masuk ke penangkaran, pengunjung dikenakan tarif lima ribu rupiah per orang. Pengunjung dikenakan tarif tambahan sebesar lima belas ribu rupiah bila mau naik ke Helena Sky Bridge.

Penangkaran Kupu-kupu, Bantimurung (koleksi pribadi)
Penangkaran Kupu-kupu, Bantimurung (koleksi pribadi)
Insektarium kupu-kupu, Bantimurung (koleksi pribadi)
Insektarium kupu-kupu, Bantimurung (koleksi pribadi)
Saat awal masuk pikiran saya hanya fokus ke kupu-kupu. Di penangkaran ini, ada sebuah bangunan lebih tepat sebagai rumah atau insektarium  kupu-kupu. Disini didisplay ragam kupu-kupu, kepompong dan poster perihal siklus hidup kupu-kupu. Kupu-kupu yang dikeringkan tersaji apik, unik dan warna-warni.  Ini dapat menjadi insprasi bagi ilmuan biologi, pelukis, disainer seni, atau advertising.

koleksi kupu, Bantimurung (koleksi pribadi)
koleksi kupu, Bantimurung (koleksi pribadi)
Dari insektarium, pengunjung disilakan masuk ke tempat penangkaran kupu alam. Penangkar raksasa ini berwujud bangunan permanen, dibatasi rangka besi kokoh, dan ditutup jaring-jaring raksasa. Jaring berguna untuk melindungi, memonitor tumbuh dan keberadaannya kupu-kupu. Tapi sayang, jaring itu sekarang rusak atau robek akibat terjangan angin puyuh. 

Luasan penangkar itu kurang lebih sekitar dua hektar, dengan ketinggian sekitar 40 m. Fisiografinya bergelombang, sehingga cocok untuk orang-orang usia muda atau anak-anak.  Jalurnya naik turun, terkadang sempit melalui celah batuan, dan sebagian mendaki atau menurun terjal. 

Penangkaran kupu, Bantimurung (koleksi pribadi)
Penangkaran kupu, Bantimurung (koleksi pribadi)
Saat melewati jalur itu, saya mendengar riuh anak-anak muda. Saya hanya melihat jaring yang mengarah ke dinding bukit. Kiranya suara itu ada di bagian ketinggian yang lain. Tidak lama berjalan, akhirnya nampak jelas sebuah menara tinggi dimana suara itu berasal. Nampak anak-anak berseragam sekolah naik menara sambil tertawa dan bercanda.

Seorang abak memakai belt sebelum ke Helena Sky Bridge, Bantimurung (koleksi pribadi)
Seorang abak memakai belt sebelum ke Helena Sky Bridge, Bantimurung (koleksi pribadi)
Penulis siap ke menara Helena Sky Bridge, Bantimurung (koleksi pribadi)
Penulis siap ke menara Helena Sky Bridge, Bantimurung (koleksi pribadi)
Jalur yang saya lalui ini memang menuju ke arah menara itu. Ada sepuah papan petunjuk bertuliskan Helena Sky Bridge.  Kiranya inilah tujuan utama wisatawan di penangkaran kupu-kupu ini. Saya terus mendekat ke menara. Begitu tiba, saya tertegun melihat jembatan tinggi. Haruskah naik? Mampukah? Pertanyaan ini berkecamuk dari hati. Akhirnya saya memutuskan, perlu dicoba naik. Memang, saat itu saya pengunjung paling tua yang masuk penangkaran kupu.

Saya pun manut (patuh) ketika petugas meminta saya menggunakan belt pengaman di tubuh. Saya lihat ke atas bukit sebuah tulisan logam HELENA SKY BRIDGE, yang ditanam pada dinding bukit dengan besi beton. 

Saya pun beranjak naik ke atas menara, naik tangga, berpindah naik tangga lain dan akhirnya tiba di puncak menara. Waoow lumayan tinggi, dengan lansekap pemandangan luas ke arah kota Maros. Kini tulisan HELENA SKY BRIDGE seolah sejajar dengan mata. Inilah saatnya berjalan di jembatan, dalam hati.

Tapi ternyata petugas menarik belt untuk dikaitkan dengan tali baja yang membentang sepanjang jembatan. Hhhmmm.. beruntung saya tidak lepas dari jangkauan petugas itu. Kalau lepas mungkin saya berjalan tanpa pengaman.

Helena Sky Bridge, Bantimurung (koleksi pribadi)
Helena Sky Bridge, Bantimurung (koleksi pribadi)
Sebelum berjalan sejenak saya mengamati sekitar. Saya baru mengerti, jembatan HELENA SKY BRIDGE dibangun di antara dua menara yang dibangun di atas batuan/atau bukit kecil. Antar menara itu dibentangkan tali baja sebagai penahan jembatan. Tidak hanya itu, bentang tali baja itu (dan menaranya) juga sebagai penahan diletakkannya jaring raksasa yang berada di bawah jembatan. Kini jelas sudah, bentang tali baja itu punya fungsi untuk rekreasi/adu nyali, sekaligus untuk penangkaran kupu.

Tempat berpijak kaki di jembatan adalah papan kayu. Papan kayu diikat tali sehingga membentuk sambungan papan. Papan ini sedikit fleksibel menahan baban berat badan. Meski sudah didisain aman, pengunjung harus waspada dan tenang ketika kaki menginjak kayu. 

Helena Sky Bridge, Bantimurung (koleksi pribadi)
Helena Sky Bridge, Bantimurung (koleksi pribadi)
 Saya pun berjalan pelan di atas jembatan, dengan dua tangan memegang tali baja.  Beberapa saat saya juga melepas tangan kanan untuk memainkan kamera, untuk mengabadikan momen langka ini. Pandangan kiri, kanan dan ke atas adalah udara bebas.  Sementara pandangan ke bawah adalah kanopi jaring raksasa. 

Helena Sky Bridge, Bantimurung (koleksi pribadi)
Helena Sky Bridge, Bantimurung (koleksi pribadi)
Konsentrasi  memegang tali baja, serta sibuk pengamati pemandangan, membuat saya lupa melihat pemandangan ke bawah. Padahal saya termasuk orang yang sedikit takut ketinggian itu terjadi hingga berjalan sekitar sekitar 30 meter. Sisa 10 m menuju ujung jembatan, seolah kesadaran memulih sepenuhnya, termasuk muncul rasa takut.  Saya pun sedikit grogi, kaki agak bergetar. Kaki berjalan seolah tidak seimbang.  

Beruntung ini terjadi tidak lama, karena seorang petugas muncul melihat saya sedikit ragu. Anehnya justru saya memberi kamera ke petugas itu. 

"Mbak, saya tolong difoto ya, yang bagus ya", sementara saya mundur balik ke jembatan  untuk menemukan pose  yang pas.

Perasaan lega bercampur senang, begitu petugas melepas belt pengaman.  Saya pun turun dari menara mengakhiri perjalanan ini. Rasanya ini pengalaman yang langka.

Malang, 10 September 2018

***

Buku yang sudah diterbitkan:

  • Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1
  • Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Cetakan 1 tahun 2004. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2 
  • Iwan Nugroho. 2013. Budaya Akademik Dosen Profesional. Era Adicitra Intermedia, Solo. 169p. ISBN 978-979-8340-26-0
  • Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1 
  • Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386
  • Iwan Nugroho. 2018. Menulis, Membangun kekuatan dan motivasi kehidupan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 155p. ISBN 9786022299271

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun