coban-talun2-595a0599577b61f044b5d134.jpg
Kampung Indian di Coban Talun (koleksi pribadi)
Pengunjung dapat juga memilih wahana Apache. Â Maksudnya wahana kampung dan budaya Indian dari suku Apache, yakni rumah Indian, kantin, beserta atribut kostum, topi dan pernik lainnya. Â Namun wahana ini nampak berkesan kosmetik India saja, tanpa muatan edukasi lokal. Â Kampung Indian ini justru terkesan tidak bersahabat dengan kondisi lokal, tidak cocok dengan alam tropis yang lembab dan basah.
coban-talun4-595a05f8577b61ee57b5d130.jpg
coban-talun8-595a062aa723bdc0681d7ef0.jpg
Wahana Pagupon di Coban Talun (koleksi pribadi)
Terakhir, adalah wahana rumah pagupon. Â Pagupon adalah istilah bahasa Jawa, artinya sangkar burung merpati. Â Disini seperti kampung pagupon, tersedia rumah-rumah berbentuk pagupon, yang disewakan untuk wisatawan. Â Satu rumah pagupon terdiri satu kamar tidur dan kamar mandi. Â Wahana disini dilengkapi kantin, mushola, rumah pohon, bunga,
hammock dan taman bunga. Â Pengunjung datang kesini kebanyakan hanya untuk sekedar berfoto. Â Tidak ada makna edukasi pagupon yang diperoleh pengunjung.
coban-talun15-595a07e55497737e26fe409e.jpg
Layanan motor ATV dan trail di Coban Talun (koleksi pribadi)
Fasilitas wisata di Coban Talun antara lain mushola, kantin, balai serbaguna, dan ruang parkir yang laus. Â Sebenarnya masih ada jasa
rafting namun agak jauh lokasinya. Â Suasana lingkungan wisata juga aman dan nyaman, selain karena faktor lingkungan yang sejuk dan dingin. Â Pengunjung dapat menyewa motor trail atau ATV (motor roda empat), untuk berkeliling di sekitar lokasi. Tiket masuk di pintu gerbang Coban Talun sebesar sepuluh ribu rupiah per orang tidak termasuk pasrkir. Â Sementara tiket masuk tiap wahana sebesar lima ribu rupiah per orang.Â
Pihak Perhutani nampaknya kurang menyeleksi kehadiran pihak investor yang menyediakan wahana.  Kecuali obyek wisata air terjun, semua wahana hanya memberi kesan untuk berfoto, berkesan kosmetik  tanpa sentuhan edukasi.  Investor harusnya mengedepankan unsur lokal atau kreasi yang memuat lingkungan tropika, dengan sajian edukasi dan konservasi lingkungan.
Malang, 3 Juli 2017
Catatan: Semua foto adalah koleksi pribadi
Penulis menulis buku: Â Â
- Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 978-602-9033-31-1 Â Â
- Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta. ISBN 979-3330-90-2 Â
- Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1 Â
- Iwan Nugroho. 2016. Kepemimpinan: Perpaduan Iman, Ilmu dan Akhlak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362p. ISBN 9786022296386
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya