Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bersahabat dengan Kegagalan, Belajar dari Ranieri

24 Februari 2017   22:20 Diperbarui: 25 Februari 2017   14:00 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Claudio Ranieri (www.premierleague.com)

Leicester memang fenomenal.  Musim lalu berhasil menjuarai liga Inggris.  Claudio Ranieri disanjung sebagai pelatih manajer yang sukses menukangi klub yang berhomebase di stadion King Power.  Ia dinobatkan sebagai pelatih terbaik dunia FIFA 2016.

Tapi musim ini (2016/2017) Ranieri gagal total. Hingga pekan ini, Leicester hanya satu strip di atas zona degradasi liga Inggris, dengan nilai 21 atau dua angka di atas Sunderland pada posisi terbawah.  Ujung-ujungnya Ranieri akhirnya dipecat oleh manajemen Leicester. 

Klasemen (www.premierleague.com)
Klasemen (www.premierleague.com)
Keputusan ini perlu dibuat untuk mengangkat moril Leicester yang saat ini berjuang di Liga Champion di babak 16 besar, dimana di babak gugur ini pada leg pertama kalah dari Sevilla 2-1.  Pelatih baru diharapkan membawa kemenangan pada laga home pada tanggal 15 Maret 2017.

Liga Inggris memang kejam.  Fenomena pelatih gagal dan dipecat tidak kali ini saja.  Mourinho dan Ancelloti pernah gagal dengan Chelsea. David Moyes dan van Gaal juga dipecat MU.  Mancini juga dipecat oleh Manchester City.

Kegagalan pelatih atau budaya gagal dalam liga Inggris, adalah hal biasa.  Pelatih yang menangani klub besar sudah tahu resiko itu.  Pelatih yang gagal itu kemudian tidak segera hilang dalam kompetisi, kecuali pensiun.  Mereka masih laku dan diminati oleh klub lain, atau di liga negara lain.  Kini mereka kembali melatih, misalnya Mourinho di MU, Moyes di Sunderland, dan Mancini di Inter.

Mengapa kegagalan disebut hal biasa.  Para pelatih itu memang profesional.  Tidak hanya itu, manajemen liga dan klub juga profesional.  Telah terbentuk budaya atau sistem persepakbolaan yang profesional.  Mereka menjunjung tinggi sistem nilai dan sportivitas.  Sepanjang mereka bekerja dalam kerangka etika dan moral, mereka akan dihargai.

Dinamika liga Inggris atau olahraga umumnya; sebenarnya dapat terjadi dalam kehidupan yang lain.  Orang yang berada dalam manajemen atau menjalankan kepemimpinan, setiap saat harus siap untuk berhenti, atau diberhentikan; dengan berbagai sebab atau karena ketentuan.  Bahkan orang awam, bisa saja kehilangan posisi atau berubah profesinya.  Tidak ada yang kekal dalam kehidupan. 

Karena itu, menghadapi kegagalan .. ya biasa saja.  Bahkan kita diminta bersahabat dengan kegagalan, atau berdamai dengan kegagalan.  Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat mengelola kegagalan itu (1).

Jangan baper (bawa perasaan).  Seseorang yang gagal tidak berarti dirinya tidak mampu atau habis sama sekali.  Perasaan kecewa harus dibuang jauh.  Orang bisa gagal karena memang kurang kompeten, belum beruntung, atau belum waktunya.  Karena itu, tidak perlu menyalahkan diri sendiri.  Terus bersemangat, belajar dan terus berjuang.

Abraham Lincoln menjadi presiden saat berusia 52 tahun.  Ia pernah mengalami rangkaian kegagalan, yakni rugi bisnis pada usia 21; gagal menjadi anggota legislatif pada usia 22;  gangguan saraf pada 27; gagal menjadi senator pada usia 45; gagal menjadi Wakil Presiden pada usia 47.

Segera move on.  Orang yang mengalami kegagalan atau keberhasilan jangan terlalu larut.  Di liga Inggris atau Eropa umumnya, seringkali dalam seminggu harus bertanding dua kali.  Ini membuat sebuah tim harus segera beradaptasi untuk menghadapi pertandingan berikutnya.  Don Shula, pelatih tersukses dalam sejarah Super Bowl Amerika, mengijinkan timnya hanya 24 jam larut dalam emosi kemenangan atau kekalahan.  Setelah itu, harus dilupakan untuk bersiap diri dalam jadwal kompetisi berikutnya. 

Kemampuan cepat beradaptasi mencerminkan pemahaman terhadap realita.  Realita itu menjadi bahan pembelajaran, sekaligus memperkaya pengalaman dan kemampuan analisis sintesis.  Dalam jangka panjang ini dapat menciptakan produktivitas dan keberhasilan.

Percaya diri.  Seseorang harus percaya diri keluar dari kegagalan.  Kriteria gagal di masa lalu, belum tentu sama dengan kriteria sekarang atau akan datang.  Karena itu, seseorang jangan mudah dipengaruhi oleh pendapat orang lain.  Misalnya ada orang mengatakan menulis itu sulit, maka argumen itu harus dilawan dan dihadapi.  Semua orang akan bisa menulis kalau ia banyak membaca dan terus berlatih menulis.

Masa depan ada di dalam diri seseorang, bukan dari orang lain.  PD aja.. hehe.  Dalam banyak hal, pendapat atau ketakutan orang lain; dapat mematikan hasrat dan semangat, dan pada gilirannya mengganggu produktivitas.  Hal ini justru dibalik, kalau orang lain bisa, maka saya pun harus bisa.

Cara berpikir atau memandang baru.   Merubah perspektif perlu dilakukan.  Ini membutuhkan cara berpikir yang positif.  Pepatah mengatakan kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.  Ini adalah contoh merubah cara pandang tentang kegagalan.

Ada juga pepatah we are actually the bigger than we think we are.  Seringkali, seseorang takut melangkah karena ketakutan yang dipikir sendiri.  Perspektif ini harus dirubah dan dibalik.  Jika seseorang berpikir negatif maka kegagalannya dihubungkan dengan ketidak mampuan atau takdir.  Namun seorang yang berpikir positif, maka kekagagalannya bermakna sebagai pembelajaran, atau satu langkah lebih dekat untuk sukses.  

Jangan melanggar hukum.  Kegagalan akan senantiasa dihadapi seseorang.  Ini proses seleksi atau hukum alam.  Seseorang bisa tidak lolos seleksi, tidak naik jabatan, atau tidak masuk nominasi.  Ini proses alamiah, bahkan bisa menjadi pembelajaran untuk meraih keberhasilan.  Siapa yang mau belajar, berubah, memberi manfaat,  atau sungguh-sungguh meningkatkan mutu hidup, pasti akan menggapai keberhasilan. 

Semua orang punya peluang yang sama untuk berhasil.  Hindari perilaku curang, moral hazard, atau terpengaruh godaan pencari rente.  Kalau ingin berhasil harus mematuhi prosedur dan ketentuan berlaku.  Proses itu harus dilalui dalam rambu-rambu etika, tidak merugikan pihak lain, atau tidak melanggar hukum.

Malang, 24 Februari 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun