Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

8 Cara Memasuki Masa Pensiun dengan Bahagia

20 Januari 2017   00:30 Diperbarui: 21 Januari 2017   13:01 8699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tugas dan tanggungjawab kantor, serta untuk menjalankan organisasi, membuat posisi saya harus memutuskan untuk memensiun orang. Macam-macamlah kondisinya. Ada yang pensiun karena usia, atau karena alasan pensiun lainnya. Kantor mempersiapkannya melalui seremoni sederhana, yang bermaksud untuk menjalin silaturahmi, yang intinya saling memberi penghargaan, apresiasi, dan harapan yang positif dan saling menyemangati.

Saya juga mengamati kantor orang atau teman lain yang masuk pensiun. Pengalaman tersebut membuat saya banyak belajar. Yang pasti, semua orang akan memasuki masa pensiun. Semuanya pasti ingin pensiun dengan bahagia dan membahagiakan. Namun memang tidak mudah memasuki usia atau masa pensiun. Mengapa? Jelas, karena pasti tidak bertemu lagi dengan kantor, budaya kerja dan orang-orangnya. Pensiun menyebabkan seseorang tidak punya wewenang, kehilangan teman, keuangannya mungkin menurun, dan perannya hilang atau berkurang.

Pernah ada cerita, seorang yang pensiun, masih bergegas berangkat ke kantor dengan baju dinas lengkap. Namun jalannya tidak ke arah kantor. Ia berkeliling kota, menghabiskan waktu di jalan, dan pulang ke rumah saat jam pulang kantor. Ini berjalan hingga hampir satu bulan, sebelum ia menyadari kondisi yang sebenarnya.

Tanda-tanda orang yang tidak siap pensiun bermacam-macam, misalnya pikirannya masih serasa di kantor; masih minta fasilitas, pekerjaan atau proyek dari kantor; masih menggunakan pengaruhnya di kantor. Ini dapat mengakibatkan seorang pensiunan berpikir tidak rasional, melanggar norma dan etika, sekaligus berpotensi KKN. 

Pengalaman di kampus, ada juga dosen pensiun yang masih ngotot meminta mengajar padahal produktivitas tridarmanya sudah menurun. Ini dapat mengganggu kinerja program studi, menurunkan produktivitas rata-rata kinerja dosen. Contoh sejenis ini banyak ditemukan di tempat lain.

Orang yang tidak siap pensiun ini, hatinya diliputi kekecewaan. Ia merasa diperlakukan tidak adil, seolah kantor menghukum dirinya, merampas haknya dan persepsi negatif lainnya. Ini membuat seorang pensiunan dapat tertekan, dan mengganggu kehidupan keluarga dan kesehatan.

Bagaimana Cara Menjadi Pensiunan yang Berbahagia?
Seorang teman senior sering menasihati saya, untuk jangan takut pensiun. “Pensiun itu membahagiakan,” katanya. Memang teman itu sudah pensiun, benar-benar bahagia menjalani kehidupan pensiunnya. Ia kini tinggal di rumah, dan mengintensifkan kehidupan silaturahim dan ibadah. Saya belajar banyak dari teman ini.

Kata kunci pensiun yang bahagia adalah ikhlas menjalani kehidupan. Justru ini yang berat, karena hati perlu dilatih dalam periode lama agar terbiasa ikhlas. Wujud ikhlas perlu diuji dengan waktu, proses dan berbagai dinamika kehidupan. Karena itu, diperlukan persiapan tertentu masuk usia pensiun ini, sekaligus melatih keikhlasan. Ini dipersiapkan bukan saat pensiun, tetapi justru ditanamkan sejak masih aktif bekerja.

  1. Kesehatan. Bertambahnya usia dipastikan akan mengurangi kualitas dan fungsi tubuh secara fisik atau non fisik. Pola hidup sehat dan kebiasaan olahraga sejak muda, membuat masa pensiun masih cukup kuat dan semangat untuk menjalani kehidupan. Kelalaian memelihara kesehatan, membuat seorang pensiunan justru menjadi beban dan masalah bagi keluarganya. Hidupnya justru dirundung penderitaan.

  2. Cara berpikir. Berpikir positif, ikhlas, menyayangi dan menghargai orang lain membuat hati dan pikiran tenang dan sejuk. Pada dasarnya semua orang memiliki kelemahan. Berpikir positif menciptakan kekuatan untuk menemukan solusi kehidupan sekaligus menutup kelemahan manusia. Hal ini mendorong orang untuk saling bekerja sama, saling melengkapi, dan menemukan kemajuan.

  3. Keuangan. Faktor keuangan paling dikhawatirkan saat orang pensiun. Ini dapat ditekan kalau seorang sikap hidupnya hemat dan proporsional. Seseorang yang kebetulan diberi rejeki banyak, tetap bersikap hidup hemat dan berperilaku sehat. Banyak nasihat-nasihat perihal perencanaan keuangan memasuki usia pensiun. Namun perencanaan keuangan sering tidak bisa berjalan, karena nilai uang yang tidak stabil, akibat perubahan kondisi moneter dan eksternal. Pada usia pensiun, tidak perlu berpikir hidup konsumtif memikirkan materi semata. Tidak perlu memikirkan hal ruwet keuangan. Hidup simpel-simpel saja.

  4. Hidup sederhana. Sikap hidup sederhana adalah sikap hidup yang mudah, simpel dan sehat, serta tidak neo-neko. Hidup sederhana tidak mesti dihubungkan dengan kondisi hidup miskin, tetapi lebih ke arah sikap dan pola pikir untuk bersyukur terhadap nikmat hidup. Keinginan terhadap keduniaan harus dihilangkan. Gengsi, prestis, atau status sudah saatnya dilepas. Sebaiknya tidak perlu mikir urusan kantor, atau iri terhadap teman yang posisinya lebih tinggi. Apa adanya saja, diterima saja kondisi usia tua. Bila punya uang banyak, bagi seorang pensiunan, lebih baik untuk dipergunakan amal dan disedekahkan, atau untuk kepentingan sosial atau keagamaan.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
    Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun