Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Pesan Kehidupan dari Max Verstappen

16 Mei 2016   20:09 Diperbarui: 17 Mei 2016   10:11 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajang F1 menghadirkan kejutan.  Seorang anak muda, berusia 18 tahun dan 228 hari, menjadi juara di GP Spanyol.  Ini adalah rekor baru, Max Verstappen menjadi juara termuda dalam sejarah F1.  Dengan kesabaran dan ketangguhan ia mampu menahan laju Kimi Raikonen yang menduduki peringkat kedua. 

Kini Verstappen menjadi fenomenal, pusat perhatian seluruh jagat raya.  Penulis bukanlah analis F1, hanya mengamati saja.  Namun sebenarnya banyak pesan kehidupan dari ajang jet darat ini yang bisa direnungkan.

Fenomena munculnya juara dan rekor baru di setiap lomba atau kejuaraan sering teramati, khususnya di F1.  F1 adalah ajang kompetitif dari aspek pabrikan/manajemen dan pebalap.  Kompleksitas dan dinamika persaingan itu seringkali sulit ditebak.  

Di tingkat pabrikan, kita tahu saat ini Marcedes, Ferrari dan Redbull adalah yang terbaik.  Pebalap seperti Alonso, Hamilton, Rosberg, dan Vettel adalah yang menonjol.  Tetapi tiba-tiba muncul Verstappen sebagai juara pada GP Spanyol kemarin.

Kejutan munculnya juara baru, dengan atau tanpa catatan rekor, sudah sering muncul di ajang F1.  Di saat jaya-jayanya Schumacher (Ferrari) periode 2000 hingga 2005, yang saat itu bersaing dengan Montoya dan Raikonen (McLaren), hadir pebalap muda Alonso (Renault) yang meramaikan persaingan.  Alonso akhirnya menjadi juara dunia tahun 2005 dan 2006. 

Berikutnya dalam periode 2007-2009, persaingan diisi oleh Alonso, Raikonen, Hamilton, Massa, Raikonen, Webber dan Jenson Button.  Lomba sangat ketat dan penuh kejutan, memunculkan juara bergantian yakni Raikonen (Ferrari) tahun 2007, Hamilton (McLaren) 2008, dan Jenson Button (Brawn) 2009.  

Namun, ada pebalap muda yang mulai unjuk persaingan. Vettel yang tadinya dianggap pupuk bawang, malah memecahkan rekor juara termuda di GP Italia Monza tahun 2008, saat itu berusia 21 tahun 73 hari.  Saat itu lomba berlangsung dalam guyuran hujan, dan sedikit kacau. Tentu hal ini bukan keberuntungan, karena Vettel sudah menunjukkan bakat di lomba-lomba sebelumnya.

Titel juara kepada Vettel tinggal menunggu waktu.  Meski persaingan masih berlanjut sengit, Sebastian Vetel menyabet 2010 hingga 2013 bersama Redbull.  Vettel justru menorehkan rekor juara dunia termuda tahun 2010 pada usia 23 tahun dan 134 hari, memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang Hamilton.

Dalam tiga musim terakhir ini, persaingan ditampilkan oleh Rosberg, Hamilton, dan Vettel.  Alonso yang berpindah dari Ferrari ke McLaren masih terpuruk di papan tengah.  Hamilton dari Marcedes dengan gaya yang agresif meraih juara tahun 2014 dan 2015.  

Pebalap baru atau muda yang meramaikan persaingan antara lain Daniel Riciardo, Valtteri Bottas, Romain Grosjean, Daniil Kvyat, dan Carlos Sainz Jr.  Dan sejarah membuktikan ada anak sangat muda tiba-tiba memenangkan GP Spanyol minggu kemarin, yakni Max Verstapen.

Lahirnya Alonso (Renault), Vetel (Redbull) atau Verstappen (Redbull) pada jamannya bisa jadi alamiah (baca hukum alam), dan manusiawi.  Ini juga bukan karena kebetulan.  Mereka kemampuan teknis dan strategi tim yang canggih, meski bukan dari pabrikan terbaik.  Saat ini orang masih menganggap Marcedes dan Ferrari adalah terbaik.

Pesan kehidupan dari fenomena di atas adalah sebagai berikut. Pertama, setiap jaman akan melahirkan orang-orang atau pemimpin dari generasi muda.  Orang-orang muda ini juga memiliki kemampuan yang baik, karena lahir dari sistem yang baik, kondisi bersaing, dan berpengetahuan.

Kedua, perlu membangun sistem yang mampu memberi akses kepada siapapun, termasuk orang-orang baru, pemain baru atau pelaku baru, dalam berbagai lapangan kehidupan.  Sistem itu memiliki mekanisme untuk berkompetisi, transparan, pembelajaran dan produktif.  Hal ini akan membuat sistem produksi sosial dan ekonomi efisien dan menghasilkan pertumbuhan tinggi.

Ketiga, anak muda harus belajar sungguh-sungguh, memiliki ketrampilan dan menunjukkan keunggulan.  Anak-anak harus belajar pada guru yang tepat, berbakti kepada orangtua, memiliki lingkungan kondusif, dan melalui pembelajaran.  Anak muda bukan hanya pintar, tetapi harus memahami makna kesabaran, ketangguhan dan kepedulian.

Keempat, orang muda perlu diberi kesempatan.  Orangtua perlu bisa menempatkan diri secara tepat, menjadi teladan, dengan asah asih asuh kepada anak-anak muda.  Orangtua perlu arif dengan mendorong anak muda tampil memimpin atau mengambil alih.  Jangan pernah underestimate terhadap anak-anak muda.

Kelima, keyakinan disertai kemampuan akan memberikan hasil yang luar biasa, melebihi perkiraan rasio manusia.  Tantangan sebesar apapun perlu dihadapi dan bahkan dapat dikalahkan dengan kesabaran dan ketangguhan.  Besar kecilnya tantangan adalah persepsi yang diciptakan manusia.  Hal ini dapat dibalik dengan kerja keras dan nyata.

Malang, 16 Mei 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun