Ada sebuah wisata baru di Malang, namanya river tubing di Ledok Amprong, tepatnya di desa Gubuk Klakah, kecamatan Poncokusumo, kabupaten Malang. Wisata ini baru berkembang sekitar enam bulan yang lalu, namun sudah mulai populer bagi penduduk Malang atau yang menyukai wisata ekstrim ini. Wisata River Tubing, bermakna berwisata menggunakan ban karet (ban dalam truk), dan menghanyutkan diri mengikuti aliran sungai. Maksudnya, seorang wisatawan duduk di ban tersebut dan hanyut di aliran sungai.
[caption id="attachment_360611" align="aligncenter" width="567" caption="peta lokasi (google earth)"][/caption]
Ledok Amprong adalah nama tempat di hulu sungai Amprong. Sungai Amprong ini juga adalah bagian hulu dari wilayah DAS Brantas. Istilah Ledok adalah bahasa Jawa, yang artinya tanah yang rendah atau cekungan. Derasnya aliran hulu sungai Amprong berkisar 10 sampai 30 km per jam, sehingga menjadi daya tarik wisata, sekaligus dikategorikan wisata ekstrim. Wilayah hulu DAS Brantas khususnya di Malang, memiliki potensi dimanfaatkan untuk wisata river tubing. Dan kabarnya, di beberapa tempat di sekitar Poncokusumo atau Tumpang, sudah dikembangkan oleh pihak-pihak tertentu.
[caption id="attachment_360621" align="aligncenter" width="567" caption="mobil jeep (gerak 4 roda) siap mengantar ke sungai ledok amprong (koleksi pribadi)"]
Penulis berkesempatan mengunjungi dan mencoba sensasi wisata ini, dalam rangkaian kegiatan outbound kampus (19 Maret 2015), yang diikuti dosen Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang. Menuju lokasi ini sangat mudah, dari Malang mengarah ke Tumpang, terus ke Gubuk Klakah (sekitar 25 km). Wisatawan berhenti transit di kantor Perhutani Resor Ngadas, untuk berganti dengan mobil jeep offroad. Di kantor ini, kendaraan pribadi dapat parkir seharian, selama bertubing. Dari kantor menuju lokasi Ledok Amprong sejauh sekitar 2 km, jalanannya menurun melewati pemukiman desa, tegal, dan hutan, hanya bisa dilewati motor atau jeep (gerak 4 roda). Di sepanjang jalanan ini, dapat disaksikan pemandangan yang indah, yakni komplek perbukitan pegunungan Tengger dan Semeru, sehingga bisa menjadi obyek wisata tambahan.
[caption id="attachment_360612" align="aligncenter" width="553" caption="base camp river tubing ledok amprong (koleksi pribadi)"]
Base camp lokasi tubing berupa sebuah hamparan terbuka tepi sungai kira-kira seluas satu ha, dibatasi oleh tebing dan sungai Amrong. Disini ada empat titik gazebo, lahan parkir, warung, kamar mandi dan tempat perlengkapan tubing. Selain itu juga ada tempat pembibitan pohon milik Perhutani. Pengelolaan tubing ini merupakan kerjasama antara Perhutani dengan karang taruna desa setempat, diberi label LA Adventure. LA adalah singkatan Ledok Amprong. Menurut Budi, ketua LA Adventure, obyek wisata ini mempekerjakan 20 hingga 30 orang pemuda sebagai pemandu tubing, serta ibu-ibu rumah tangga di warung. Hal ini memberi dampak kesejahteraan yang signifikan bagi penduduk desa. Tubing beroperasi sejak pagi hari hingga jam 4 sore. Karena cukup ekstrim, aspek keselamatan menjadi perhatian utama, dimana setiap peserta wisata tubing akan didampingi seorang pemandu (merangkap safeguard). "Kami juga mengendalikan jumlah peserta untuk alasan keselamatan dan konservasi lingkungan", kata Budi. Pada kondisi hujan lebat, arus sungai meningkat, atau potensi alam yang berat, kegiatan tubing dihentikan. Jumlah wisatawan bervariasi setiap harinya, memuncak hingga ratusan orang pada akhir pekan atau hari libur. Wisatawan berasal dari warga sekitar Malang atau travel wisata.
[caption id="attachment_360614" align="aligncenter" width="630" caption="brifing sebelum tubing, bersama Budi (koleksi pribadi)"]
Pengunjung wisata sebaiknya melakukan reservasi dahulu, agar pengelolaan dapat mempersiapkan program tubing, atau menyiapkan kebutuhan misalnya konsumsi atau tempat bagi rombongan besar. Wisata tubing dapat diikuti segala umur, fisik sehat, tidak memiliki cidera serius. Untuk anak-anak balita akan didampingi pemandu khusus. Di base camp, yang juga tempat finish, pengunjung wisata lebih dahulu memperoleh brifing tentang tata cara penggunaan tubing, helm, pelampung, dan langkah-langkah keselamatan.
Rambu-rambu tubing secara singkat: (i) meletakkan tubuh tepat di tengah tubing, (ii) tubuh tidak dalam posisi tidur, tetapi duduk, (iii) tangan ada di atas tubing agar terhindar dari batu, (iv) bila jatuh, berusaha berdisi di dasar sungai, tidak perlu mengejar tubing. Secara umum kedalaman air berkisar 50 hingga 100 cm. Pada prinsipnya, peserta tubing harus tenang, fun, dan tidak perlu panik. Ada pemandu yang mengarahkan, memberi aba-aba, dan membantu setiap peserta tubing. Setiap peserta akan didampingi seorang pemandu.
[caption id="attachment_360615" align="aligncenter" width="623" caption="arus sungai ledok amprong (koleksi pribadi)"]
[caption id="attachment_360620" align="aligncenter" width="604" caption="peta etape/trip tubing ledok amprong (koleksi pribadi)"]
Setelah itu, peserta tubing di ajak naik ke arah hulu untuk siap-siap memulai tubing, dengan pilihan tiga trip atau etape. Yang paling ringan adalah trip 3, berjarak 700 m dari base camp (juga sebagai tempat finish), dimana arus sungai relatif ringan (durasi tubing 30 menit). Naik ke arah hulu lagi sejauh 1500 m adalah trip 2, dengan arus makin ektrim (durasi tubing 60 menit). Naik lagi sejauh 2500 m adalah trip 1, dengan arus sangat ekstrim (durasi tubing 120 menit). Trip 2 dan 1 hanya untuk peserta yang memiliki nyali tinggi. Penulis hanya mencoba trip 3, sekedar untuk mencoba nyali. Rasanya terlalu tua, he..he.. untuk naik hingga trip 2 atau 1. Kata teman yang sudah mencoba trip 2 atau 1, hempasan arusnya lebih kuat, dari arah kanan, kiri, depan atau belakang, karena kelerengan lebih tinggi dan adanya batu di sepanjang sungai.
[caption id="attachment_360617" align="aligncenter" width="606" caption="sensasi jeram ledok amprong (koleksi pribadi)"]
Bagi penulis, pengalaman river tubing sebelumnya adalah di sungai Oya di sekitar goa Pindul, kabupaten Gunung Kidul. Namun kondisi di Ledok Amprong lebih deras arusnya, dan penuh sensasi. Baru lima belas meter dari start, penulis jatuh dari tubing ketika melewati jeram yang terjal. Di pertengahan perjalanan, penulis jatuh kembali. Di hadapan kawan-kawan.. penulis beralasan hanya terpeleset, lepas dari tubing. He..he.., padahal sesungguhnya penulis betul-betul terbalik dan hanyut oleh derasnya air. Pada jatuh yang pertama, arus sangat kuat untuk mendorong badan. Beruntung tidak ada akibat yang serius, meski jari sempat keseleo. Penulis membayangkan, ke arah hulu di trip 2 atau 1 pasti lebih kuat arusnya.
Hanya beberapa teman tidak jatuh dari tubing. Mereka boleh bangga atas prestasi ini, sambil mengolok-olok yang jatuh. Sementara lainnya ada yang jatuh satu kali, dua kali, atau tiga kali. Bahkan ada yang tidak bisa mengendalikan tubing, tubuh berputar, berbalik arah, melawan arus, atau ada yang berhenti di perputaran arus yang diam. Ketrampilan bertubing dipengaruhi kestabilan dan keluwesan tubuh di atas ban karet. Tubuh harus mampu menyesuaikan diri dengan arus, agar posisinya terus seimbang di permukaan air. Hal ini memang mudah untuk dikatakan. Tubuh relatif kecil, nampak lebih mudah mengendalikan tubing dibanding bertubuh gemuk. Semua tidak perlu menjadi ketakutan, pada arus yang deras, jeram dalam, atau berbatu, pemandu siap mendampingi peserta tubing. Pada tempat ini, hal biasa peserta jatuh dan hanyut. Pemandu sudah siap menolong.
[caption id="attachment_360616" align="aligncenter" width="630" caption="Finish tubing ledok amprong (koleksio pribadi)"]
Secara keseluruhan, peserta tubing pasti akan mengalami sensasi luar biasa, tidak peduli ia jatuh atau tidak jatuh. Ia akan merasakan bagaimana air dingin membasahi tubuh, derasnya air, batu besar menghadang, tubuh terombang-ambing dan berputar, kaki menyentuh pasir, nyali menghadapi jeram yang terjal, dan ketakutan lainnya. Pemandangan sekitarnya juga sangat alami, tumbuhan berkayu sekitar sungai, tebing dengan vegetasi hutan, bentangan alam dan sungai, suara burung dan satwa hutan, serta gemuruh suara arus dan jeram. Itu semua, menimbulkan rasa syukur dan takjub terhadap nikmat alam. Allahu Akbar. Juga, kegembiran bertubing, akan menghapus dan membayar lunas pengorbanan bisa hadir di tempat ini.
[caption id="attachment_360619" align="aligncenter" width="630" caption="salah satu pemandangan perbukitan pegunungan Tengger Semeru (koleksi pribadi)"]
Selesai tubing, peserta dapat membersihkan badan di kamar mandi, atau sekalian nyemplung (mandi) di sungai sekitar tempat finish yang airnya relatif tenang. Setelah itu, pengunjung dapat menikmati dengan menu makan siang dan teh/kopi hangat khas “ndeso” dengan harga yang sangat terjangkau.
Malang, 13 April 2015
Penulis menulis buku
- Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362 halaman. ISBN 978-602-9033-31-1
- Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan. Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta (ISBN 979-3330-90-2)
- Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman. ISBN 978-602-1680-13-1 (lihat disini)
Info wisata tubing Ledok Amprong dapat menghubungi Wiga Tour and Travel, CP Arfat 08123368411
Salam ekowisata @iwanuwg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H