Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berwisata River Tubing di Ledok Amprong, Malang

13 April 2015   22:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 8087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah itu, peserta tubing di ajak naik ke arah hulu untuk siap-siap memulai tubing, dengan pilihan tiga trip atau etape.  Yang paling ringan adalah trip 3, berjarak 700 m dari base camp (juga sebagai tempat finish), dimana arus sungai relatif ringan (durasi tubing 30 menit).  Naik ke arah hulu lagi sejauh 1500 m adalah trip 2, dengan arus makin ektrim (durasi tubing 60 menit).  Naik lagi sejauh 2500 m adalah trip 1, dengan arus sangat ekstrim (durasi tubing 120 menit).  Trip 2 dan 1 hanya untuk peserta yang memiliki nyali tinggi.  Penulis hanya mencoba trip 3, sekedar untuk mencoba nyali.  Rasanya terlalu tua, he..he.. untuk naik hingga trip 2 atau 1.   Kata teman yang sudah mencoba trip 2 atau 1, hempasan arusnya lebih kuat, dari arah kanan, kiri, depan atau belakang, karena kelerengan lebih tinggi dan adanya batu di sepanjang sungai.

[caption id="attachment_360617" align="aligncenter" width="606" caption="sensasi jeram ledok amprong (koleksi pribadi)"]

[/caption]

Bagi penulis, pengalaman river tubing sebelumnya adalah di sungai Oya di sekitar goa Pindul, kabupaten Gunung Kidul.  Namun kondisi di Ledok Amprong lebih deras arusnya, dan penuh sensasi.   Baru lima belas meter dari start, penulis jatuh dari tubing ketika melewati jeram yang terjal.  Di pertengahan perjalanan, penulis jatuh kembali.  Di hadapan kawan-kawan.. penulis beralasan hanya terpeleset, lepas dari tubing.  He..he.., padahal sesungguhnya penulis betul-betul terbalik dan hanyut oleh derasnya air.  Pada jatuh yang pertama, arus sangat kuat untuk mendorong badan. Beruntung tidak ada akibat yang serius, meski jari sempat keseleo. Penulis membayangkan, ke arah hulu di trip 2 atau 1 pasti lebih kuat arusnya.

Hanya beberapa teman tidak jatuh dari tubing.  Mereka boleh bangga atas prestasi ini, sambil mengolok-olok yang jatuh.  Sementara lainnya ada yang jatuh satu kali, dua kali, atau tiga kali. Bahkan ada yang tidak bisa mengendalikan tubing, tubuh berputar, berbalik arah, melawan arus, atau ada yang berhenti di perputaran arus yang diam.  Ketrampilan bertubing dipengaruhi kestabilan dan keluwesan tubuh di atas ban karet.  Tubuh harus mampu menyesuaikan diri dengan arus, agar posisinya terus seimbang di permukaan air.  Hal ini memang mudah untuk dikatakan.  Tubuh relatif kecil,  nampak lebih mudah mengendalikan tubing dibanding bertubuh gemuk.  Semua tidak perlu menjadi ketakutan, pada arus yang deras, jeram dalam, atau berbatu, pemandu siap mendampingi peserta tubing.  Pada tempat ini, hal biasa peserta jatuh dan hanyut.  Pemandu sudah siap menolong.

[caption id="attachment_360616" align="aligncenter" width="630" caption="Finish tubing ledok amprong (koleksio pribadi)"]

[/caption]

Secara keseluruhan, peserta tubing pasti akan mengalami sensasi luar biasa, tidak peduli ia jatuh atau tidak jatuh.  Ia akan merasakan bagaimana air dingin membasahi tubuh, derasnya air, batu besar menghadang, tubuh terombang-ambing dan berputar, kaki menyentuh pasir, nyali menghadapi jeram yang terjal, dan ketakutan lainnya.  Pemandangan sekitarnya juga sangat alami, tumbuhan berkayu sekitar sungai, tebing dengan vegetasi hutan, bentangan alam dan sungai, suara burung dan satwa hutan, serta gemuruh suara arus dan jeram.  Itu semua, menimbulkan rasa syukur dan takjub terhadap nikmat alam. Allahu Akbar. Juga, kegembiran bertubing, akan menghapus dan membayar lunas pengorbanan bisa hadir di tempat ini.

[caption id="attachment_360619" align="aligncenter" width="630" caption="salah satu pemandangan perbukitan pegunungan Tengger Semeru (koleksi pribadi)"]

[/caption]

Selesai tubing, peserta dapat membersihkan badan di kamar mandi, atau sekalian nyemplung (mandi) di sungai sekitar tempat finish yang airnya relatif tenang.  Setelah itu, pengunjung dapat menikmati dengan menu makan siang dan teh/kopi hangat khas “ndeso” dengan harga yang sangat terjangkau.

Malang, 13 April 2015

Penulis menulis buku


  • Iwan Nugroho.  2011.  Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan.  Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 362 halaman.  ISBN 978-602-9033-31-1
  • Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri.  2012.  Pembangunan Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan.   Cetakan Ulang. Diterbitkan kembali oleh LP3ES, Jakarta (ISBN 979-3330-90-2)
  • Iwan Nugroho dan Purnawan D Negara.  2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata, diterbitkan oleh Era Adicitra Intermedia, Solo. 281 halaman.  ISBN 978-602-1680-13-1 (lihat disini)


Info wisata tubing Ledok Amprong dapat menghubungi Wiga Tour and Travel, CP Arfat 08123368411

Salam ekowisata @iwanuwg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun