[caption id="" align="aligncenter" width="535" caption="Satwa kera di pantai Bama (Koleksi pribadi)"]
[caption id="" align="aligncenter" width="587" caption="Matahari terbit, di pantai Bama (koleksi pribadi)"]
[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Vegetasi mangrove Pantai Bama (koleksi Pupung)"]
Susur mangrove adalah menikmati tepian pantai sepanjang mangrove.Ini dilakukan sambil berkano, atau langsung masuk nyebur di laut.Benar! Kita langsung nyebur ke laut dan berjalan kaki menginjak tanah di dasar pantai dengan kedalaman hingga 80 cm.Susur magrove dilakukan sepanjang kira-kira 400 m, didampingi pemandu petugas TN Baluran.Awal nyebur laut, memang ada kekuatiran dan ketakutan tertentu.Suhu dingin air laut tidak akan membuat tubuh menggigil, karena tubuh bergerak terus. Kini mangrove benar-benar ada dihadapan mata, dapat disentuh dan dirasakan.Disinilah tampak kerapatan hutan mangrove, habitat bagi sumber kehidupan perairan.Terkadang ditemui benih-benih ikan tongkol seukuran 5 cm bergerombol.Penulis mengakhiri susur mangrove selama kurang lebih 1 jam itu di suatu dermaga buatan.Dari sini kemudian penulis naik dan berjalan kaki menikmati hutan mangrove dari darat kembali ke pantai asal.Saking rapatnya, vegetasi magrove ini membentuk kanopi tinggi sehingga membentuk tutupan dari sinar matahari pagi.Kami seperti berjalan di dalam ruangan hutan magrove. Kabarnya mangrove di TN Baluran termasuk masih alami, dan ada pohon yang memiliki berdiameter ukuran 2 m.
[caption id="" align="aligncenter" width="573" caption="Berkano dan snorkling, Pantai Bama (koleksi Pupung)"]
[caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="Melihat pemandangan bawah laut dari kaca di perahu (Koleksi Pupung)"]
[caption id="" align="aligncenter" width="645" caption="bersnorkling (koleksi Pupung)"]
Tujuh orang akhirnya turun ke laut, yakni penulis, Sui, Tri Wardhani, Sabar, Dedi, Frida, dan Firman, didampingi pemandu pak Bambang.Purnawan DN (Walhi Jatim), atau Pupung, tetap tinggal di boat untuk menunaikan tugas pengambilan gambar. Beberapa kawan agak kesulitan menyesuaikan snorkle karena baru pertama kali, meski mahir berenang.Namun beberapa saat berikutnya sudah berenang mengamati hamparan bawah laut.Suasana makin ramai, karena tiga kawan yang berkano ikut bergabung menikmati kegembiraan ini.Berbeda dengan penglihatan melalui kaca di boat, dengan snorkling tubuh kita seolah menyatu dan berkomunikasi dengan kehidupan bawah laut.Tangan bisa meraih ikan-ikan di antara terumbu karang yang beraneka ragam bentuk.
[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Anemon laut (www.gadis.co.id)"]
Pak Bambang memanggil kami, mengajak ke suatu arah untuk melihat anemon laut.Penulis segera ikuti, dan menyaksikan anemon itu berlama-lama. Rasanya tidak ingin beranjak dari situ.Anemon laut bukanlah dari jenis tumbuhan, tetapi merupakan jenis hewan dari kelas Anthozoa yang sekilas terlihat seperti tumbuhan (Wikipedia). Anemon berwarna ungu kebiruan itu bergerak-gerak seolah memanggil ikan berwarna merah di sekitarnya.Dua makhluk itu seolah menari dan berdansa memamerkan paduan warna yang serasi dan indah.Subhanallah!Penulis menjulurkan tangan meraih ikan merah itu tetapi tidak mampu menjangkaunya.Kawan-kawan lain juga ikut menikmati keindahan ini.
Kami menikmati snorkling cukup lama.Bila capai, kami berdiri berpijak dihamparan pasir yang dangkal.Disini kami juga mengatur membetulkan letak snorkle.Kami juga membantu teman yang tidak bisa berenang, membesarkan hati, untuk terjun ke laut.Pak Bambang memandu dan membimbing kami dengan sabar.Disinilah suasana makin ramai karena saling mencoba menenangkan dari kepanikan atau ketakutan.Suatu bentuk solidaritas yang nyata, menyatunya kehidupan antar manusia dengan alam. Perasaan ingin bersama-sama merenungkan dan mensyukuri ciptaan Allah (Tafakkaru fi khalqillah).Kegiatan snorkling diulang kembali untuk kawan yang belum berkesempatan karena terbatasnya kapasitas boat (hanya 10 orang).Penulis kembali ikut kloter kedua ini untuk mengajak dan membesarkan hati agar semua orang dapat merenungkan, menikmati dan mensyukuri ciptaan Allah.Belakangan setelah kembali ke Malang, seorang kawan menunjukkan penyesalannya karena tidak ikut berenang.
Pemandangan bawah laut antara pantai Bama dengan Poncomoyo (TN Meru Betiri) dan Waha (TN Wakatobi) memang tidak dapat dibandingkan.Pantai Bama kondisinya lebih alami karena masuk dalam kawasan konservasi yang terjaga secara ketat dan relatif terpisah dari kegiatan ekonomi masyarakat.Sementara di dua tempat tersebut, aktivitas ekonomi perikanan masyarakat dan kehidupan nelayan berjalan bersama-sama dengan kegiatan konservasi.Nuansa manfaat konservasi dan pendidikan ekologi pantai Bama lebih kuat.Sementara di Poncomoyo (TN Meru Betiri) dan Waha (TN Wakatobi) ada misi menghasilkan kesejahteraan bagi penduduk di sekitarnya.
[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Keindahan pantai Bama dan gunung Baluran (koleksi Pupung)"]
Malang, 23 Februari 2014.
Baca tulisan sebelumnya
- Pulau Merah, Banyuwangi, Wisata Pantai yang Bersih
- Menikmati Kuliner Halal Thailand
- Spiritual dan Ilmu, Kunci Kehidupan
- Mencegah Korupsi: Mendefinisikan Kecukupan dan Kepedulian