Hagari menegaskan bahwa militer tidak akan membiarkan senjata apa pun dikirim ke kelompok teror Hizbullah, termasuk melalui Bandara Internasional Beirut. "Kami tidak akan mengizinkan senjata dikirim ke Hizbullah dalam bentuk apa pun. Kami mengetahui adanya pengiriman senjata dari Iran ke Hizbullah, dan kami akan menghentikannya," ujarnya. "Pesawat-pesawat Angkatan Udara saat ini berpatroli di sekitar bandara Beirut. Selama bertahun-tahun, Lebanon, berbeda dengan Suriah, telah bertindak dengan bertanggung jawab dan tidak mengizinkan senjata dipindahkan melalui bandara sipil," tambah Hagari. "Kami menyatakan dengan tegas, tidak akan ada penerbangan musuh yang membawa senjata diizinkan mendarat di bandara sipil di Beirut. Ini adalah bandara sipil dan harus tetap digunakan untuk tujuan sipil," tegasnya.
Pada Sabtu pagi, Hizbullah meluncurkan beberapa roket dan rudal ke Israel, meskipun tidak ada laporan korban jiwa. Dalam serangan pertama, sepuluh roket ditembakkan dari Lebanon ke Galilea Atas. Tentara melaporkan bahwa tidak semua roket berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome, namun tidak ada laporan kerusakan atau korban luka. Sementara itu, sebuah roket jarak jauh ditembakkan dari Lebanon dan memicu sirine di beberapa permukiman Tepi Barat. Roket itu menghantam area terbuka, dan pecahan peluru dilaporkan jatuh di kota Huwara, menimbulkan kerusakan.
Keesokan harinya, lima roket ditembakkan ke Israel utara, memicu sirine di beberapa kota di Galilea dan Lembah Yizreel. Sebagian besar roket tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara. IDF juga melaporkan bahwa beberapa roket ditembakkan ke daerah Safed, dan dua rudal permukaan-ke-permukaan ditembakkan dari Lebanon, salah satunya mendarat di laut lepas pantai Tel Aviv, dan yang lainnya ditembak jatuh di Israel utara.
Hizbullah mengklaim bertanggung jawab atas serangan roket pada Sabtu pagi, namun target yang mereka tuju tampaknya tidak tercapai. IDF mengumumkan bahwa serangan udara terbaru di Lebanon menewaskan beberapa komandan Hizbullah, termasuk Muhammad Ismail, komandan unit roket dan rudal di Lebanon selatan.
Selama 11 bulan terakhir, Hizbullah telah menembakkan ratusan roket ke Israel, namun militer Israel menyatakan bahwa kemampuan kelompok tersebut perlahan-lahan berkurang.
Kesimpulan: Â Meninggalnya Hassan Nasrallah, pemimpin lama Hizbullah, membawa dampak besar bagi kelompok tersebut dan situasi di Timur Tengah. Sebagai sosok sentral yang bertahun-tahun memimpin aksi militer melawan Israel dan Amerika Serikat, Nasrallah meninggalkan warisan yang kontroversial. Di satu sisi, dia dipuji oleh pendukungnya sebagai simbol perlawanan, sementara di sisi lain, dia dianggap sebagai ancaman besar oleh Barat, terutama karena perannya dalam melatih dan mendukung kelompok seperti Hamas dan Houthi.
Meninggalnya Nasrallah dalam serangan udara besar Israel telah memicu respons yang intens, baik dari Hizbullah maupun Israel. Hizbullah bersumpah akan melanjutkan perjuangan mereka, sementara Israel terus menargetkan infrastruktur militer kelompok tersebut. Meski Nasrallah tewas, ketegangan di kawasan masih berlanjut, dengan Hizbullah melanjutkan serangan roket dan rudal ke Israel, menambah ketidakstabilan di Timur Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H