Menghabisi Putin dikala Lemah
Ukraina telah meminta ijin Biden untuk membunuh Putin dengan sudah menyiapkan pasukan penembak jitu ke Moskow dan ke daerah daerah yang akan didatangi Putin kalau sedang galau. Jadi ada pola kelakuan Putin yang diprediksi Ukraina. Seperti perilaku stress karena infrastruktur pokok Rusia hancur atau karena daerah Kursk Oblast telah di invasi Ukraina, maka Putin akan segera pergi ke Chechnya atau ke Ulan Bator untuk refreshing menghilangkan kekalutan otaknya. Jadi sudah dirancang pembunuhan satu orang: Putin untuk menyelamatkan semua penang korban perang sia sia dengan membeberkan rencana menyerang depot rudal balistik terbesar di Toropets yang dilakukan 3 hari lalu 19/9/2024 ataupun depot rudal untuk perang Ukraina di Kamenny, di distrik Tikhoretsky, tepatnya di bagian selatan Krasnodar Oblast kemarin sore 20/9/2024. Tetapi Biden menolak menyetujui rencana pembunuhan Putin ini, karena mempertimbangkan strategi pelemahan Rusia belum tuntas dan kemungkinan untuk menginvasi Ukraina masih bisa terjadi lagi dimasa depan, atau penggantinya kemungkinan diperhitungkan akan meneruskan invasi Ukraina, sehingga bukan menjadi solusi yang mumpuni sama sekali. Maka atas permintaan Biden supaya Zelenski tetap membiarkan Putin hidup dan dapat merasakan pil pahit seorang diktator pengobar perang yang penuh kekejian.
Penghancuran Infrastruktur untuk Menyusutkan Kapasitas Perang Rusia
Secara umum, serangan Ukraina terhadap depot amunisi dan infrastruktur Rusia bisa dilihat sebagai upaya untuk melumpuhkan kapasitas perang Rusia di masa depan, tidak hanya di Ukraina tetapi juga di Eropa. Serangan-serangan ini secara perlahan menghabisi cadangan senjata dan logistik Rusia yang sangat penting. Jika depot amunisi Rusia hancur satu per satu, hal ini secara langsung akan menurunkan kemampuan mereka untuk melanjutkan perang, apalagi untuk menginvasi lebih jauh.
Dalam konteks ini, serangan Ukraina bisa dipahami sebagai bagian dari strategi pemusnahan total terhadap potensi agresi Rusia di masa depan. Jika Rusia kehilangan kemampuan untuk mempertahankan pasokan amunisi dan logistiknya, maka negara ini tidak akan mampu melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina maupun negara-negara lain di Eropa Timur.
Logika Dibalik Strategi Ukraina: Menghancurkan Dulu, Baru Mengusir
Serangan dalam wilayah Rusia ini mungkin juga memiliki logika strategis lain yang lebih luas. Alih-alih hanya berfokus untuk mengusir Rusia dari Ukraina, Ukraina tampaknya memiliki pendekatan dua tahap. Tahap pertama adalah menghancurkan kemampuan Rusia untuk berperang dengan cara menghancurkan infrastruktur militer, depot amunisi, dan membunuh tentara sebanyak mungkin. Baru setelah kapasitas perang Rusia melemah secara signifikan, Ukraina dapat berfokus pada tahap kedua, yaitu mengusir Rusia dari semua wilayah yang diduduki.
Dalam hal ini, penyerangan langsung ke wilayah Rusia bertujuan untuk menekan Rusia dari dalam, menyebabkan ketidakstabilan di dalam negeri, dan sekaligus memaksa Rusia untuk mempertahankan wilayah yang jauh dari garis depan. Hal ini membuat Rusia mengalihkan sumber daya militernya dari invasi di Ukraina, sehingga memperlambat kemajuan mereka.
Dampak bagi Status Militer Rusia
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah para ahli sipil dan militer Rusia tidak menyadari bahwa semua ini akan berujung pada penghapusan status Rusia sebagai kekuatan militer global? Serangan yang terus-menerus ke depot amunisi dan logistik militer menunjukkan bahwa Rusia perlahan tetapi pasti kehilangan kendali atas infrastruktur militernya sendiri. Jika tren ini terus berlanjut, status Rusia sebagai kekuatan militer global akan semakin terancam. Tidak hanya Rusia akan kehilangan pengaruh geopolitik di Eropa, tetapi negara ini juga akan menghadapi risiko disintegrasi internal karena ketidakstabilan yang diakibatkan oleh serangan ke wilayahnya.
Kesimpulan