Dalam konteks Jawa, istilah "kebablasan" mencerminkan ekses yang tidak terkendali dan merusak norma dan etika dalam kerangka keseimbangan. Fenomena ini semakin jelas terlihat dalam kasus yang melibatkan para raksasa teknologi seperti Pavel Durov, CEO Telegram, di Prancis, dan Elon Musk dengan platform X-nya di Brasil.
Fenomena Kebablasan Digital
Kedua kasus ini menggambarkan bagaimana kebebasan berekspresi yang tak terkendali telah melampaui batas-batas hukum dan etika, menantang pemerintah dan masyarakat global. Di Prancis, Telegram telah menjadi platform bagi aktivitas ilegal seperti perdagangan narkoba, senjata, serta penyebaran konten pelecehan seksual terhadap anak.Â
Pavel Durov, yang sering dipandang sebagai pejuang kebebasan berbicara, kini menghadapi tuduhan berat yang bisa mengakibatkan hukuman serius. Di Brasil, Elon Musk terlibat konflik hukum setelah menolak mematuhi perintah pemerintah untuk menunjuk perwakilan hukum di negara tersebut, yang dianggap sebagai pelanggaran serius oleh pemerintah Brasil. Langkah ini akhirnya memicu penangguhan layanan X di negara tersebut.
Kebebasan yang Menyerang Demokrasi
Kebebasan berekspresi yang kebablasan ini tidak hanya berdampak pada aspek hukum, tetapi juga mengancam pilar-pilar demokrasi. Di Brasil, perlawanan Musk terhadap regulasi dilihat oleh banyak pihak sebagai upaya untuk melindungi kepentingan politik, terutama mengingat hubungan erat antara Jair Bolsonaro dan Donald Trump.Â
Bolsonaro sendiri menggunakan platform seperti X untuk menyebarkan narasi palsu tentang kecurangan pemilu, yang memicu kerusuhan besar di Brasilia, mirip dengan peristiwa 6 Januari di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa kebebasan berbicara di internet, jika tidak diatur dengan baik, dapat menjadi senjata politik yang berbahaya.
Kebebasan yang Menyerang Demokrasi Di AS
Keseriusan pelanggaran hukum oleh media di Amerika Serikat, khususnya terkait platform digital besar, telah menjadi perhatian yang semakin mendalam dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun Amerika Serikat secara tradisional dikenal sebagai negara yang sangat mendukung kebebasan berbicara dan berekspresi, beberapa kejadian menunjukkan bahwa kebebasan ini telah digunakan untuk tujuan yang merusak, dan pelanggaran hukum yang serius oleh media dan platform digital semakin menjadi sorotan.
1. Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
Salah satu pelanggaran paling serius yang terjadi di media sosial di Amerika Serikat adalah penyebaran misinformasi dan disinformasi. Kasus paling menonjol adalah peran yang dimainkan oleh platform seperti Facebook, Twitter (sekarang X), dan YouTube dalam menyebarkan teori konspirasi, termasuk klaim palsu tentang pemilu 2020 dan pandemi COVID-19. Penyelidikan Kongres dan laporan dari berbagai lembaga independen menunjukkan bahwa algoritma di balik platform ini sering memprioritaskan konten yang memicu keterlibatan tinggi, yang sering kali adalah konten yang menyesatkan atau bahkan sepenuhnya salah.