Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Hukuman Durov dan Elon Musk vs Kebebasan Berekspresi Digital

1 September 2024   22:13 Diperbarui: 1 September 2024   22:55 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
best sosmed platform/trotons.com 

Dalam konteks Jawa, istilah "kebablasan" mencerminkan ekses yang tidak terkendali dan merusak norma dan etika dalam kerangka keseimbangan. Fenomena ini semakin jelas terlihat dalam kasus yang melibatkan para raksasa teknologi seperti Pavel Durov, CEO Telegram, di Prancis, dan Elon Musk dengan platform X-nya di Brasil.

Fenomena Kebablasan Digital

Kedua kasus ini menggambarkan bagaimana kebebasan berekspresi yang tak terkendali telah melampaui batas-batas hukum dan etika, menantang pemerintah dan masyarakat global. Di Prancis, Telegram telah menjadi platform bagi aktivitas ilegal seperti perdagangan narkoba, senjata, serta penyebaran konten pelecehan seksual terhadap anak. 

Pavel Durov, yang sering dipandang sebagai pejuang kebebasan berbicara, kini menghadapi tuduhan berat yang bisa mengakibatkan hukuman serius. Di Brasil, Elon Musk terlibat konflik hukum setelah menolak mematuhi perintah pemerintah untuk menunjuk perwakilan hukum di negara tersebut, yang dianggap sebagai pelanggaran serius oleh pemerintah Brasil. Langkah ini akhirnya memicu penangguhan layanan X di negara tersebut.

Kebebasan yang Menyerang Demokrasi

Kebebasan berekspresi yang kebablasan ini tidak hanya berdampak pada aspek hukum, tetapi juga mengancam pilar-pilar demokrasi. Di Brasil, perlawanan Musk terhadap regulasi dilihat oleh banyak pihak sebagai upaya untuk melindungi kepentingan politik, terutama mengingat hubungan erat antara Jair Bolsonaro dan Donald Trump. 

Bolsonaro sendiri menggunakan platform seperti X untuk menyebarkan narasi palsu tentang kecurangan pemilu, yang memicu kerusuhan besar di Brasilia, mirip dengan peristiwa 6 Januari di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa kebebasan berbicara di internet, jika tidak diatur dengan baik, dapat menjadi senjata politik yang berbahaya.

Kebebasan yang Menyerang Demokrasi Di AS

Keseriusan pelanggaran hukum oleh media di Amerika Serikat, khususnya terkait platform digital besar, telah menjadi perhatian yang semakin mendalam dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun Amerika Serikat secara tradisional dikenal sebagai negara yang sangat mendukung kebebasan berbicara dan berekspresi, beberapa kejadian menunjukkan bahwa kebebasan ini telah digunakan untuk tujuan yang merusak, dan pelanggaran hukum yang serius oleh media dan platform digital semakin menjadi sorotan.

1. Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Salah satu pelanggaran paling serius yang terjadi di media sosial di Amerika Serikat adalah penyebaran misinformasi dan disinformasi. Kasus paling menonjol adalah peran yang dimainkan oleh platform seperti Facebook, Twitter (sekarang X), dan YouTube dalam menyebarkan teori konspirasi, termasuk klaim palsu tentang pemilu 2020 dan pandemi COVID-19. Penyelidikan Kongres dan laporan dari berbagai lembaga independen menunjukkan bahwa algoritma di balik platform ini sering memprioritaskan konten yang memicu keterlibatan tinggi, yang sering kali adalah konten yang menyesatkan atau bahkan sepenuhnya salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun