Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

PDIP: Gelorakan Demokrasi Kalau Anies Jadi Anggota

28 Agustus 2024   00:41 Diperbarui: 28 Agustus 2024   00:56 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengusung hanya Pramono Anung sebagai calon gubernur memang bisa dilihat sebagai langkah yang aman, tetapi juga bisa memperkuat persepsi bahwa PDIP tidak berani mengambil risiko politik yang lebih besar. Jika PDIP hanya berfokus pada Pramono, yang sudah mapan sebagai Sekretaris Kabinet, ini bisa mengesankan bahwa partai tersebut lebih tertarik menjaga status quo daripada mendorong perubahan yang lebih berani dan signifikan.

Mengusung Anies Baswedan sebagai calon gubernur, di sisi lain, bisa menjadi langkah strategis yang menunjukkan keberanian PDIP untuk tampil berbeda dan mengambil risiko yang lebih besar demi memperjuangkan prinsip-prinsip yang mereka klaim. Dengan mencalonkan Anies, PDIP bisa memperluas pengaruhnya, baik di level nasional maupun di DKI Jakarta, yang selama ini menjadi medan politik yang sulit ditembus bagi banyak partai. Langkah ini juga bisa membantu PDIP mempertahankan pengaruh di kabinet dengan tetap menempatkan Pramono Anung sebagai Sekretaris Kabinet di bawah pemerintahan Prabowo, sambil memperkuat kehadiran mereka di DKI Jakarta.

Dengan demikian, PDIP bisa menunjukkan bahwa mereka adalah partai yang berani dan mampu memainkan peran strategis di berbagai tingkatan pemerintahan, tanpa takut mengambil keputusan yang bisa mengubah dinamika politik di Indonesia. Ini akan menegaskan bahwa PDIP tidak hanya mencari aman, tetapi juga siap mengambil langkah-langkah besar untuk memperkuat demokrasi dan melawan oligarki di semua level kekuasaan.

Hasilnya bisa sangat mencengangkan jika Anies Baswedan, yang sebelumnya sering berseberangan dengan Ahok, justru mendapatkan dukungan dari Ahok untuk diadopsi sebagai anggota penuh PDIP. Ini tidak hanya akan memperkuat posisi PDIP sebagai partai yang inklusif dan siap menerima perbedaan, tetapi juga bisa membawa perubahan signifikan di DKI Jakarta. Jumlah voting dari PDIP dan Ahok yang ditambahkan pada elektabilitas Anies dan juga jumlah kursi DPRD untuk PDIP DKI akan menjadi mayoritas nantinya. Belum, cara menjungkirbalikkan akal logika ideologi partai atau berpikir out of the box dan tidak selalu status quo, akan mengibarkan bendera PDIP yang berani inovatif melakukan eksperimen demokrasi. Ini akan mengungguli cara berpikir Jokowi yang selalu zigzag dan selalu mencari alternatif lain. Atau PDIP akan semakin tenggelam kalau selalu berpikir jaman perjuangan Orla maupun Orba.

Dengan dukungan Ahok, yang dikenal sebagai simbol anti-korupsi dan ketegasan dalam pemerintahan, adopsi Anies ke dalam PDIP dapat memberikan dorongan besar bagi upaya-upaya pemberantasan korupsi di Jakarta. Ini juga bisa menjadi langkah strategis yang memperlihatkan bahwa PDIP mampu melampaui sekat-sekat politik dan merangkul tokoh-tokoh yang memiliki visi yang sama dalam memajukan kepentingan rakyat dan demokrasi.

Langkah ini, jika berhasil, tidak hanya akan meroketkan elektabilitas PDIP di DKI Jakarta, tetapi juga mengirimkan pesan kuat bahwa partai ini benar-benar berkomitmen pada nilai-nilai keadilan, anti-korupsi, dan demokrasi yang sejati. Ini bisa menjadi momen penting dalam sejarah politik Indonesia, di mana perbedaan masa lalu bisa diatasi demi tujuan kebebasan demokrasi bersama yang lebih besar yaitu keadilan dan kesejahteraan rakyat yang sesungguhnya dan bukan lagi tipu tipu slogan dan utopia.

Kesimpulan dari analisis ini menunjukkan bahwa PDIP sedang berada di persimpangan jalan antara mempertahankan loyalitas terhadap kader internal, seperti Pramono Anung, atau mengambil langkah berani dengan mengusung tokoh eksternal seperti Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta 2024. Memilih Pramono mungkin tampak sebagai langkah aman yang menjaga konsistensi ideologis partai, tetapi juga dapat memperkuat persepsi bahwa PDIP lebih tertarik pada status quo daripada mendorong perubahan besar.

Sebaliknya, menerima Anies sebagai anggota PDIP dan mengusungnya sebagai calon gubernur, terutama dengan dukungan dari tokoh seperti Ahok, dapat memperlihatkan keberanian PDIP untuk berpikir di luar kotak dan melampaui sekat-sekat politik. Langkah ini tidak hanya berpotensi meroketkan elektabilitas PDIP di DKI Jakarta, tetapi juga menunjukkan komitmen partai terhadap nilai-nilai keadilan, anti-korupsi, dan demokrasi yang sejati.

Keberhasilan strategi ini akan menjadi momen penting dalam sejarah politik Indonesia, di mana PDIP bisa memperlihatkan bahwa mereka tidak hanya siap melawan oligarki dan kekuasaan otoriter, tetapi juga mampu merangkul tokoh-tokoh dengan visi yang sejalan untuk memajukan kepentingan rakyat. Ini akan menegaskan bahwa PDIP adalah partai yang siap mengambil risiko demi keadilan dan kesejahteraan rakyat yang sesungguhnya, bukan sekadar mempertahankan slogan dan utopia politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun