Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

DNC 2024: Capres Harris dan Masa Depan AS, Patriotisme di Atas Kepentingan Partai

24 Agustus 2024   00:58 Diperbarui: 25 Agustus 2024   07:54 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
telegraph.co.uk/Kamala Harris

DNC 2024: Capres Harris dan Masa Depan AS: Patriotisme di Atas Kepentingan Pribadi, Anak & Partai

Selama empat hari terakhir sampai lewat tengah malam menjelang pagi 23/8/2024, saya mengikuti Konvensi Nasional Partai Demokrat (DNC) 2024 di Chicago secara daring. Secara fisik, konvensi ini diadakan di United Center Stadium, atau Stadion Pusat Persatuan. Menjadi seorang anggota Partai Demokrat mengingatkan saya pada saat menjadi petugas aktif PDIP sejak masih kelas 3 SMA, dalam perjuangan melawan diktator otoriter Soeharto dan korupsi keluarganya. Partai Demokrat tidak hanya diwakili oleh satu tokoh seperti Megawati di PDIP, tetapi memiliki beragam pemimpin seperti Hillary Clinton, Michelle Obama, dan sekarang Kamala Harris. 

Selain itu, banyak juga wanita muda yang sangat potensial dan siap mengambil alih kepemimpinan, seperti Alexandria Ocasio-Cortez (AOC), Gretchen Whitmer, dan Jasmine Crockett. Semuanya brilian dan kreatif dalam berdebat dengan menggunakan fakta melawan kelucuan dan keniscayaan anggota kongres partai Republik. Hati mereka rata rata selalu berkobar dan sabar mau menjelaskan dengan ide perjuangan melawan kesewenangan dan ketidak adilan dalam caranya masing masing. 

Megawati dan Puan harus mulai mencari pengganti atau wanita muda yang siap mengambil alih dengan kualitas seperti AOC dan crockett. Kalau tidak maka PDIP akan mirip dengan partai Republik yang mayoritas petingginya hanya pria berkulit putih saja. Terbukti dalam konvensi RNC yang temanya serba miskin kebhinekaan dan maupun figur perempuan kuat. Juga dalam kebhinekaan, PDIP belum berani terus terang Bhineka dengan menyatakan pro warga turunan, melainkan gerakan pro warga keturunan ditunjukkan secara tersirat dengan selalu disodorkannya peran Ahok di semua platform mewakili suara Megawati dan PDIP. 

Mungkin Megawati dan PDIP juga masih ragu untuk secara terbuka. Dikhawatirkan bisa dijauhi atau tidak dicoblos oleh kelompok fanatik pribumi. Bahkan sampai saat ini, masih tidak juga berani untuk pro keberagaman agama, padahal sudah jelas ada kelompok mayoritas Kristen di Indonesia bagian Timur. Bukannya hebat kalau bisa menguasai dengan solid basis pemilih di Indonesia Timur, sehingga tinggal menggarap bagian tengah dan barat? Apalagi sudah jelas faktanya dengan penguasaan solid di Jawa Tengah yang juga sudah sangat terbiasa dengan kebhinekaan?

Kehebatan Choreographic dari berbagai pekerja professional Film seperti Spike Lee, memanfaatkan setiap detik penuh dengan makna dengan memasukkan setiap tema. Beyonce, bintang kesayangan yang ditunggu tunggu dan khusus di hari ke 4 ini lagunya diputar terus oleh DJ musik elektrik, ternyata gagal menghadiri kongres DNC dengan sebab yang tidak dijelaskan. Walaupun klip lagunya Freedom disenangi dan dipakai Capres Harris total selama hampir 20 menitan. 

Kesimpangsiuran ini terjadi karena kurang komunikasi dari Capres Harris secara pribadi dengan Beyonce, kemungkinan besar Beyonce mereskedul acara ini dengan inagurasi presiden Kamala seperti juga penampilan dalam inagurasi presiden Obama terdahulu.

Tema dasar sehari hari yang ditegaskan:yang masing masing dibawakan selama 20 menit masing masing: Oprah Winfrey / Joy, Bill Clinton thema Kesederhanaan pekerja McDonald "How can I help you". Dan kata you juga menjadi tema kunci untuk mencerminkan kepresidenan ini hanya untuk kamu rakyat AS, dan sama sekali bukan untuk me atau saya sebagai diri pribadi egois dan keluarga nepotismenya dinasti Trump saja. Atau dari gubernur Michigan Gretchen Whitmer dengan motonya Get Stuff Done atau GSD. Banyak slogan dari tema konvensi ini diantaranya "When we fight we win, We R not going back, Laughter and Joy, Yes We can, Kamala is Brat, Say it to my face" 

Juga menampilkan penyemangat kelas dunia anggota partai Demokrat seperti Michelle dan Barack Obama yang berhasil mengoplos kata dan benar berhasil membakar semangat, mungkin karena semuanya lulusan Harvard, sebagai kontrasnya dari partai Republik ada Lara Trump mewakili nepotisme yang dipaksa menjadi penyemangat yang error tanpa isi dan pesan karena posisi karbitan dan bukan berprofesi sebagai penyemangat, atau dipaksakan mengakomodir pilihan yang sangat membanggakan  bagi mantan presiden Trump sendiri, tentunya mengorbankan semua talent brilian selain keluarganya, seperti pada semua kasus nepotisme atau korupsi jabatan lainnya yang hanya memuaskan kemaslahatan egois diri pribadi saja. 

Kehebatan konvensi ini tidak hanya berhasil mengumpulkan dana kampanye sebesar $500 Juta, tetapi juga membuktikan telah berhasil menarik para petinggi partai Republik untuk bergabung. Maka ada banyak ditampilkan exodus mereka ke dalam gerbong Harris for president seperti Adam Kinzinger. Satu persatu mereka semuanya membuka aib Trump yang telah berhasil menghancurkan dan mengambil alih partai Republik. 

Apakah ada sedikit atau banyak kemiripan di Indonesia atau sebuah hasil contekan semata? Untuk kasus di Indonesia masih dalam tahap awal karena masih minus belum ada yang sadar seperti kebanyakan anggota partai Republik di AS? Atau mungkin belum sampai pada fase atau waktunya ketularan, tinggal menunggu waktu kesadarannya muncul saja, karena jumlah bukti kesalahan dan manipulasi, seperti pasal 90 dari MK dan pembalikan keputusan pilkada oleh MK, masih belum cukup meyakinkan atau masih kurang banyak buktinya. 

Kinzinger meneriakkan esensi dari demokrasi dan etika politiknya tentang pilihan utama dan mendasar pada patriotisme membela negara dan demokrasi ketimbang memilih partai yang penuh dengan segala kejahatan dan error. Jadi dia tidak berkhianat pada partai dan kelompok konservatifnya melainkan sedang membela negara demokratis yang ideal seperti dikatakan persis dalam konstitusi AS. Apa bedanya dengan konstitusi Indonesia yang juga menekankan demokrasi yang setara atau sehebat demokrasi di AS? 

Rupanya tema kekerasan dan intimidasi atau bullying dalam kampanye Trump dari partai Republik telah berhasil mengusir para petinggi partai dan anggotanya yang santun. Ditarik garis lurus bisa saja diutak atik gathuk dengan intimidasi mundur atau bargaining posisi dan dukungan dari kasus KPK misalnya. Untungnya tenda kemah Harris sudah siap untuk menampung limpahan keprihatinan mereka, apa adanya, dengan tangan terbuka dan tidak pernah memaksa atau mengisyaratkan mereka untuk mendaftar jadi anggota partai demokrat, bahkan diberikan platform untuk berpidato di slot prima mengawali sebelum pidato Kamala Harris, sebagai mewakili partai republik untuk Kamala. 

Mirip sekali dengan permintaan Megawati untuk mencalonkan Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI harus mendaftar dulu menjadi anggota penuh partai PDIP, maklum Megawati sudah pernah "tertipu" habis habisan dan sudah belajar dari ketidak mujuran selam 5 tahun lalu. 

Nominasi Kamala Harris sebagai calon presiden dimulai dengan ucapan selamat ulang tahun pernikahan kepada suaminya, Dougie, karena hari itu bertepatan dengan peringatan hari pernikahan mereka. Dalam pidatonya, Kamala mengingatkan partainya untuk tidak hanya mengeluh, tetapi untuk bertindak dan melakukan sesuatu guna mengatasi masalah yang ada. Bahkan, ibunya selalu mengingatkannya untuk tidak pernah melakukan sesuatu dengan setengah hati. 

Kamala kemudian mengampanyekan pentingnya patriotisme---menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan partai dan pribadi, memegang teguh prinsip negara hukum, pemilu yang adil, serta proses pengalihan kekuasaan yang damai dan tanpa manipulasi atau agitasi. 

Dia mengungkapkan bahwa Trump tidak serius menjalankan mandat rakyat maupun menghormati konstitusi negara. Lebih lanjut, dia menyoroti berbagai pelanggaran yang dilakukan Trump selama menjabat, termasuk kebijakan yang kacau, penipuan terhadap rakyat, tindakan yang dianggap pengkhianatan (pro Rusia dan pro China), serta tindakan kriminal dan kriminalisasi yang dilakukan.  Sebagai orang Indonesia, kita mungkin bertanya-tanya: Apakah pemerintah sekarang sangat pro China karena banyaknya investor dari China ada yang mengeksploitasi nikel kita, dan banyak proyek lainnya seperti kereta cepat? 

Bagaimana Trump menanggapi konvensi yang berlangsung selama 4 hari dengan total 8 jam setiap harinya? Pertama-tama, kita bisa melihat dari semua komentar di akun Twitter-X-nya yang hanya berisi pandangan negatif, seperti melabeli mereka sebagai komunis hanya karena membela orang biasa atau kelas menengah---sesuatu yang, menurut MAGA, hanya dianggap komunis kecuali jika membela orang kaya. Namun, menjadi kaya tidak selalu berarti seseorang adalah kapitalis, karena dalam negara bangsa kapitalis yang sebenarnya, semua warga memiliki kapital seperti rumah atau saham. Hingga setiap penduduk memiliki hal tersebut, kapitalisme bukanlah ciri khas bangsa ini, melainkan hanya utopia atau cita-cita kesejahteraan nasional yang belum tercapai. 

Ejekan dan hinaan mulai membanjiri akun Trump, tetapi semua itu hanyalah tuduhan yang tidak terbukti, terasa dibuat-buat, dan terlihat jelas sebagai hasil dari upaya manufaktur 'fakta' yang dipaksakan. Akibatnya, ini sangat merugikan Trump sendiri, membuatnya menjadi bahan tertawaan dan cemoohan publik, yang kemudian diangkat dalam berbagai acara di stasiun TV dan media sosial.

Kesimpulan: Konvensi Nasional Partai Demokrat (DNC) 2024 menampilkan kekuatan dan keberagaman dalam kepemimpinan, dengan tokoh-tokoh berpengaruh seperti Kamala Harris, Hillary Clinton, dan Michelle Obama, serta pemimpin muda potensial seperti Alexandria Ocasio-Cortez. Konvensi ini juga mencerminkan perbedaan besar antara Partai Demokrat dan Partai Republik dalam hal inklusivitas dan etika politik. Kamala Harris dalam pidatonya menekankan pentingnya patriotisme dan kepentingan negara di atas kepentingan partai, serta mengkritik kepemimpinan Trump yang dianggap tidak serius menjalankan mandat rakyat. 

Sementara itu, Trump menanggapi konvensi ini dengan komentar negatif yang justru merugikan dirinya sendiri dan menjadi bahan olok-olok publik. Konvensi ini tidak hanya berhasil mengumpulkan dana kampanye besar, tetapi juga menarik beberapa petinggi Partai Republik yang kecewa dengan arah partai mereka, mencerminkan pergeseran signifikan dalam lanskap politik Amerika. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun