Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kampanye Populis Menampilkan Beyonce, Stevie Wonder & John Legend

21 Agustus 2024   23:45 Diperbarui: 22 Agustus 2024   07:56 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mungfail.com/Distorted Face Art

Kesimpulan

Populisme adalah fenomena yang kompleks dan multifaset, yang muncul dari ketidakpuasan terhadap kondisi politik dan sosial yang ada. Meskipun sering kali menampilkan dirinya sebagai suara sejati "rakyat," populisme dapat merusak tatanan demokrasi dengan cara yang subtil namun signifikan. Pada akhirnya, populisme tidak hanya soal kritik terhadap elite, tetapi juga tentang bagaimana retorika tersebut digunakan untuk mengecualikan, memecah belah, dan memusatkan kekuasaan pada segelintir individu yang mengklaim diri sebagai perwakilan sah satu-satunya rakyat.

Contoh paling Populis adalah Obama yang baru saja berpidato tadi malam di Chicago 8/20/2024 dalam konvensi partai Demokrat untuk mendukung nominasi Kamala Harris dan Tim Walz sebagai Capres dan Cawapres. Dalam pidatonya, seperti biasa Obama membahas tentang jangan cuma berpesta tapi mencoblos untuk membela rakyat biasa. Ditambahkan pula Obama ikut kampanye untuk memenangkan Kamala yang telah berjanji membuat perekonomian menjadi murah terjangkau, dengan bukti beberapa harga obat yang sudah tinggal 30^ harganya, juga membuat kesehatan dan perumahan terjangkau. Benar benar populis, dan untungnya mereka selalu berhasil memenuhi janjinya, seperti yang sudah dikerjakan Kamala pada saat ini sebagai bukti nyata.

Untuk membuktikan kepopularitasan partai Demokrat yang mendunia, maka sudah ditampilkan Lil Jon  menghibur konvensi partai ini dengan “Turn Down for What” dan hari ini 21/8/2024 akan tampil Stevie Wonder, John Legend dan besok 23/8/2024 akan tampil Pink dan selanjutnya akan juga tampil mengguncang panggung Beyonce. Belum di luar panggung taylor Swift juga sudah mengisyaratkan akan tetap berafiliasi dengan partai demokrat. Disamping itu strategi populis juga berhasil menggaet anggota partai sebelah, yang juga telah ditampilkan sebagian pimpinan partai Republik yang berderet deret berorasi dan menyatakan pindah dan mendukung Kamala Harris. Jadi kelihatan sekali tanda kekalahan pemilu presiden, ketika ada tanda berpindahnya anggota PDIP dan mendukung Jokowi, sayangnya karena alasan yang komersial dan bukan alasan demokrasi, konstitusi, norma dan etika. Semuanya bisa disaksikan secara live dari YouTube dengan memasukkan kata: dnc convention 2024 live search. Siapa tahu ada penggiat politik atau penggiat orasi, event organizer, departemen luar negeri yang ingin memanfaatkan arah pemerintahan Kamala Harris dan musik kelas dunia.

Neo-Populisme: 

Sebuah Fenomena Neo-Populisme Global yang Berkembang

Neo-populisme adalah sebuah istilah yang kompleks dan sering kali sulit didefinisikan secara spesifik karena sifatnya yang polimorfik---berubah sesuai dengan konteks sosial, politik, dan ekonomi dari masing-masing negara. Namun, pada intinya, neo-populisme dapat dipahami sebagai sebuah gerakan politik dan budaya yang muncul sebagai respon terhadap globalisasi dan perubahan struktur sosial-ekonomi tradisional.

Kebangkitan Neo-Populisme

Menurut Nakatani Yoshikazu, neo-populisme mulai menonjol pada pertengahan 1990-an, terutama setelah runtuhnya Tembok Berlin dan Uni Soviet. Peristiwa ini menandai berakhirnya Perang Dingin dan awal dari era globalisasi yang semakin pesat. Globalisasi membawa reformasi besar pada struktur sosial-ekonomi di berbagai negara, yang sering kali menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat. Ketidakpuasan inilah yang menjadi lahan subur bagi tumbuhnya neo-populisme.

Neo-populisme berbeda dari populisme klasik abad ke-20. Ia menggabungkan elemen-elemen yang sebelumnya dianggap bertentangan---seperti sikap sayap kiri dan sayap kanan---dan menggunakan media elektronik sebagai sarana penyebaran ideologi. Di Amerika Latin, misalnya, neo-populisme sering kali berinteraksi dengan kebijakan neo-liberal, menciptakan apa yang disebut sebagai "konvergensi tak terduga" antara dua ideologi yang secara tradisional berlawanan.

Karakter Politik Neo-Populisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun