Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Upayakan Kemerdekaan RI Terus Bersinar Terang

18 Agustus 2024   01:58 Diperbarui: 21 Agustus 2024   23:34 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
onedrive / tegakkan benderaku

Silau Sinar Gemerlap Mutiara Kemerdekaan yang Terus Kita Usahakan

Kemerdekaan bukanlah sebuah pencapaian yang selesai dalam satu waktu, jadi ini semacam work in progress. Mutiara kemerdekaan kita masih merupakan sebuah proses yang harus terus senantiasa diusahakan hasilnya oleh seluruh bangsa. Untuk tidak mengkhianati pengorbanan para pejuang---Simbah, Eyang, PakDe, BuDe, Paman, dan Tante---yang pernah mengangkat senjata dan bambu runcing demi berdirinya Republik Indonesia, yang diproklamirkan dengan segala resiko besar yang bisa kita ziarahi di taman makam pahlawan, kalau ada yang ingat.

Oleh karena itu, mari kita haturkan ucapan "Selamat Hari Raya Kemerdekaan RI," dengan harapan bahwa kita semua dapat menikmati mutiara kemerdekaan yang diimpikan oleh para pahlawan. Di dalam mutiara itu, tercermin demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan---nilai-nilai yang mereka perjuangkan bukan hanya untuk zaman mereka, tetapi untuk masa kini dan masa depan kita.

vecteezy/silhuet tentara menegakkan benera Merah Putih
vecteezy/silhuet tentara menegakkan benera Merah Putih

Kemerdekaan ini terlalu mahal harganya, telah ditebus dengan darah dan nyawa. Mereka berjuang bukan hanya untuk kebebasan di zamannya, tetapi juga untuk memastikan bahwa anak cucu mereka dapat menikmati hasil kemerdekaan yang sejati. Sayangnya mereka semua sudah pergi mendahului kita, apakah kita masih harus memaksa mereka bangkit kembali membantu kita mengupayakan kemerdekaan yang tergadai? Demi uang, jabatan, atau investor asing tipe jahat yang anti kemerdekaan atau kita lawan dengan:

Merdeka Sekarang dan Selamanya atau "Freedom Now, Forever More!"

Stop Eksploitasi, Setiap Saat atau "End Exploitation, For All Time!"

Putuskan belenggu, Sudah Cukup atau "No More Chains, Never Again!"

Kemerdekaan Sekarang, Keadilan Selamanya atau "Liberation Today, Justice Forever!"

Putus Mata Rantai dan Akhiri Eksploitasi atau "Break the Cycle, End Exploitation!"

Sekarang, tanggung jawab ada di pundak kita. Apakah kita akan tetap menjaga dan mengusahakan api kemerdekaan yang mereka kobarkan saat berjibaku melawan penjajah? Bukan hanya penjajah perang, tetapi juga penjajah ekonomi dan politik, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri sendiri yang digerakkan oleh para pengkhianat bangsa.

Mari kita pastikan bahwa pengorbanan mereka tidak sia-sia, dan bahwa kemerdekaan yang mereka perjuangkan akan benar-benar membawa sinar terang demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan bagi semua rakyat Indonesia. 

Puisi Cita Rasa Kemerdekaan 2024: 

Judul: "Sinar Mutiara Kemerdekaan"

Selamat Hari Kemerdekaan RI,
Di bawah bendera merah putih berkibar tinggi,
Harapan pejuang yang dulu terpatri,
Darah dan nyawa, harga kemerdekaan ini. 

Namun, mutiara itu masih terpendam,
Di bawah bayang kekuasaan yang kejam,
Intimidasi dan tekanan mencengkram,
Seakan kebebasan hanyalah dalam impian kelam.  

Merayakan Hari Kemerdekaan, sahabatku,

Mutiara impian pahlawan kini di tanganmu,

Terselubung harapan, tersiram darah perjuangan,

Namun belum sepenuhnya kita kecap maknanya.

Demokrasi yang kita rindukan,
Tak selalu hadir dengan kebebasan,
Keadilan sering tertutupi kabut gelap,
Dan kesejahteraan, sekadar bayang yang menguap.  

Berkibarlah terus bendera pusaka,

Ada gema perlawanan yang belum sepenuhnya padam,

Demokrasi yang dinyanyikan dalam mimpi pahlawan,

Masih kita usahakan, di tengah suara yang bungkam.

Ibu bangsa penjahit bendera, Fatmawati  

Pusaka kebanggaan dibela sampai mati,

Dalam hidup atau mati, tanpa henti

Merdeka untuk Demokrasi yang dinanti

Keadilan, kesejahteraan, cita-cita yang luhur,

Diperjuangkan dengan jiwa, direngkuh dalam getir,

Bukan sekadar sejarah dalam buku yang lusuh,

Jaga warisan, meski penuh khawatir.

Pejuang telah memberikan jiwa raga,
Untuk mimpi yang belum sempurna,
Jangan biarkan pengorbanan mereka sia-sia,
Bangkitlah, wahai bangsa, raih kembali hak kita! 

Apa kemerdekaan hanya kata-kata?

Atau nyala api yang harus terus kita jaga?

Mereka telah mengorbankan segalanya,

Agar kita hidup merdeka, tak lagi terjajah.

Mereka ingin anak cucu hidup bebas,

Bukan hanya dari penjajah yang bersenjata,

Belenggu ekonomi dan politik tak bisa lepas

Para penjajah dan pengkhianat licin masih kuasa.

Kita warisi nyala obor kemerdekaan,

Api perjuangan yang tak boleh padam,

Lengah menjaga kemerdekaan sejati,

lepas masa depan yang adil, kau peduli?

Selamat Hari Kemerdekaan, saudara,
Mari kita teruskan perjuangan mereka,
Agar mutiara kemerdekaan bersinar terang,
Jadi hak rakyat, bukan hanya kalangan. 

Jangan sia-sia korban para pahlawan,

Teruskan berjuang, dan berkorbankan bak pahlawan,

Meraih Mutiara kemerdekaan yang tertunda,

Janji mimpi pahlawan kita upayakan.

Dalam demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan,

Kita berjanji pada pahlawan,

Takkan pernah menyerah pada kekuasaan,

Karena kemerdekaan adalah hak setiap insan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun