Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ukraina Cobai Semua Strategi Kreatif untuk Menggapai Perdamaian

14 Agustus 2024   02:47 Diperbarui: 14 Agustus 2024   02:47 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber defense.gov/project maven

Jadi jangan heran kalau banyak yang menyukai cara cara Putin, bahkan di Indonesia juga banyak pengagum dan pecinta Putin. Mereka semua berharap mendapat nikmat dari penyiksaan, lihat saja beberapa kunjungan pejabat Indonesia ke Rusia yang ingin bertemu dengan sang Psikopat dan ingin mengenyam kenikmatan kesadisan. 

Bahkan mereka yang jadi korban perang juga tahu bahwa berbeda pendapat akan berakhir di penjara, seperti gubernur Kursk atau Belgorod yang hanya mau melaporkan invasi Ukraina sudah menguasai provinsinya langsung di stop oleh Putin yang menganggap salah informasinya, bahwa yang benar adalah Rusia sangat kuat dan tidak mungkin dijajah Ukraina yang tidak eksis di mata Putin, karena Ukraina adalah negara bagian Rusia. 

Begitu kentara megalomania diktator Putin ini yang tidak mau menerima informasi bahwa wilayahnya sudah direbut negara Ukraina, malah menyebutnya sebagai hanya gerakan teroris kecil saja, Jadi masih perlukah Indonesia mengirim pejabat untuk menemui presiden Putin, yang terkucil dari dunia realita?

Pada Juni 2022, dalam upaya mengurangi korban jiwa dan melindungi nyawa prajurit mereka, Ukraina menerima alat serba canggih dari Amerika Serikat, seperti anjing robotik. Anjing-anjing mekanik ini dirancang untuk membersihkan ladang ranjau dan menangani bahan peledak berbahaya, menjadi langkah inovatif untuk meminimalkan kerugian baik manusia maupun hewan. Saat mereka mengintai di ladang, presisi mekanik mereka yang handal sangat kontras dengan sifat organik dan kacau dari perang di sekitar mereka. Pada tahun 2024, anjing-anjing robotik ini telah berevolusi, menjadi bagian integral dari upaya perang Ukraina. Mereka berpatroli di desa-desa dekat Toretsky, di garis depan, mengumpulkan intelijen, mengangkut pasokan, dan melakukan pengawasan, semua tugas yang jika dilakukan oleh prajurit manusia akan sangat berisiko.

Namun, teknologi saja tidak dapat membawa perdamaian. Ketika pasukan Ukraina menguji inovasi-inovasi ini di medan perang, konflik ini rupanya menuju ke arah yang mengejutkan. Pada 6 Agustus 2024, pasukan Ukraina telah berhasil melancarkan serangan mendadak ke wilayah Kursk di Rusia, sebuah langkah yang mengejutkan Kremlin dan komunitas internasional. Operasi ini, yang dirahasiakan dengan ketat, lebih dari sekadar manuver militer; ini adalah upaya strategis untuk mengubah keseimbangan kekuatan dan memaksa Rusia untuk serius dalam negosiasi perdamaian.

Kemajuan Ukraina ke wilayah Kursk mendapat perlawanan sengit. Pasukan Rusia, yang tidak siap untuk langkah berani semacam itu, segera bereaksi. Evakuasi diperintahkan di Kursk dan wilayah tetangga Belgorod saat unit-unit Ukraina menguasai wilayah-wilayah kunci. Kota Sudzha, sebuah persimpangan penting untuk pasokan gas Rusia ke Eropa, menjadi pusat konflik, dengan nasibnya tergantung pada keseimbangan.

Ketika pasukan Ukraina bergerak lebih dalam ke wilayah Rusia, implikasi global dari konflik ini semakin jelas. Uni Eropa, yang sangat bergantung pada gas Urengoy-Pomary-Uzhgorod yang mengalir dari Siberia melalui Sudzha. Pipa gas ini merupakan separuh ekspor gas Rusia ke Swiss, Cheko, Hungaria dan Slovakia. 

Sebagian negara EU menyaksikan dengan kekhawatiran yang semakin meningkat, padahal Ukraina tidak pernah menutup kran gas Sudzha. Zelensky hanya mengkritik habis habisan negara yang membayar gas ini, karena uangnya dipakai untuk mendanai senjata pembasmi penduduk Ukraina. 

Sementara itu, di Moskow, semua media berpikir bahwa Presiden Vladimir Putin menghadapi krisis kepercayaan, padahal penduduk Rusia mencintai Putin karena Stockholm syndrome. Lebih jauh, dikira serangan Ukraina ini tidak hanya mengungkap kelemahan dalam pertahanan Rusia, tetapi juga meruntuhkan narasi tak terkalahkan yang dibangun oleh Kremlin, padahal orang Rusia masih percaya pada orang kuat yang suka naik kuda bertelanjang dada dan jago Yudo.

Putin tetap berpikir bahwa dirinya memang orang kuat secara narsis dan tidak peduli kalau Rusia wilayahnya diserobot Ukraina, karena dirinya sendiri juga menganggap penyerobotan Ukraina juga sudah biasa. Pikiran Putin sudah numb atau bebal, karena terlalu percaya pada dunia ilusi yang lebih nyata dan mengasyikkan. 

Meski dengan kemenangan tipis di medan perang, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tahu bahwa kemenangan militer saja tidak cukup untuk mengamankan perdamaian, setidak tidaknya bisa melenyapkan wilayah yang dipakai untuk meluncurkan roket bodoh yang sewaktu waktu bisa diluncurkan dari Kursk untuk menghancurkan rumah sakit anak anak yang sedang penuh pasien. Dalam pidato malamnya kepada bangsa, dia menegaskan kembali komitmen Ukraina untuk mengakhiri perang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun