Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Laporan Sensitif Intelijen AS: Presiden Al Sisi Menyuap Trump $100 Juta

4 Agustus 2024   06:44 Diperbarui: 6 Agustus 2024   22:40 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan Trump dengan El-Sisi

Hubungan dekat Donald Trump dengan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, yang disebutnya sebagai "diktator favoritnya," menambah lapisan kompleksitas. Muncul tuduhan bahwa El-Sisi mencoba menyuap Trump dengan $10 juta untuk mendapatkan hubungan yang baik dengan Amerika Serikat. Tuduhan ini penuh dengan muatan politik, meningkatkan ketegangan dalam DOJ selama masa jabatan Trump, dengan tuduhan bahwa penyelidikan ini adalah bagian dari "perburuan penyihir" politik.

Peran Badan Intelijen

Menurut laporan CIA, dana tersebut berasal dari bank sentral Mesir, mirip dengan Federal Reserve. Upaya suap ini diduga dilakukan oleh El-Sisi karena Trump kehilangan dukungan donor setelah bocornya skandal rekaman Access Hollywood, di mana komentar kasar Trump tentang wanita terungkap. Permintaan dana dilakukan pada September 2016, dengan uang diduga diterima Trump pada Oktober 2016.

DOJ dan Transaksi Bank

Penyelidikan DOJ berusaha memeriksa transaksi bank Trump untuk mengungkap kebenaran. Mereka menemukan bahwa $10 juta ditarik dari rekening intelijen Mesir, dibawa dalam koper dengan pecahan $100, dan dimasukkan ke rekening Trump. Untuk melanjutkan penyelidikan, diperlukan surat panggilan atau subpoena, tetapi Jaksa Agung Barr, yang ditunjuk oleh Trump, menolak permintaan tersebut, menganggapnya tidak bijaksana untuk menyelidiki transaksi bank presiden.

Dilema FBI Akhiri Penyelidikan

FBI, yang masih netral pada waktu itu, karena belum banyak pejabat netralnya dipecat oleh Trump, mencoba melanjutkan penyelidikan. Namun, jabatan Direktur FBI adalah dibawah Jaksa Agung Barr, jadi waktu Barr mengeluarkan ultimatum tegas, FBI dengan terpaksa menghentikan pemeriksaan lebih lanjut terhadap transaksi rekening keuangan Trump. Dengan DOJ dan FBI yang tidak dapat mengakses bukti bank yang penting, penyelidikan ini akhirnya dihentikan,  karena tidak adanya dasar bukti yang cukup untuk melanjutkan penyidikan. Dan ini meninggalkan banyak pertanyaan yang tidak terjawab dan keadilan yang belum bisa menjangkau kasus suap presidennya.

Saat ini yang jelas sudah terbukti dan diputuskan dalam pengadilan adalah kasus suap Mesir untuk Senator Bob Menendez dihukum atas semua tuduhan pada hari Selasa dalam persidangan korupsi di mana dia dituduh menerima suap emas dan uang tunai dari tiga pengusaha New Jersey yang bertindak sebagai agen untuk pemerintah Mesir. Jadi Mesir tidak hanya menyuap Donald Trump tetapi juga Senator Menendez. Ada indikasi dari FBI bahwa semua agen asing yang terbukti terlibat dari Mesir dalam penyuapan senator Menendez adalah agen Mesir yang sama terlibat dalam kasus suap Donald Trump. Agen FBI yang membocorkan ini berusaha mendorong Jaksa Agung Merrit Garland untuk segera secepatnya memanfaatkan momentum ini dengan tetap mendorong pembukaan kembali kasus suap Trump. Secara logis bahwa agen asing yang sudah terbukti dan tertangkap bisa saja dibuatkan tawaran untuk mengungkap dan memberi kesaksian dalam kasus suap Trump, mumpung sudah diamankan, jadi ini adalah kesempatan emas, tapi yang menjadi masalah adalah memang pemerintahan partai Demokrat ini selalu saja ingin memberikan kesan tidak partisan kalau menyangkut Trump. Di lain pihak untuk menunjukkan ketidak partisannya, malah memutuskan Hunter Biden, anak presiden Biden bersalah. Sangat membingungkan sekali dalam menunjukkan cara non partisan partai yang maunya santun penuh etika, padahal situasi dan keadaan perpolitikan sedang kacau dengan keberingasan partai Republik.

Implikasi Politik

Akibatnya, atau implikasi politiknya dari penyelidikan tersebut. CIA melaporkan bahwa Abdel Fattah AlSisi memberikan sogokan sebesar $10 juta kepada Trump untuk membantu kampanyenya pada tahun 2016. Pada bulan itu terdapat bocoran percakapan antara Trump dan Billy Bush tentang kebiasaan jelek Trump berupa pelecehan pada semua wanita, yang bisa diperlakukan secara tidak senonoh semau gue Trump. Kebocoran rekaman atau skandal "Access Hollywood"  ini berakibat fatal, karena semua pendonornya lari dan Trump kehabisan dana. Untungnya AlSisi bersedia memberikan bantuan dana pada bulan September 2016, dan uang tersebut diterima oleh Trump pada bulan Oktober 2016, atau 10 hari sebelum hasil  kemenangannya diumumkan. Jadi AlSisi adalah dewa penyelamat Trump.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun