Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Perang Siber antara Rusia Lawan Ukraina dan Perancis

4 Agustus 2024   00:55 Diperbarui: 4 Agustus 2024   00:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matejmo / Getty images

Perang Cyber: Ukraina dan Perancis vs. Rusia

Antara musim semi 2021 dan musim dingin 2022, dunia menyaksikan ketegangan yang meningkat di perbatasan timur Ukraina. Pasukan militer Rusia mulai mengumpulkan kekuatan, mempersiapkan serangan yang akhirnya terjadi pada 24 Februari 2022. Ini adalah kali keempat Rusia menggunakan kekuatan militer terhadap Ukraina sejak akhir Perang Dingin, dan ketujuh kalinya Rusia melibatkan operasi cyber sebagai bagian dari kampanye yang lebih besar atau sebagai instrumen pemaksaan terhadap negara tetangga.

Prediksi dan Strategi Cyber Rusia

Para pakar dan akademisi segera mengeluarkan prediksi besar tentang datangnya perang cyber. Peneliti dari NATO berpendapat bahwa serangan cyber Rusia terhadap pusat komando dan kontrol pemerintah dan militer, logistik, serta layanan darurat sepenuhnya konsisten dengan strategi 'thunder run' yang dimaksudkan untuk menimbulkan kekacauan, kebingungan, dan ketidakpastian. Strategi ini bertujuan untuk menghindari perang yang mahal dan berkepanjangan di Ukraina.

Visi kemenangan cyber Rusia ‘membayangkan’ intrusi jaringan yang melampaui tujuan medan perang untuk merusak kepercayaan di Kyiv. Teori ini berfokus pada negara-negara lemah di mana penargetan cyber dapat menimbulkan rasa kurangnya kontrol, dengan warga negara menyalahkan pemerintah karena gagal menjaga struktur sosial. Dalam banyak hal, inilah visi Rusia tentang Ukraina dalam perang cepat kilat yang cukup untuk menggoyahkan pemerintah dan menyebabkan keruntuhan umum, tinggal akhirnya Moskow bisa mengendalikan negara tersebut.

Operasi Cyber Ukraina

Pada tanggal 23 Juli 2023, HUR (Badan Intelijen Militer Ukraina) meluncurkan serangan DDoS besar-besaran yang berlangsung sejak tanggal 23 Juli atau sudah seminggu lebih. Serangan ini berhasil masuk ke jaringan network dan membanjiri server-server Rusia dengan lalu lintas data, membuat layanan internet tidak dapat diakses oleh warga biasa. Target utama serangan ini termasuk institusi keuangan Rusia, sistem pembayaran, platform media sosial, layanan pesan digital, dan berbagai layanan online pemerintah.

Seorang sumber anonim dalam HUR menyatakan bahwa hingga pukul 19:00 pada tanggal 2/8/2024, Rusia belum berhasil memulihkan fungsi normal dari sistem perbankan dan pembayaran utama, operator seluler, jejaring sosial, dan penyedia layanan internet. Selain itu, masih ada malfungsi pada sumber daya web dari Kementerian Pertahanan Rusia, Kementerian Dalam Negeri, dan Layanan Pajak Federal. 

Ini adalah bocoran percakapan dari HUR “Kami sekarang bisa bernapas lega dan mengonfirmasi selesainya operasi ini. Terima kasih kepada semua yang berpartisipasi, membantu, dan mendukung. Tentu saja, ini hanyalah pendahuluan untuk peristiwa yang lebih menarik.” Artinya para Hackers dunia juga ikut berpartisipasi dalam menembus network dan melumpuhkannya. Padahal menurut dinas keamanan cyber Rusia bahwa ‘networknya sudah independen dan terputus dari dunia’.  Seperti dikatakan bahwa “Saatnya bagi musuh untuk mengingat kembali ide tentang ‘CheburNet’ yang terisolasi, khas Rusia, dengan moats, penjaga digital, dan firewall di sekelilingnya. Sampai jumpa di babak berikutnya dari cerita yang memikat ini.”

Efek dan Dampak

Serangan cyber pada 70 website pemerintah Rusia melumpuhkan semua urusan online pemerintahan. Dampaknya dirasakan oleh jutaan warga Rusia sejak dimulainya tanggal 23 Juli di seluruh negeri. Kekacauan ini memuncak saat semua warga Rusia harus membuat laporan pajak federal terakhir pada tenggat (tanggal terakhir) 31 Juli 2024. Bahkan sampai kemarin sore, 2 Agustus 2024, mereka masih belum selesai memulihkan layanan pajak online. Ukraina belajar dari Rusia ketika mereka diserang pada bulan Januari 2022. Saat itu, penyerang mengatakan pada setiap monitor, “Kami menyarankan Ukraina untuk mulai menggali kuburan bagi infrastruktur digital,” yang kemungkinan maksudnya adalah untuk menyerah saja, membatalkan pertahanan wilayah Ukraina, dan merelakan pemboman penduduk sipil secara membabi buta.

Efek sampingnya Microsoft dan XBox 360 di seluruh dunia juga terkena efek samping dan sudah dibetulkan dengan cepat dalam waktu 2 jam.

Ancaman terhadap Olimpiade Paris

Serangan-serangan cyber ini mencerminkan upaya Rusia untuk mengganggu dan merusak pelaksanaan Olimpiade Paris 2024, baik melalui serangan langsung terhadap infrastruktur digital maupun melalui kampanye disinformasi yang bertujuan untuk menciptakan ketidakpastian dan ketakutan. Ancaman ini tidak hanya berdampak pada kelancaran acara, tetapi juga menimbulkan tantangan besar bagi keamanan digital di tingkat global. Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, penting bagi negara-negara dan penyelenggara acara internasional untuk meningkatkan pertahanan cyber mereka guna menghadapi ancaman yang semakin kompleks dan canggih

Serangan scyber Rusia terhadap Olimpiade Paris 2024 telah terdeteksi dalam beberapa bentuk yang signifikan, mencerminkan upaya Rusia untuk mengganggu dan merusak pelaksanaan acara internasional besar ini. Berikut adalah beberapa bentuk serangan yang telah diidentifikasi:

1.Kampanye Disinformasi

Microsoft Threat Analysis Centre melaporkan bahwa Rusia telah meningkatkan kampanye disinformasi yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk merusak reputasi penyelenggara Olimpiade dan menciptakan ekspektasi kekerasan selama acara tersebut. Salah satu contoh yang menonjol adalah film palsu berjudul “Olympics Has Fallen” yang menggunakan suara AI Tom Cruise untuk mencemarkan nama baik Komite Olimpiade Internasional. Kampanye disinformasi semacam ini bertujuan untuk menabur ketidakpercayaan dan kebingungan di kalangan masyarakat global, serta menurunkan dukungan publik terhadap acara tersebut.

2. Serangan DDoS

Peneliti dari Cyble menemukan bahwa dua kelompok hacktivist Rusia, “People’s Cyber Army” dan “HackNeT,” meluncurkan serangan DDoS percobaan terhadap situs web Perancis sebelum Olimpiade. Serangan ini bertujuan untuk mengganggu infrastruktur digital yang mendukung acara tersebut, membuat layanan online tidak dapat diakses dan menghambat persiapan serta pelaksanaan Olimpiade. Serangan DDoS ini menunjukkan bagaimana aktor-aktor cyber berupaya untuk melemahkan kepercayaan publik terhadap kemampuan Perancis dalam menyelenggarakan acara besar dengan lancar.

3. Penangkapan Tersangka

Penegakan hukum Perancis berhasil menangkap seorang warga Rusia atas dugaan merencanakan untuk mendestabilisasi Olimpiade Paris 2024. Penangkapan ini menegaskan kekhawatiran tentang upaya Rusia untuk mengganggu acara internasional besar ini melalui tindakan sabotase yang lebih langsung. Tersangka diduga berhubungan dengan jaringan spionase yang disponsori negara, memperkuat bukti bahwa Rusia menggunakan berbagai taktik untuk merusak stabilitas acara.

4. Peringatan dari Mandiant

Kekhawatiran tentang ancaman cyber terhadap Olimpiade Paris juga meningkat karena dukungan finansial dan militer Perancis untuk Ukraina setelah invasi Rusia pada Februari 2022. Perusahaan keamanan cyber Amerika, Mandiant, memperingatkan bahwa Rusia mungkin menimbulkan risiko yang lebih tinggi terhadap acara tersebut. Laporan Mandiant menyoroti potensi ancaman dari APT44, entitas yang disponsori militer Rusia yang dikenal karena kegiatan spionase. APT44 diperkirakan akan menargetkan Olimpiade Paris dengan operasi yang mengganggu, merusak, atau hibrida, selain pengumpulan intelijen. Tindakan ini bisa mencakup sabotase infrastruktur digital penting, pencurian data sensitif, dan operasi psy-war untuk mempengaruhi opini publik.

Reaksi Rusia

Keputusan untuk melarang atlet Rusia bertanding di bawah bendera negara mereka memicu reaksi kuat dari pejabat Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin, yang mengutuk pembukaan Olimpiade sebagai "menjijikkan." Hal ini memperburuk ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat, terutama Perancis yang secara terbuka mendukung Ukraina.

Reaksi Rusia terhadap serangan cyber yang melumpuhkan layanan pemerintahan sangat tegas. Presiden Vladimir Putin dan pemerintah Rusia mengutuk serangan tersebut dan menyatakan bahwa tindakan ini adalah bentuk agresi yang tidak dapat diterima. Kremlin menyebut serangan ini sebagai upaya untuk mengganggu stabilitas negara dan menegaskan bahwa Rusia akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkuat pertahanan cyber mereka.

Selain itu, Rusia juga mengindikasikan bahwa mereka akan melakukan investigasi menyeluruh untuk mengidentifikasi pelaku serangan dan memastikan bahwa mereka bertanggung jawab atas tindakan mereka. Pemerintah Rusia juga mengeluarkan peringatan kepada negara-negara lain untuk tidak terlibat dalam tindakan yang dapat memperburuk situasi

Kesimpulan

Konflik cyber antara Rusia dan Ukraina menunjukkan betapa krusialnya keamanan digital dalam konteks geopolitik modern. Operasi cyber yang dilakukan oleh HUR tidak hanya mengganggu infrastruktur digital Rusia, tetapi juga menunjukkan potensi ancaman yang lebih besar terhadap acara internasional seperti Olimpiade. Dengan meningkatnya ketegangan, dunia harus siap menghadapi serangan cyber yang lebih canggih dan terorganisir di masa depan.

Dalam perang modern, operasi cyber telah menjadi alat penting yang digunakan untuk mengganggu dan melemahkan musuh. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh konflik ini, operasi cyber lebih mungkin memainkan peran pendukung daripada peran utama dalam kampanye militer besar. Meskipun demikian, mereka tetap menjadi komponen penting dari strategi perang yang lebih luas, terutama dalam konteks perang informasi dan pemaksaan politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun