Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Membentengi Eksistensi Profesi Wartawan

3 Agustus 2024   06:36 Diperbarui: 3 Agustus 2024   06:36 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pertama konferensi diubah menjadi tontonan yang penuh kontroversi. Wawancara Trump dimulai lebih dari satu jam terlambat, sebagian karena adanya dugaan ketegangan antara tim Trump dan NABJ terkait pengecekan fakta secara langsung. Begitu acara dimulai, percakapan selama 35 menit itu segera menjadi konfrontatif, dengan Trump menyebut Scott sebagai "memalukan," "tidak sopan," dan "bermusuhan," serta menyebut ABC sebagai "jaringan berita palsu."

Trump terus mempromosikan konspirasi rasis dan narasi tipikalnya -- termasuk mempertanyakan asal usul Wakil Presiden Kamala Harris dengan bertanya, "Apakah dia orang India atau orang kulit hitam?" Serangan ini mirip dengan tuduhan palsu yang pernah dilontarkan terhadap mantan presiden Barack Obama dalam kampanye birther-nya.

Trump juga membuat klaim berbahaya tentang aborsi dan menyerang imigran gelap, menyebut mereka "datang dari rumah sakit jiwa, dari penjara, dari penjara" sementara mengambil "pekerjaan kulit hitam" dan diberi hak untuk memilih. Scott mencoba menyela dengan pengecekan fakta selama percakapan, tetapi Trump, seperti biasanya, mengabaikan setiap bantahan.

Saat ditanya tentang pembunuhan terbaru Sonya Massey oleh polisi Illinois, Trump mengelak dan menjelaskan platform kampanyenya tentang kekebalan polisi, tetapi gagal menjawab pertanyaan tentang bagaimana polisi harus bertanggung jawab. Pada akhirnya, kekhawatiran jurnalis kulit hitam yang memprotes kehadirannya terbukti benar: Trump diberikan panggung NABJ untuk menyebarkan ujaran kebencian rasial.

Dampak pada Suasana dan Tujuan Konvensi

Pada saat para anggota NABJ seharusnya fokus pada menjalin hubungan positif yang sehat dan belajar banyak dari mentor mereka, tidak tahunya mereka malah disuguhi pertunjukkan ketidak profesionalan jurnalis senior minoritas dari stasiun TV papan atas kewalahan membendung ombak rasis dan gulungan misinformasi yang rasis dan jelas melecehkan mereka semua dengan perilaku bermusuhan yang ditunjukkan dan bahkan membiasakan dan menyebarkan ide-ide rasis. Bagi banyak jurnalis yang hadir, pertunjukan ini telah menghancurkan semangat positif yang sebelumnya sempat dibangun dalam konvensi tersebut. Acara ini masih akan berlangsung terus selama minggu ini, lalu dampak buruk dari ini semua sekarang adalah berubahnya tema utama menjadi mitigasi trauma dan kemarahan para anggota yang tidak puas setelah dengan susah payah dan meluangkan waktu untuk menghadiri acara ini dari seluruh negara bagian AS. Walau demikian tidak ada pembicara yang mengajari atau memberi konseling, bagaimana cara efektif menghadapi predator rasis yang selalu membanjiri setiap kalimat dengan berbagai disinformasi dengan cepat sekali. 

Dampak yang lebih hebat lagi dan sangat konsekuensial adalah platform viral yang diberikan akan lebih menjamin terpilihnya Capres Trump. Padahal, semua orang yang akan ikut pemilu sudah mengetahui agenda Capres Trump dari proyek 2025nya, yang akan dipakai sebagai pedoman agenda pemerintahannya kalau terpilih. Di dalam buku itu disebutkan Trump akan memerintah secara diktator dan akan menghilangkan semua bentuk oposisi termasuk profesi wartawan yang bukan berkualifikasi propagandis MAGA. Ini dampak langsung hilangnya profesi jurnalis dan hak asasi rakyat penonton berita mereka yang akan dihadapi setelah Trump dilantik jadi presiden. Memang sangat membanggakan bisa membuat sesuatu yang viral sejenak saja, karena semuanya hanya mimpi indah sejenak, dan akan hilang selamanya setelah dilantiknya Trump menjadi presiden. Mega dampak resiko yang seperti ini dirasa lama sekali datangnya, dan kita tidak perlu takut, karena sekarang ini kita lebih membutuhkan hiburan kekonyolan dan kekonyolan apalagi seterusnya, sampai kita sadar dan bangun dari mimpi malapetaka jurnalisme.Yang terlihat dari berbagai hal hal kecil yang kita munculkan dan kita remehkan seperti banjir, gunung meletus. Akhirnya kita semua akan terkejut dan akan lari tunggang langgang karena sudah terlambat dan terjadi kiamat jurnalisme sebagai tonggak dan dasar demokrasi. Semua resiko harus selalu dikalkulasi dengan matang seperti menggoreng harga saham untuk mengangkat jurnalisme supaya tidak pada bangkrut. Apalagi, jangan sampai nilai jurnalisme kita hancurkan sendiri dengan membiasakan abai dan meremehkan nilai integritas dari etika, norma dan kekuasaan berdasarkan kebenaran. Jadi jangan heran mengapa banyak yang tidak butuh lagi dan ditutup atau gulung tikar karena ini adalah salah satu alasannya.

Liputan Media dan Perdebatan yang Mencoreng

Akibat paling menyedihkan dari kegagalan ini adalah bahwa tindakan Trump membawa sorotan intens pada konvensi NABJ -- sebuah konferensi profesional yang menyediakan informasi dan sumber daya bagi kelompok yang terpinggirkan. CNN, CSPAN, dan PBS menyiarkan panel tersebut secara langsung, dan setelah 10 hari kampanye Harris mendominasi berita dengan sukses, percakapan kini berubah menjadi topik sayap kanan tentang latar belakang rasial Harris. Alih-alih membicarakan platform dan kebijakannya, kita sekarang terjebak dalam sirkus media yang menguji kemurnian rasial.

Trump yang mampu mengubah perhatian media ini adalah kemenangan bagi kampanye Trump yang berusaha menguasai melalui kebingungan dan pengalihan yang konstan. Toni Morrison pernah berkata, "fungsi sangat serius dari rasisme adalah pengalihan. Itu membuat Anda tidak bisa melakukan pekerjaan Anda. Itu membuat Anda terus-menerus menjelaskan alasan keberadaan Anda." Meskipun beberapa masih berpendapat bahwa mengundang Trump oleh NABJ adalah ritual profesional yang diperlukan, hasilnya -- penyebaran luas konspirasi rasis terhadap Harris -- menunjukkan perlunya kontemplasi serius tentang bagaimana media menangani pemimpin yang tidak demokratis.

Kesimpulan: Mencegah Dihapuskannya Demokrasi dan Jurnalisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun