Situasi Demokrat, tidak ada seorang kandidat yang berhasil keluar dengan memperoleh sebagian besar tanpa tantangan melalui pemilihan pendahuluan partai untuk menjadi calon pilihan melawan sang pertahan, tidak pernah terjadi di era modern AS. Hal ini menandai berakhirnya berminggu-minggu perencanaan strategis yang hati-hati oleh para pemimpin partai tentang cara menyingkirkan Biden, sosok yang membanggakan, karena dengan difabelnya Biden tidak mempan dibully. Bahkan, dikenal suka menentang mereka yang membullynya atau menganggapnya remeh, dengan cara ucapan yang kadang tergagap gagap atau Stutter. Hal ini menandai kesimpulan dari karir politik luar biasa selama setengah abad yang dimulai ketika Biden memenangkan pemilihan Senat pada tahun 1972 sebagai salah satu senator termuda dan sekarang akan berakhir pada bulan Januari dengan pengabdiannya sebagai presiden tertua yang pernah mencapai angka 82 tahun. Keterbatasan cara berbicara Biden membuatnya banyak akal termasuk orang yang sangat kreatif dalam memecahkan segala macam kebuntuan senat atau konggres.
Proses Demokrat untuk mengganti calon mereka secara demokratis akan menjadi kelihatan tergesa-gesa, belum diuji, dan penuh ketidakpastian mendalam serta potensi kekacauan dalam partai. Tetapi ada banyak kandidat yang sangat kuat dan semuanya sudah terasah menjadi ahli dalam berdebat dengan partai Republik yang argumen pongahnya selalu mereka hancurkan dan bahkan mereka tertawaan atau jadi bahan ejekan di gedung konggres yang terhormat. Konvensi Nasional Demokrat akan berlangsung dalam empat minggu di Chicago, meskipun Demokrat awalnya berencana untuk secara resmi menominasikan Biden dalam “roll call virtual” sebelum pertemuan tatap muka.
Presiden akan meninggalkan jabatannya dengan pencapaian penting, terutama untuk seorang presiden satu periode di era perpecahan mendalam. Dia mendorong melalui undang-undang tentang infrastruktur, perubahan iklim, perawatan kesehatan, pengendalian senjata, dan industri semikonduktor. Dia menarik AS keluar dari Afghanistan, membangun kembali aliansi Amerika dan memimpin koalisi untuk membela Ukraina melawan Rusia. Dukungan kuatnya untuk perdamaian Israel - Palestina dalam perang Gaza, yang bagaimanapun, selalu memicu kecaman di dalam dan luar negeri.
Banyak Demokrat menganggap debat presiden Biden pada 27 Juni melawan Trump mengejutkan karena seperti bencana untuk demokrasi, karena Biden dalam menghadapi debat yang serba ilusionis dan membual membuatnya kaget dan masih dalam keheranannya dia tergagap berjuang untuk menyelesaikan kalimat atau mengatur pikirannya, yang kacau dengan tipuan bualan Trump. Presiden dan para pembantunya bersikeras dia tetap dalam perlombaan, membandingkan momen itu dengan kesempatan lain dalam karir panjangnya ketika dia dianggap remeh. Namun kombinasi dari jajak pendapat yang buruk, penggalangan dana yang mencemaskan, dan pembelotan para anggota partai Demokrat akhirnya membuat Biden mengundurkan diri.
Mendasari urgensi Demokrat untuk menggantikan Biden adalah malah konsekuensial karena menjadi menakutan akan gantinya yang mampu meredam Trump, yang banyak dikhawatirkan dari dalam partai, yang percaya ini malah akan sangat merusak.
Dengan meninggalkan kampanye pemilihannya kembali, Biden bergabung dengan dua presiden petahana lainnya dalam sejarah modern yang memilih untuk tidak mencalonkan diri kembali: Presiden Harry S. Truman pada tahun 1952 dan Presiden Lyndon B. Johnson pada tahun 1968. Pengumuman presiden-presiden tersebut, bagaimanapun, datang beberapa bulan sebelumnya dan memberi partai mereka lebih banyak waktu untuk berkumpul kembali untuk pemilihan umum. Dilihat dari kedua sejarahnya, Demokrat kalah dalam kedua pemilihan akibat pengunduran Truman dan Johnson tersebut.
Para pemilih telah lama mengatakan kepada para peneliti jajak pendapat bahwa mereka khawatir tentang usia Biden. Ini bahkan pernah menjadi isu yang ditiupkan oleh media untuk mempengaruhi pemilu, dalam kampanye 2020. Tetapi kehebatan debat Biden waktu itu menjadi titik balik, melepaskan gelombang kecemasan Demokrat yang sebelumnya sempat meremehkan Biden, seperti kondisi sekarang, tapi sekarang Biden sedang kena menderita Covid yang sangat meluluh lantakkan kekerasan hatinya melawan sang pembully Trump. Memang sehari sebelum COVID ini begitu hebat menyerang Biden hingga berjalanpun sempat sempoyongan di tangga pesawat, Biden menyatakan siap mengalahkan Trump, walaupun seperti biasa dicibir banyak orang, termasuk dari partainya sendiri.
Menderita COVID bisa merusakkan kesigapan berpikir dengan jernih, apalagi dalam usia yang sangat lanjut dan rapuh, rasanya sangat tidak memungkinkan untuk bermain cerdik dalam berkata kata, apalagi ditambah cara bicara yang cacat karena Biden juga menderita stutter atau gagap bicara karena menurut saya sistem pengiriman perintah otak tidak konsisten, ada disrupsi sesampainya pada otot penggerak sistem bicara yang tidak konsisten atau sinkron dan dampaknya menjadi gagap. Atau ada penelitian ilmiah aneh lainnya yang katanya menunjukkan adanya perbedaan dalam struktur dan fungsi otak pada individu yang gagap. Kalimat berikut saya berpendapat sama bahwa "perbedaan-perbedaan ini mempengaruhi koordinasi dan waktu otot-otot bicara, yang menyebabkan gangguan dalam aliran bicara. Faktor lingkungan (menurut saya sebagai disrupsi atas konsistensi perintah otak), seperti stres dan tekanan untuk berbicara dengan lancar, juga dapat berdampak pada tingkat keparahan gagap. Nah penuaan umur menjadikan Biden mendapat bonus segala macam keusangan organ yang ditambah long COVID, dan stutter telah menghancurkan kepercayaan diri. Apalagi semua orang termasuk petinggi partainya mulai ikutan menyerang tingkat kepercayaan diri Biden yang sehari sebelumnya, semuanya itu bukan apa apa, dan dia berhasil mengatasinya semua. Itulah hari terakhir di menyerah pada kompleksitas situasinya. Dia sebenarnya akan terus melawan dirubahnya negara demokrasi AS menjadi negara diktator dalam system "proyek 2025" yang baru, kalau tidak diyakinkan oleh Kamala bahwa dia selama ini membantu kesuksesannya dalam pengiriman nyata (real delivery) kemajuan dan kesejahteraan rakyat menengah kebawah AS yang dibuktikan dengan berbagai macam metric atau key performance indicators. Waktu itulah Biden menjadi lega, bahwa KAmala akan tetap terus melanjutkan program kesejahteraan masyarakat menengah kebawah, karena itu semua adalah perjuangan nyata partai Demokrat untuk rakyat. Disamping juga ada kekawatiran perpecahan partai karena hanya optik sekali debat yang jelek. Itu adalah semua alasan dari pengunduran pencapresan Biden
Biden dan para pembantunya telah mengakui semua kekurangan dalam cara debat dan bicaranya yang selalu mengecewakan, dan “malam yang naas” dan mengatakan presiden sedang pilek sebagai tanda tanda kena Covid. Dan ini tidak banyak menenangkan semua wartawan media TV yang hari harinya mengolok olok Biden dan tidak sabar untuk segera memilih seorang Diktator saja. Mereka semua lupa bahwa seorang diktator pada waktunya akan menutup media dan kantor mereka bekerja. Demokrat yang melihat penampilan itu sebagai cerminan dari masalah yang jauh lebih dalam dan sudah merasa khawatir tentang peluangnya melawan Trump, yang disangka memimpin dalam banyak jajak pendapat di negara bagian medan pertempuran, sesuai dengan arahan media yang pro Trump.
Pada 2 Juli, Rep. Lloyd Doggett (D-Tex.) menjadi anggota Demokrat pertama di DPR yang secara terbuka meminta Biden untuk mundur sebagai calon Demokrat, mengacu pada keputusan Johnson 56 tahun sebelumnya. “Dalam keadaan yang sangat berbeda, dia membuat keputusan yang menyakitkan untuk mundur,” kata Doggett. “Presiden Biden harus melakukan hal yang sama.” Texas adalah kandang partai Republik yang penuh dengan agitasi dan hoax yang berasal dari Rusia. Disinilah letak moderasi kebebasan berpendapat walaupun ngawur dan dari Rusia, yang selalu mendapat tempat di AS.
Hal itu efeknya mulai menjadi periode yang menyakitkan bagi Demokrat ketika setiap hari atau lebih, seorang anggota Kongres Demokrat lainnya akan mengeluarkan pernyataan yang menyatakan kasih sayang mereka kepada Biden dan kekaguman atas pencapaiannya, tetapi menambahkan bahwa sudah saatnya dia "mengoper obor."