Misi penggembalaan perdamaian, menekankan pentingnya dedikasi dan kasih sayang dalam melayani orang lain, terutama mereka yang paling membutuhkan. Yesus dan para murid-Nya mengajarkan bahwa meskipun dalam lelah dan lapar, komitmen untuk menghibur dan menyelamatkan jiwa-jiwa yang lapar akan bimbingan harus tetap menjadi prioritas. Kisah ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang tak kenal henti, belas kasih dan tujuan mulia dapat mengubah keletihan menjadi kekuatan ajaib.
Dalam hikmat-Nya yang tak terbatas, Yesus juga tahu betapa keteteran para rasul. Yesus terpaksa mengusahakan istirahat makan bagi mereka "Ayo kita cari tempat yang indah teduh di pinggir danau untuk beristirahat makan?" Segera terbayang pemandangan indah, angin sepoi, beberapa perahu melintas nun jauh disana, dan tentunya kesempatan untuk istirahat dan makan. Sayangnya, tetap saja mereka belum mau melepaskan pergi pemimpin kawanan, sehingga masih tetap terus diikuti kawanan yang jauh lebih lapar akan karya penggembalaan mereka. Tidak ada kata terpaksa, mereka segera dengan senang hati tetap melakukan karya kerasulan yang sangat diperlukan mereka. Para khalayak kawanan "domba" yang ramai rupanya lebih lapar, dan tidak tahu harus memberikan waktu istirahat dan makan. Benar saja segera para murid-murid Yesus lari menyongsong khalayak yang masih saja sangat mengelukan dan membutuhkan bimbingan kerasulan dan mukjizat mereka.Â
Bagaimana kita semua melihat Kerumunan dan hiruk pikuk keramaian suara domba lapar, bak seperti domba yang hilang tanpa penggembala. Akhirnya, seperti Yesus dan para murid kitapun akan menjadi luluh, apalagi mereka memanggil kita, meminta arahan dan pertolongan? Pernahkah kita punya follower yang haus akan ajaran kebijaksanaan yang penuh perspektif dan karya kreatif lainnya untuk ditularkan? Walaupun kita sering merasa dalam keadaan paling lelah, tetapi rasa sayang. Dan kita juga punya dedikasi penggembalaan berdasarkan kasih dan tujuan penyelamatan jiwa untuk mendamaikan kembali hati mereka atau memotivasi mereka untuk bangkit.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa penggembalaan yang baik membutuhkan komitmen yang besar, bahkan ketika kita merasa lelah dan lapar. Rasa kasih sayang dan tujuan penyelamatan jiwa dapat mengubah keletihan menjadi kekuatan ajaib, bagai seorang penggembala sejati. Kita harus berusaha untuk menjadi penggembala yang baik bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita, meneladani ajaran Yesus dan para rasul.
Dalam menjalani misi penggembalaan perdamaian di rumah maupun di dunia, kita perlu bekerja sama, memahami satu sama lain, dan memberikan bimbingan dengan penuh kasih sayang. Dengan dedikasi yang kuat dan fokus pada tanggung jawab, kita dapat membantu menyelamatkan dan menghibur jiwa-jiwa yang membutuhkan. Seperti pekerja layanan darurat (EMS) yang harus bersabar atas lapar dan dahaga demi menyelamatkan jiwa, kita juga harus siap untuk melayani dengan sepenuh hati, mengetahui bahwa kasih sayang dan karya penyelamatan jiwa dapat memberikan kekuatan dan harapan bagi banyak orang.
Marilah kita terus berusaha untuk menjadi penggembala yang baik dan mendorong perdamaian di antara sesama dan bangsa-bangsa, sehingga kita semua dapat hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan yang sejati. Dengan belas kasih dan dedikasi, kita dapat menghadapi segala tantangan dengan keberanian dan keyakinan, mengetahui bahwa kita selalu dilindungi dan dibimbing Tuhan Yang Maha Esa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H