Dampak Politik dan Militer
Ambisi von der Leyen tidak lepas dari kontroversi. Dorongannya untuk kekuatan pertahanan Eropa yang terpusat dilihat oleh beberapa pihak sebagai langkah untuk memperkuat kekuasaannya. Sebagai mantan menteri pertahanan Jerman, dia pernah mendukung kebijakan pertahanan nasional di dalam NATO. Sekarang, dia mengadvokasi perubahan total, mendesak negara-negara Eropa untuk berkontribusi lebih banyak pada anggaran pertahanan yang bersatu, karena pengalamannya dalam kekacauan selama berinteraksi dengan Trump yang berhutang budi pada Rusia.
Jerman, negaranya sendiri, baru saja mengumumkan pengurangan dukungan finansial dan militer untuk Ukraina, dengan alasan kendala fiskal. Keputusan ini, bersama dengan pengurangan anggaran pertahanan, dipengaruhi oleh opini publik yang lebih memilih perdamaian daripada ekspansi militer. Meskipun Menteri Pertahanan Boris Pistorius dengan tepat menyerukan peningkatan anggaran pertahanan menjadi 3,5% dari PDB, Kanselir Scholz tetap tidak terpengaruh, khawatir akan kebangkitan partai-partai populis yang menggemakan sentimen anti-NATO.
Di seluruh Eropa, tekanan serupa meningkat. Di Perancis dan negara-negara UE lainnya, kelompok ekstrim Kanan mendapatkan peningkatan dukungan, mendorong pengurangan pengeluaran militer dan hubungan yang lebih dekat dengan Rusia. Mirip dengan ASEAN yang selalu mendapat tekanan dari China, mungkin sudah janjian dengan Rusia untuk sama sama menekan perbatasannya masing-masing?. Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, kini Presiden Dewan Menteri UE, dan suara-suara pro-Rusia lainnya menyerukan perdamaian yang menguntungkan Moskow. Di AS, baik Donald Trump maupun JD Vance menyatakan keinginan untuk menghentikan bantuan ke Kyiv.
Masa Depan Pertahanan Eropa
Meskipun von der Leyen tetap teguh mendukung Ukraina, implikasi dari rencana pembaharuan pertahanannya sangat mendalam. Kekuatan pertahanan Eropa yang terpusat dapat melemahkan NATO, memudahkan Rusia mencapai tujuannya. Cara terbaik untuk mempertahankan pasukan AS di Eropa adalah dengan memperkuat NATO melalui peningkatan pengeluaran dan pengadaan pertahanan yang terintegrasi. Menciptakan birokrasi militer paralel UE yang mengecualikan kontraktor Amerika hanya akan memperumit tujuan ini.
Von der Leyen menghadapi pilihan kritis: untuk mendorong visinya tentang pertahanan Eropa yang bersatu atau memperkuat kemampuan NATO yang telah terbukti. Jika dia ingin dikenang sebagai penyelamat Eropa, dia perlu mendesak para pemimpin Eropa untuk memberikan kontribusi yang adil kepada NATO. Hal terakhir yang dibutuhkan siapapun adalah seorang birokrat yang menyamar sebagai pejuang ratu, mempertaruhkan keamanan benua demi ambisi pribadi.
Pada akhirnya, jalur yang dipilih von der Leyen akan menentukan kemampuan Eropa untuk mempertahankan diri dari ancaman di masa depan. Visinya tentang Iron Dome Eropa bisa menjadi simbol kekuatan dan persatuan atau cerita peringatan tentang ambisi berlebihan dan fragmentasi. Taruhannya belum pernah setinggi ini, dan dunia menyaksikan dengan nafas tertahan saat Eropa menavigasi jalannya melalui masa-masa sulit ini.
Kesimpulan tentang Pentingnya Kemandirian UE dalam Pertahanan
Di tengah gelombang politik karena propaganda Rusia dan ketidakpastian besar di Eropa, kemandirian Uni Eropa (UE) dalam bidang pertahanan menjadi semakin penting. Usulan Presiden UE, Ursula von der Leyen, untuk mengambil alih pertahanan Eropa dari NATO menandai langkah signifikan menuju kemandirian dan dapat memperkuat kekuatan pertahanan Eropa yang terpusat dan mengurangi ketergantungan pada NATO. Namun, ini juga berisiko memecah solidaritas NATO dan memperumit strategi pertahanan kohesif.