investasi untuk kewarganegaraan Henley & Partners mengatakan hal ini menunjukkan bagaimana konflik dapat mempengaruhi daya tarik suatu negara di mata investor kaya. 3) Sementara ini, menurut para pakar investasi di negara Israel menduga negara itu akan bangkit kembali, menjadi tempat tujuan utama investasi lagi.
Israel kehilangan magnet pada para jutawan karena perang yang menghancurkan citranya sebagai 'tempat berlindung yang aman'. Perang ini telah menghancurkan semuanya dari korban jiwa perang sampai hancurnya fasilitas, perumahan dan brand yang menarik dari kedua bangsa Israel dan Palestina. Apa yang berubah: 1) Israel tidak termasuk lagi dalam 10 negara teratas yang menarik migrasi para jutawan di tengah perang di Gaza dan perang selanjutnya dengan Hizbullah. 2) PerusahaanIsrael tidak lagi berada di antara 10 negara teratas yang menarik migrasi jutawan, menandai pertama kalinya dalam beberapa dekade negara ini turun dari peringkatnya, menurut laporan private-wealth terbaru. Â Laporan Migrasi Kekayaan Swasta Henley yang dirilis pada hari Selasa 18/6/2024, oleh firma penasihat migrasi investasi Henley & Partners, melacak arus masuk dan arus keluar bersih tahunan para jutawan. H&P juga merupakan agen yang mengusahakan kewarganegaraan ganda untuk banyak orang kaya atau kewarganegaraan tambahan. Mereka ini mengukur perbedaan antara jumlah individu dengan kekayaan bersih tinggi dengan kekayaan yang dapat diinvestasikan sebesar $1 juta atau lebih yang pindah ke suatu negara, beserta jumlah orang yang bermigrasi dari negara tersebut. Israel tidak lagi termasuk dalam 10 negara teratas yang menarik bagi migrasi para jutawan, menandai pertama kalinya dalam beberapa dekade negara ini turun dari peringkatnya, menurut laporan private-wealth terbaru.Â
Antara tahun 2013 dan 2022, Israel menarik arus masuk bersih lebih dari 10.500 individu dengan kekayaan bersih tertinggi, menurut Henley & Partners. Namun, perusahaan tersebut mengatakan kejadian pada tahun 2023 membalikkan tren ini -- Israel mengalami penurunan arus masuk bersih sebesar 1.100 jutawan pada tahun 2022 menjadi arus keluar bersih sekitar 200 jutawan pada tahun lalu. Mereka menggambarkan jatuhnya Israel sebagai "perubahan haluan besar" di tengah krisis konflik negara dengan Hamas apalagi dengan invasi yang sedang berlangsung ke Gaza. Dan Marconi, Penasihat Klien Senior di Henley & Partners Israel, mengatakan dalam siaran persnya: "Pergeseran seismik ini menggarisbawahi betapa cepatnya konflik dapat menghilangkan daya tarik suatu negara terhadap orang-orang kaya di dunia dan mobile secara global."
Perang yang sedang berlangsung tidak hanya menghancurkan citra Israel sebagai negara yang aman tetapi juga mengancam pencapaian kinerja ekonominya," tambahnya.Â
Yang menjadi kekhawatiran para investor dan menyebabkan arus investasi keluar lagi, bukan hanya perang Gaza, Hizbullah dan demo masyarakat Israel setiap hari sejak, reformasi peradilan yang dipaksakan oleh Netanyahu supaya tidak mengadili kasus korupsi Netanyahu yang kontroversial. Hal ini menimbulkan ketidakpastian dan kekhawatiran yang tinggi kemungkinan akan terjadinya kerusuhan sipil dan menciptakan kekacauan atau "ketidakpastian yang lebih besar". Ketidak pastian ini membuat mereka di tahun 2023 banyak kebanjiran pertanyaan saja tanpa ada yang benar benar bermigrasi atau berinvestasi, jumlah pertanyaan yang soal keamanan bermigrasi dan berinvestasi di Israel meningkat sebesar 232%. . Mengingat tren ini, maka banyak jutawan yang dipastikan terus mencari alternatif negara yang ramah investor dan mudah atau aman untuk bermigrasi atau malah ngungsi dari Israel. Fakta bahwa citra Israel akan semakin rusak secara permanen karena kecenderungan dari berbagai keputusan pro kekerasan Netanyahu yang mengerikan untuk dibayangkan.Â
Apa logika dari perlunya tempat relokasi investasi yang juga membolehkan investornya ikut menyertainya? Ini seperti harta yang selalu disimpan dibawah bantal, demi keamanan dan ketidak percayaan akan regulasi suatu negara yang suka berubah ubah. Jadi begitu iklim investasi buruk mereka secara otomatis akan pindah ketempat yang lebih welcome terhadap investasinya. Market inilah yang dimanfaatkan oleh model business baru Henley & Partners atau perusahaan broker investasi kelas global lainnya. Mereka jelas melakukan banyak usaha untuk terlibat dalam politik negara target market mereka, terutama yang jelas menurut mereka adalah negara yang democracy friendly, yang mengutamakan hak asasi dan kebebasan berinvestasi dan bernegara yang baik. Ini kesan yang mereka dapat waktu melihat trend exodus jutawan dunia ke Israel dan mereka hanya menaiki gelombang tren ini. Apakah warga setempat ikut menikmati kebebasan demokrasi politik maupun ekonomi dari desakan para investor dan perusahaan broker investasi? Jelas, kelihatan sebelumnya bahwa Israel telah membuktikan itu semua, sampai Netanyahu mulai memporak porandakan demokrasi dan memilih kekerasan dan konflik habis habisan, yang menguras semua sumberdaya dan mengorbankan kemanusiaan dan kehancuran dimana mana, termasuk business investasi ini. Belum sanksi pelanggaran hak asasi dari berbagai negara dan badan badan internasional yang bisa ikut memerangkap investor ke dalamnya atau memasukkan mereka semua ke dalam daftar sanksi, seperti apa yang dialami oleh para oligarki Rusia. Mereka sudah merasa dunia mereka akan segera kiamat, jadi opsi satu satunya tinggal lari bawa investasi yang tinggal tiga perempat atau malah sudah tinggal setengah.
Sehingga, mempertegas urgensi untuk segera memiliki pengganti tempat investasi selain Israel beserta paket kewarganegaraan pengganti selain Israel, walaupun mereka hanya meminta sebagai kewarganegaraan kedua. Mengapa kewarganegaraan yang kedua, apakah patriotisme atau kenegaraan mereka tidak solid? Ini pertanyaan yang tidak perlu pertama, ada fakta bahwa Israel yang dulunya menurut kantor broker investasi adalah negara aman, ternyata mereka bisa saja balik ke Amerika yang jelas aman dan jelas satu satunya negara paling perkasa sedunia? Sebagian berpikir begitu bahwa Amerika adalah negara yang relatif stabil, karena bisa saja ada Trump lagi yang membuat mereka terkena covid dan jadi korban karena Trump tidak serius dalam mengamankan kesehatan penduduknya.Â
Ini kerumitan investasi yang ada dikepala masing masing jutawan.Makanya tidak heran kalau ada yang menginginkan negara untuk mengungsi, apabila ada kekacauan di negara asal mereka. Jadi apakah patriotisme masih relevan di era globalisasi ini yang selalu saja semua orang yang mampu untuk mencari opsi yang terbaik. Hanya orang yang mampu, bukan yang ongkos pergi saja tidak punya. Apalagi yang jadi pilihan mereka selain kestabilan politik? Ada banyak kerumitan yang lain, misalnya healthcare yang mutakhir dan diskriminasi atau tingkat penghargaan pada sesama, selain pemerintahan yang bersahaja, atau tidak korupsi terlalu mencolok. Jadi bahwa masihkah adakah daya tarik bagi orang-orang kaya untuk memindahkan harta dan dirinya ke suatu negara yang sama sekali tidak dikenal, merupakan suatu produk atau jasa yang bisa diperdagangkan.Â
Ini apakah sudah diketahui oleh menteri investasi yang cuma sibuk mengurus tambang atau tepatnya menteri tambang dan hutan saja. Karena menjadi menteri investasi harus memiliki pengetahuan setidak tidaknya atau pengalaman kerja di perusahaan yang hanya khusus profesionalismenya mengurus investasi dan migrasi para investor. Mengapa harus memasukkan migrasi kewarganegaraan selain hanya karena semua investor menyimpan uangnya di bawah bantal? Yang utama dan total investor adalah kalau mereka senang dan merasa negara tujuan investasinya ethical maka semua investasinya juga ikut dipindah semua, tidak hanya separo separo sana sini saja. Untuk itu menteri investasi harus orang yang beretika tinggi, mau beropini dan berani berteriak tentang hak asasi, demokrasi dan penghargaan pada setiap individu, tanpa pandang bulu. Ini semua diperhatikan oleh para investor atau calon emigran. Setiap imigran yang nekat berarti jelas memiliki semangat yang tinggi untuk merubah nasib dirinya dan sekitarnya. Tidak ada imigran yang nekat sekali mengarungi lautan menentang maut akhirnya cuma mau males malesan saja, atau berhenti untuk nekat.Â
Karena nekat adalah kata kunci patriotisme. Anti imigran nekat berarti anti kesempatan dan anti kemajuan, karena imigran yang nekat ini akan melakukan proses produksi dan business yang nekat dan kreatif, yang akhirnya menyumbang PDB suatu bangsa. Milih mana, yang nekat dari luar yang bisa mengangkat hajat hidup orang banyak, atau yang males malesan saja yang cuma memakan bansos yang akhirnya membebani negara untuk mencapai PDB lebih tinggi? Kita kadang suka sibuk kejam memperlakukan imigran dengan semangat super nekat untuk merubah nasib diri sendiri dan sekitarnya. Apa investor juga tahu kebijakan imigrasi ini, bisa membuat mereka semua ketakutan tidak? Ayo menteri investasi, kita persilahkan untuk fokus kerja membenahi iklim investasi yang rasa surga bagi investor dan kita semua penduduk asli. Sebaiknya, jangan mau hanya main main sektor tambang pengerukan kekayaan bangsa dan hasilnya sebesar besarnya, yang jelas kita semua tidak menerima bagi hasilnya.
Apalagi yang telah dilakukan Israel dalam merayu investor dengan memberi gula manis investasi? Jelas memilih strategi yang paling sederhana dan terbukti memang manis, yaitu menawarkan insentif pajak yang menarik, seperti keringanan pajak selama 10 tahun atas pendapatan asing bagi imigran baru. Selain itu, sebagai satu-satunya negara Yahudi di dunia, ia mengatakan negara itu akan selalu menarik orang-orang kaya yang mencari perlindungan agama, nah ini agak aneh kalau dikatakan oleh menteri investasi Israel karena kelakuan diskriminasi terhadap agama selain Yahudi sangat kentara. Jadi menteri investasi harus jujur dan melaksanakan bualannya dan tidak melakukan trik tipu menipu. Oleh karena itu selama ini Israel masih tidak menarik bagi jutawan Muslim yang juga banyak disekitar Timur Tengah, pada hal jumlah investasi mereka bisa tidak tanggung tanggung. Apakah ini sudah juga diketahui menteri investasi Indonesia bahwa jaminan beragama yang fair atau pemerintah yang tidak terlibat dan menjaga jarak dalam urusan sentimen agama dan bahkan menjadi penengah yang tegas dalam konflik agama, adalah daya tarik bagi investor Eropa dan bahkan investor Arab sekalipun.Â
Investasi Arab masih kecil di Indonesia, inikah sebabnya karena suka ada konflik kecil kecil dimana mana? Banyak juga perhatian investor kalangan lokal yang sangat menarik kalau Indonesia bisa menonjol sebagai titik terang ekonomi yang langka di kawasan yang bergejolak di laut China Selatan, di Myanmar, ketegangan Taiwan, konflik dan sanksi tariff produk China. Pengembangan sektor teknologi yang harus dilakukan tidak hanya sektor infrastruktur saja, serta iklim tropis dan pemanfaatan pemandangan alam nan indah, ketersediaan pangan yang terjangkau, dan segala macam budaya positif dan menarik bisa dijadikannya pusat bagi investor global yang kaya. Â
Sekarang kita lihat penyebab kekacauan yang dirasa oleh para investor di Israel yang mungkin bisa ditangkap dan dimanfaatkan investasinya oleh sang menteri investasi Indonesia di bidang pertambangan saja. Jadi membaca ini mungkin sang menteri akan terbuka untuk mengembangkan investasi tidak hanya dipertambangan atau kosesi hutan saja tatepi juga sumber daya manusia jutawan nekat.
Kekacauan yang dialami investor sekaligus imigran di Israel adalah ketika, PM Israel tidak memikirkan demokrasi dan hak keadilan dan kemanusiaan. bahkan militer Israelpun mengatakan bahwa Hamas tidak dapat dihancurkan, ini seperti pendapat penasehat militer Amerika yang meminta Israel menerapkan counterinsurgency doctrine. Bahkan Biden menelpon Netanyahu sendiri dan mengatakan untuk berdamai dan menghentikan bom acak yang sangat fatal untuk mencapai perdamaian rakyat Israel, karena mereka kan melawan sedahsyat apapun. Ini semua meningkatkan perseteruan dengan Netanyahu, yang sekarang terpojok dari semua negara di dunia dan berusaha memutar mutar fakta yang jelas taktik tipu untuk mendapatkan 'rasa simpati' menurut delusi Netanyahu sendiri. Mana mungkin masyarakat dunia mau menerima akal tipu muslihat statement Netanyahu yang berputar putar hanya untuk bisa terus berperang?Â
Bahkan di dalam negeri pertikaian antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pimpinan militer negara itu semakin terbuka setelah juru bicara utama angkatan bersenjata mengatakan tujuan Netanyahu untuk menghancurkan Hamas di Gaza tidak dapat dicapai. "Gagasan bahwa kita dapat menghancurkan Hamas atau menghilangkan Hamas adalah menyesatkan publik," kata juru bicara militer Daniel Hagari kepada televisi Israel pada hari Kamis pagi 20/6/24. Komentar tersebut merupakan teguran langsung yang jarang dilakukan oleh militer mengenai bagaimana Netanyahu menggambarkan tujuan utama perang di Gaza, yang menurutnya adalah "kemenangan total" atas Hamas dan mengembalikan sandera Israel yang diculik sampai sekarang oleh kelompok tersebut. Perdana Menteri telah berulang kali mengatakan bahwa dia tidak akan menerima berakhirnya perang tanpa pemberantasan kelompok tersebut sebagai kekuatan militer dan pemerintahan.Â
Ini yang selalu diajarkan Biden bahwa pemberantasan Hamas adalah mustahil, hanya cara Amerika yang pernah berhasil dalam melawan ISIS adalah dengan doktrin counterinsurgence, atau sederhananya memenangkan hati rakyat Palestina. Secara aktif Biden berusaha untuk menghentikan kekejaman ini dengan menghentikan supply bom yang harusnya sudah dikirim ke Israel untuk membom Rafah. Ini yang jadi pertengkaran dengan Biden, dan Netanyahu berusaha menelikung Biden dengan menyebarkan berita bohong bahwa Biden tidak mau atau menghentikan bantuan untuk Israel seperti yang diperintahkan oleh Kongress Amerika.
Kantor Perdana Menteri menolak komentar Hagari. "Kabinet keamanan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Netanyahu mendefinisikan penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas sebagai salah satu tujuan perang. IDF tentu saja berkomitmen terhadap hal ini," katanya, mengacu pada Pasukan Pertahanan Israel. Perselisihan tersebut merupakan ilustrasi ketegangan yang meningkat selama berbulan-bulan antara Netanyahu dan para pemimpin militer negara tersebut, yang berpendapat bahwa Hamas hanya dapat dikalahkan jika Israel menggantinya dengan otoritas pemerintahan lain di Gaza.Â
Selama lebih dari delapan bulan perang, militer Israel telah menginvasi sebagian besar Jalur Gaza, namun Hamas kembali berkuasa di wilayah tersebut ketika pasukan Israel mundur. "Apa yang bisa kami lakukan adalah menumbuhkan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang menggantikannya," kata Hagari, "Para politisi akan memutuskan" siapa yang harus menggantikan Hamas, katanya.
Netanyahu telah menolak serangkaian usulan alternatif pengganti Hamas, termasuk rencana Amerika untuk memasukkan Otoritas Palestina dan seruan Arab untuk pemerintah persatuan Palestina yang akan mencakup Hamas. Beberapa analis militer dan mantan pejabat Israel mempertanyakan apakah pembentukan pemerintahan baru di Gaza mungkin dilakukan, mengingat Hamas berhasil selamat dari serangan militer Israel.Â
Keretakan yang semakin besar dengan kepemimpinan militer terjadi ketika Netanyahu juga berada di bawah tekanan dari pemerintahan Biden untuk menerima proposal gencatan senjata yang menurut Presiden Biden akan mengakhiri perang. Minggu ini, Netanyahu memulai perselisihan baru dengan pemerintah, menuduh AS menahan senjata dan amunisi dari Israel. Gedung Putih menolak klaim tersebut, dengan mengatakan pihaknya hanya menghentikan satu pengiriman bom karena kekhawatiran mengenai potensi pembunuhan warga sipil dalam operasi Israel di kota Rafah, Gaza selatan.Â
Lebih dari 37.000 orang telah tewas di Gaza sejak dimulainya perang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, kata para pejabat Palestina. Angka tersebut tidak merinci berapa banyak yang menjadi kombatan. Pemboman Israel juga telah membuat sebagian besar wilayah tersebut menjadi puing-puing dan membuat lebih dari satu juta orang mengungsi dari rumah mereka.Â
Perang ini dimulai dari serangan pimpinan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dari kalangan warga sipil, menurut pihak berwenang Israel. Hamas juga menculik sekitar 250 orang sipil, sebagian terdiri dari anak anak dan puluhan diantaranya masih disandera di Gaza.Â
Perang tersebut telah mendorong Timur Tengah ke jurang konflik yang lebih luas, dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa Israel dapat terlibat dalam perang skala penuh dengan Hizbullah Lebanon, sebuah kelompok Islam yang bersekutu dengan Iran dan Hamas, setelah berbulan-bulan terjadi baku tembak lintas batas yang telah membuat pengungsi. puluhan ribu warga sipil di Lebanon dan Israel. Hizbullah menolak menghentikan pertempuran tanpa gencatan senjata di Gaza.Â
Militer Israel bergantung pada tentara cadangan, beberapa di antaranya menggambarkan kelelahan yang semakin meningkat ketika Israel memperpanjang konflik selama berbulan-bulan di berbagai bidang, termasuk perbatasan dengan Lebanon dan di Tepi Barat. Berakhirnya pertempuran di Gaza kemungkinan akan memberikan kelonggaran bagi pasukan Israel, yang menurut para analis diperlukan, terutama jika pertempuran dengan Hizbullah semakin meningkat. Tapi ini tidak mungkin terjadi, karena semua yang terlibat karena membela warga Palestina yang dipikir Hamas karena membela Hamas, jadi mereka terus saja berusaha meluncurkan rudal al Qassam ke daerah sipil Israel.
Semua penduduk Gaza yang setelah berbulan-bulan melarikan diri dari pemboman, hidup tanpa listrik dan persediaan makanan dan air yang terbatas, warga Palestina juga kehilangan harapan bahwa perang akan segera berakhir. Semua orang pengungsi di Gaza hidupnya seperti menunggu hari kapan waktunya menjadi korban selanjutnya, mereka semua sudah sangat frustasi. Ketegangan antara Netanyahu dan militer memuncak setelah militer melancarkan operasi pada bulan Mei di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga sipil Palestina berlindung pada saat itu.
 Netanyahu selama berbulan-bulan berpendapat bahwa invasi Rafah adalah inti dari visinya untuk mencapai kemenangan total. Militer telah memberi isyarat bahwa operasi Rafah akan segera berakhir, dengan mengatakan pada minggu ini bahwa mereka telah membongkar dua dari empat batalyon Hamas di wilayah tersebut dan merebut sebagian besar wilayah Rafah. Ketegangan antara militer Israel dan aparat keamanan dengan Netanyahu berada pada rekor tertinggi.Â
 IDF dan eselon keamanan merasa telah kehabisan tujuan perang. Karena sudah mencapai pada puncak taktis maksimal yang bisa dicapai. Selama mereka sudah mencapai Rafah, mereka merasa sudah menyelesaikan misi pekerjaannya. Gesekan antara Netanyahu dan pihak militer telah muncul ke publik pada awal perang. Pada bulan Mei, Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyampaikan pidato yang menyerukan pemerintah untuk memutuskan siapa yang harus menggantikan Hamas di Gaza. Tidak adanya keputusan, katanya, membuat Israel hanya punya dua pilihan: pemerintahan Hamas atau pengambilalihan sepenuhnya oleh militer Israel atas wilayah tersebut.
Sekarang mereka membutuhkan keputusan penyelesaian perang adalah hari ini? Bahkan keputusan yang buruk, tidak masalah bagi mereka. Katakanlah jika menduduki Gaza dalam beberapa tahun ke depan karena misalnya perlu memberantas beberapa teroris terakhir. Kalau itu keputusan yang buruk, tapi ini adalah keputusan penyelesaian akhir dan kini Militer memerlukan kejelasan dari Netanyahu.Â
Terlebih lagi, perselisihan antara Netanyahu dan pusat-pusat militer sebagian mengenai bagaimana para pejabat mendefinisikan kekalahan Hamas. Seorang pejabat militer Israel mendefinisikannya dengan, kalau sebuah batalyon sudah dibongkar atau dipreteli, bukan ketika semua pejuangnya terbunuh, namun ketika struktur komando dan kemampuan untuk melakukan serangan terorganisir dihilangkan oleh Netanyahu, maka semuanya hanya fatamorgana.Â
Sudah jelas bahwa militer telah hampir menyelesaikan pekerjaan yang ditetapkan oleh pemerintah, atau akan mencapai titik sukses. Dan tampaknya menjadi berlebihan kalau  masih perlu melakukan perang gerilya, dan itu bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Banyak analis militer mengatakan bahwa pasukan milisi Hamas kemungkinan besar akan selamat dari operasi militer Israel bahkan di Rafah, sebagian karena pendekatan tentara Israel membuat banyak pejuang Hamas berpangkat rendah tetap berada di sana. Para pemimpin tertinggi Hamas di daerah kantong tersebut, termasuk pemimpinnya, Yahya Sinwar, juga menghindari pasukan Israel sepanjang perang.Â
Hamas lebih menjaga kesenyapan pasukannya di Rafah daripada terlibat pertempuran dengan pasukan pertahanan Israel, kemungkinan besar karena Hamas tidak percaya operasi Rafah Israel akan memiliki arti penting, menurut sebuah penilaian minggu ini dari the Critical Threats Project of the Institute for the Study of War and the American Enterprise Institute
Kesimpulan dari situasi di Israel saat ini adalah bahwa negara tersebut kehilangan daya tariknya bagi para jutawan sebagai tempat investasi dan migrasi yang aman. Perang yang sedang berlangsung dengan Hamas dan Hizbullah serta konflik internal telah merusak citra Israel sebagai "tempat berinvestasi sekaligus bermigrasi yang aman".Â
Poin-Poin Utama:
1. Turunnya Peringkat Israel: Israel tidak lagi berada dalam daftar 10 negara teratas yang menarik migrasi para jutawan. Ini pertama kalinya dalam beberapa dekade negara ini kehilangan posisinya menurut laporan private-wealth dari Henley & Partners.
2. Dampak Konflik: Perusahaan Henley & Partners menunjukkan bahwa konflik dapat secara signifikan mempengaruhi daya tarik suatu negara bagi investor kaya. Pada tahun 2023, Israel mengalami arus keluar bersih sekitar 200 jutawan, berlawanan dengan tren arus masuk pada tahun-tahun sebelumnya.
3. Ekspektasi Pemulihan: Meskipun situasi saat ini, beberapa pakar investasi di Israel berilusi bahwa negara ini akan bangkit kembali dan menjadi tujuan utama investasi.
4. Reformasi dan Ketidakstabilan: Ketidakpastian yang disebabkan oleh reformasi peradilan kontroversial dan kerusuhan sipil semakin memperburuk situasi, mengakibatkan arus keluar investasi dan meningkatnya kekhawatiran di kalangan investor.
5. Strategi Investasi Israel: Sebelum konflik, Israel pernah menarik investor dengan insentif pajak yang menarik dan statusnya sebagai satu-satunya negara Yahudi di dunia. Namun, ketegangan yang meningkat dan diskriminasi agama menghambat daya tarik bagi investor dari berbagai latar belakang.
6. Kekhawatiran Internasional: Konflik yang berkelanjutan juga mengakibatkan ketegangan internasional dan kekhawatiran bahwa perang bisa meluas, terutama dengan kelompok-kelompok seperti Hizbullah di Lebanon.
Dalam menghadapi tantangan ini, Israel perlu menstabilkan situasi politik dan keamanan, serta membangun kembali citra positifnya untuk menarik kembali para investor. Selain itu, memperbaiki kebijakan internal yang mendukung demokrasi dan hak asasi manusia dapat membantu mengembalikan kepercayaan investor global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H