Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Apakah Hoax Termasuk Kebebasan Menulis dan Berekspresi?

12 Juni 2024   06:16 Diperbarui: 14 Juni 2024   23:51 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: DCNGlobal.net

Sudah sangat terkenal bahwa Rusia dalam menjalankan roda pemerintahanya banyak mengandalkan propaganda untuk meningkatkan loyalitas rakyat kepada pemerintah dan pemimpinnya sekaligus. Ini bahkan sudah banyak dikatakan oleh para politisi Rusia, seperti yang dibocorkan kalau mulai bulan September 2022, semua sekolah di Rusia tiap awal minggu mempunyai jadwal baru yaitu upacara bendera yang dilanjutkan dengan Pidato berjudul Hal Yang Penting  yang dimulai oleh Putin secara pribadi memberi Pidato pelajaran bebas, kepada kelompok pelajar teladan yang mengatakan bahwa misi Rusia di Ukraina adalah untuk menghentikan perang dan melindungi rakyat di Donbas. dan menambahkan bahwa Rusia menyamar disana. Demikian juga dalam propagandanya berupa miss informasi kepada media internasional bahwa Rusia sedang mengadakan operasi khusus yang hanya membasmi Nazi

Banyak sudah kita membaca berita atau artikel di media sosial yang berisi tentang misinformasi dan disinformasi, gunanya untuk merubah pandangan kita atau mencuci otak kita yang secara sederhana disebut propaganda. Propaganda ini terdapat di setiap sudut mata membaca atau posisi telinga kita mendengar. Yang umum diketahui adalah waktu kita dikenalkan dengan trik tipuan Prank, yang lucu dan tidak berbahaya, atau kampanye janji pemilu yang janjinya tinggi tinggi atau selalu bohong, atau malah kebalikannya setelah menjabat. 

Ada lagi berita yang pesanan atau yang menyenangkan suatu perusahaan atau mereka menyebut PR-ship yang bertugas memadamkan api kebencian masyarakat akan produk yang membahayakan, bahkan memanipulasinya menjadi perusahaan atau produk yang "berguna" dan tidak berbahaya. Bahkan mampu menciptakan kebutuhan masyarakat yang sebetulnya tidak dibutuhkan sama sekali. Dengan promosi atau propaganda yang bertubi tubi di TV, akhirnya semua orang membeli sampah yang tidak berguna. Atau mau membayar tinggi untuk barang yang gunanya terbatas atau sedikit sekali.

Banyak sudah yang memulai membicarakan dengan terbuka bahkan sudah menjajaki perlunya badan penangkalan misinformasi dan disinformasi. Tetapi prakteknya menjadi tidak mudah, karena harus menjadi hakim garis sepak bola informasi. Bayangkan hakim sepak bola saja banyak yang dianggap salah, menurut relativitas sudut pandang dari team kesebelasan yang mana, atau condong ke team yang mana? Sepertinya Biased atau  kecondongan adalah perspektif yang dimiliki semua orang. 

Biased ini sudah banyak ditentang di berbagai perusahaan di berbagai negara seperti dalam hal melawan insiden rasis di tempat kerja atau yang ditangkap dan dibuktikan dalam rekaman CCTV.  Biased ini ternyata menelan ongkos yang tidak murah bagi perusahaan maupun biased yang diterima oleh korban rasis, misalnya berupa perasaan ditolak dalam masyarakat atau trauma tersendiri.  Sehingga banyak pemimpin negara sudah mulai menerapkan bhineka tunggal ika atau beragam, setara, dan inklusif. Dalam mengkaji konten media tidaklah mudah menuduh propaganda kelas mayoritas atau propaganda yang memojokkan minoritas, karena batasan otak bawaan kita yang biased. Banyak juga training perusahaan supaya tidak biased dan ini tetap saja masih sukar didefinisikan sesuai standar kelompok kiri yang sangat sensitif, dan senang menuntut di pengadilan, untuk hal hal yang terlalu sensitif. Seperti kelompok pergerakan Metoo yang telah salah menuduh biased atau malah membuat propaganda tersensitif, padahal maksudnya hanya super awareness saja.

Training yang sedang laku sehubungan dengan biased terus saja menemukan kategori yang makin panjang sehubungan dengan sensitivitas "minoritas" 1) Confirmation bias, 2) The Dunning-Kruger Effect, 3) Cultural bias, 4) In-group bias, 5) Decline bias, 6)Optimism or pessimism bias, 7)Self-serving bias, 8) Information bias, 9) Selection bias, 10)Availability bias, dst. Training ini digunakan untuk menumbuhkan awareness yang menyebabkan orang langsung potong kompas dan memvonis berdasarkan berbagai biased diatas. Jadi keinginan untuk membentuk kelompok anti propaganda, apakah sudah mencerminkan kelakuan yang ideal non biased dalam menilai konten.

Contoh kasusnya sudah ada yaitu pada hari Senin 6/9/24 Amerika Serikat dan Polandia membentuk UCG atau Ukraine Communications Group yang artinya adalah Kelompok Komunikasi Ukraina. UCG ini berkantor di ibu kota Polandia Warsawa di bawah kementerian luar negeri. UCG akan digunakan untuk mendukung Ukraina memerangi  agresi Rusia di bidang informasi. UCG akan menyatukan negara-negara mitra yang untuk mengkoordinasikan penyampaian pesan, mempromosikan pelaporan akurat mengenai invasi Rusia, memperkuat suara Ukraina, dan mengungkap informasi mana yang benar dan mana  yang salah dari Kremlin.

Pusat Keterlibatan Global (Global Engagement Center) Departemen Luar Negeri AS mengumumkan bahwa UCG misinya adalah membantu Ukraina melawan misinformasi dan disinformasi khususnya dari Rusia. GEC, yang bertujuan untuk menjelaskan disinformasi dari negara-negara yang bermusuhan, menyatakan bahwa UCG dibentuk untuk "mendukung Ukraina melawan agresi Rusia di ruang informasi cyber." 

Departemen Luar Negeri menekankan bahwa kelompok baru ini akan mengumpulkan sekutu untuk "mengkoordinasikan pesan, mempromosikan pelaporan akurat mengenai invasi Rusia, memperkuat suara Ukraina, dan mengungkap manipulasi informasi Kremlin." Perwakilan dari negara-negara peserta akan berkolaborasi secara langsung untuk mendukung kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas wilayah Ukraina. Upaya mereka akan melawan disinformasi dan mendukung pelaporan berdasarkan fakta, melawan narasi menipu Kremlin yang dirancang untuk mengaburkan tujuan perang dan mematahkan solidaritas global dengan Ukraina.

AS, bekerja sama dengan koalisi luas negara-negara yang mendukung Ukraina, telah berupaya mengungkap disinformasi Kremlin sejak sebelum invasi besar-besaran. UCG memperluas upaya ini, menyediakan alat lain bagi negara-negara yang berpikiran sama untuk mendukung Ukraina dan melawan propaganda Rusia. Departemen Luar Negeri mencatat bahwa Kremlin "berulang kali menggunakan kebohongan dan manipulasi untuk memberikan dalih palsu atas invasi yang tidak dapat dibenarkan, mengaburkan tujuan perangnya, dan berupaya memecah solidaritas dunia terhadap rakyat Ukraina."

Kremlin membantah menyebarkan disinformasi dan menuduh Barat terlibat dalam "terorisme informasi." Menurut The Associated Press, para pejabat Polandia melaporkan bahwa Polandia juga menjadi sasaran sabotase dan tindakan mengganggu lainnya yang dilakukan oleh dinas rahasia Rusia. 

Polandia, yang merupakan anggota NATO, telah menjadi pusat pasokan senjata Barat ke Ukraina dan surga bagi banyak pengungsi Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari 2022. James Rubin, diplomat senior AS yang bertanggung jawab melawan disinformasi, dan Tomasz Cho, diplomat Polandia dengan amanah yang sama, mengikuti upacara peresmian UCG. Kelompok tersebut, yang mulai bekerja pada hari Selasa, beranggotakan perwakilan dari 12 negara, termasuk Kanada, Perancis, Jerman, Finlandia, Italia, beberapa anggota NATO lainnya, dan Ukraina. Mereka akan beroperasi di ruang yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri Polandia, yang bertujuan untuk mendeteksi dan menghilangkan prasangka kampanye disinformasi Rusia yang bertujuan melemahkan dukungan global terhadap Ukraina.

"Tantangan dalam perang informasi bukan hanya mengetahui apa yang dilakukan Rusia tetapi juga mencari cara terbaik untuk memeranginya," kata Rubin kepada wartawan di Kedutaan Besar AS di Warsawa, Senin. Ia mengatakan inisiatif ini berasal dari AS namun disambut dengan antusias oleh Polandia, yang sangat prihatin dengan dampak disinformasi yang dapat ditimbulkan pada negara-negara demokrasi. Mengingat lokasinya yang strategis dan banyaknya pejabat yang melakukan perjalanan melalui Warsawa ke dan dari Ukraina, kota ini dipilih sebagai kota tersebut UCG basis. GEC sudah cukup sukses dalam membantah kampanye disinformasi Rusia yang menyasar Amerika Latin dan Afrika sebelum mencapai dampak yang diinginkan.

Para pejabat Polandia semakin sering melaporkan bahwa Polandia menjadi sasaran sabotase Rusia dan tindakan-tindakan mengganggu lainnya. Pemerintah Polandia menyatakan, "Kelompok ini akan menghadapi narasi yang menipu mengenai agresi Rusia terhadap Ukraina dan berupaya untuk mewakili kenyataan secara jujur dalam lingkungan informasi global. Ini adalah sinyal kuat dari tekad kita bersama untuk terus mendukung Ukraina dalam perjuangannya melawan invasi Rusia."

Kesimpulan tulisan ini adalah berbagai poin berikut: 

  1. Propaganda di Rusia:

    • Rusia dikenal menggunakan propaganda untuk memperkuat loyalitas rakyat terhadap pemerintah dan pemimpinnya. Ini termasuk mengandalkan media negara dan teknologi online, serta menggunakan metode "active measures" ala Soviet dalam perang politik modern.

    • Salah satu proyek besar adalah pendirian Russia Today (RT), saluran berita berbahasa Inggris yang mendapat dana sebesar $30 juta dari anggaran publik. RT sering dikritik karena mirip dengan propaganda Soviet.

    • Selain itu, Rusia juga memanfaatkan media sosial, termasuk akun troll dan kampanye hashtag palsu.

  2. Propaganda dan Bias:

    • Propaganda seringkali memanfaatkan bias kita sebagai manusia. Misinformasi dan disinformasi dapat mempengaruhi pandangan kita dan mencuci otak kita.

    • Contoh bias meliputi:

      • Confirmation bias: Cenderung mencari informasi yang mengkonfirmasi pandangan kita.

      • Cultural bias: Memandang sesuatu dari sudut pandang budaya kita sendiri.

      • In-group bias: Memihak kelompok yang kita anggap sejalan dengan kita.

      • Self-serving bias: Cenderung mengatribusikan kesuksesan kepada diri sendiri dan kegagalan kepada faktor eksternal.

      • Information bias: Memilih informasi yang sesuai dengan pandangan kita.

      • Dan masih banyak lagi

  3. Penangkalan Bias:

    • Mengurangi bias adalah tantangan. Perusahaan dan negara mulai menerapkan pelatihan untuk mengatasi bias, tetapi definisi bias seringkali kompleks dan sensitif.

    • Bhinneka Tunggal Ika dan pendekatan inklusif menjadi solusi untuk mengatasi bias dan memahami perspektif beragam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun