Kebijakan luar negeri Modi yang oportunis telah menempatkan India sebagai pemain global yang signifikan. Masa jabatannya telah memperlihatkan penguatan hubungan dengan Amerika Serikat dan sekutunya, seperti Jepang dan Australia, serta sikap hati-hati terhadap Tiongkok, terutama setelah konflik perbatasan pada tahun 2020.Â
Namun, pemerintahan Modi terus memupuk hubungan yang berbeda dengan Rusia, menyeimbangkan ikatan sejarah dan tekanan geopolitik kontemporer, atau sikap oportunisnya. Â Total Volume Perdagangan pada tahun 2022, dengan Rusia mencapai $50 miliar, dibandingkan dengan Amerika sebesar US$118 miliar, menunjukkan betapa tidak selarasnya India atau menunjukkan ambiguitas kebijakannya.Â
Banyak warga negara India bergabung dengan tentara bayaran Rusia, yang direkrut melalui agen atau propaganda media sosial. Belakangan beberapa di antaranya terluka parah selama dinas "tidak sukarela atau ketipu" mereka.Â
Situasi ini sangat memprihatinkan, dan Kementerian Luar Negeri India secara aktif berupaya untuk mengembalikan warga negaranya yang telah terbuai tipu untuk berpartisipasi dalam perang tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa perdagangan tersebut hanya bermaksud mengambil keuntungan dari pendekatan lunak AS namun dari sejarahnya saja masih condong ke Rusia.Â
Kebijakan ambiguitas India perlu diverifikasi karena perdagangan besar-besaran dengan Rusia hanya mengambil keuntungan dari sanksi ekspor yang buntu dari Rusia. Meskipun bagi Rusia hasil keuntungan perdagangan tersebut hanya dipakai untuk membiayai alat perang penghancur kota-kota di Ukraina.
Visi Ekonomi: Kontradiksi dan Aspirasi
India, di bawah kepemimpinan Modi, telah melampaui Tiongkok sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar dan memiliki pertumbuhan ekonomi terbesar yang paling cepat. Namun, perjalanan menuju kemakmuran ekonomi masih rumit. Inisiatif "Make in India" yang diusung Modi berupaya mengubah India menjadi kekuatan manufaktur namun menghadapi hambatan dalam pertumbuhan ekspor.Â
Pada saat yang sama, visi "India yang mandiri" bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan global, sebuah strategi yang terkadang bertentangan dengan tujuan integrasi global.
Posisi Modi dalam perlindungan pada kaum Minoritas sangat disangsikan dengan berbagai trik dan aksi fasis yang paling tidak memenangkan hati orang Hindu yang fanatik bukan yang sekuler, seperti yang dicita citakan oleh founding father India. Bahkan masa jabatan Modi juga memicu kontroversi signifikan mengenai tatanan sekuler India.Â
Transformasi yang dilakukannya atas Jammu dan Kashmir menjadi wilayah yang dikuasai pemerintah federal dan pembangunan sebuah kuil Hindu besar di lokasi yang disengketakan telah memicu kekhawatiran tentang marginalisasi umat Islam, yang merupakan 14% dari populasi India. Tahun-tahun mendatang kemungkinan besar akan menguji batas-batas agenda nasionalis Hindu Modi, menyeimbangkan dinamika koalisi dan kohesi masyarakat.
Gaya Pemerintahan yang menjadi kegundahan kaum pencinta demokrasi karena dipertentangkannya antara efisiensi vs. demokrasi, yang kedengarannya sangat dibuat buat dan hanya menjadi isu pembenaran atas pelanggaran sistem demokrasi India. Juga kepemimpinan Modi ditandai dengan reformasi yang berani dan sering kali bersifat sepihak, sehingga ia mendapatkan reputasi sebagai orang yang tegas tegas melanggar sistem demokrasi yang disetujui bersama.Â