Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Bukti di Pengadilan Trump Pakai & Bayar Bintang Porno Stormy Daniel

30 Mei 2024   03:05 Diperbarui: 30 Mei 2024   22:12 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Newsweek.com

Minggu ini semua menunggu dalam penantian penuh was was dan syak wasangka tentang kemungkinan putusan sidang kasus kriminal Trump. Bahkan, sebelum sidang putusan hari Rabu 29/5/24, terjadi protes atau demo dari 2 kubu antaranya kaum fanatik yang mati matian membela kekebalan hukum Trump, sebagai mantan presiden. 

Dan mereka ini berhadapan dengan kubu yang menginginkan keadilan untuk kesamaan derajat dimuka hukum, atau kesamaan derajat antara bekas presiden dan rakyat biasa di mata hukum.

Dari kubu yang menginginkan tegaknya hukum berlaku secara adil. Sang pembela hak rakyat sipil sekaligus aktor Robert De Niro juga ikut berorasi dalam demo Didepan gedung pengadilan New York, bahkan dengan sangat beraninya menghadapi secara langsung kelompok pembela Trump, seperti sedang melakukan akting di film drama beneran. 

Apa yang keluar dari pernyatan seorang De Niro, bintang film expressionist ini selalu diulang selama 13 tahun dalam kekecewaannya,  "Trump adalah seorang 'badut' dan sekaligus seorang 'monster' demikianlah yang diteriakkan De Niro dalam suasana demo diluar gedung pengadilan New York. Untuk melengkapi syarat Kompasiana, dalam halaman komen dikatakan saya harus mencantumkan sumber informasi ini dari mana?. Sebetulnya ini semua didapat hanya dari mendengarkan TV atau tune-in dari CNN, MSNBC, Fox, YouTube blog saya sendiri @iwanmurtionobrown, ditambah juga membaca koran Austin Statesman dan Wall Street Journal. 

Walaupun tidak ada kata kata yang tepat benar saklek mencontek sama sekali. bahwa menggunakan AI untuk membantu menulis juga termasuk harus saya ungkap, walaupun AI tidak bisa menulis dengan cara saya ini. Karena kalau menggunakan copy & paste AI, tulisan ini akan terbaca sangat kacau dan bukan lagi bahasa Indonesia yang biasa kita dengar. 

Demikian jembatan yang harus dibangun disini dan semoga menjadi maklum, karena saya juga mengerjakan monetisasi di YouTube yang menggunakan content policy berstandarkan kebebasan berekspresi yang lain dengan Kompasiana, juga quote yang digunakan semua stasiun TV ataupun media lain tidak harus dari orangnya langsung. 

Hanya saja kalau dikonfirmasi di internet atau AI akan ketemu yang mirip atau kalau sudah ditulis maka AI akan memperlakukan sebagai feed yang bagus untuk di adopsi dan akan keluar di AI LLM yang hasilnya mirip meniru feed yang kita berikan berupa Large Language Model yang diserap mengingat tugasnya sebagai machine learning. Jadi setelah ini jangan kaget kalau di AI nanti akan muncul tulisan ini.

Seperti biasanya Trump pasti tidak akan melewatkan kesempatan emas untuk tetap bisa viral dengan membalas layaknya anak yang saling ejek, dikatakan dikutip dari Truth Social, kalau De Niro menderita "incurable case of TRUMP DERANGEMENT SYNDROME" atau penyakit atau sindrom ketidakmampuan melihat Trump secara rasional. Bisa kalau Trump menulis di sosial medianya pasti tidak lupa menggunakan capital letters atau huruf besar. Diluar gedung pengadilan pun hari selasa 27/5/24 De Niro terlibat adu mulut dan saling teriak dengan pendukung militan Trump dalam aksi demo mereka dari kubu yang berbeda. 

Keributan ini dimulai ketika De Niro mulai membuka dialog dengan pendukung Trump yang jumlahnya tidak seberapa. Berikut adalah sebagian saja dari semua umpatan sang Aktor yang sampai sekarang masih aktif membuat berbagai film box office. Katanya "Aku ikut demo dan kalian harus berani menyuarakan kebenaran". Dilanjutkan "Kalau Trump kembali ke Gedung Putih, kebebasanmu pasti akan dirampas, tidak seperti sekarang kalian enak enak masih menikmati kebebasan, dia adalah badut Batman berbahaya yang kan jadi diktator selamanya."Seketika semua pendukung Trump mengerubuti aktor peraih Oscar ini. Karena terkepung dia berteriak "Berpikir kok caranya teriak dan ngepung?, aku tidak pernah takut cara Trump ini, aku tetap lawan kalian para gangster" Sangat terbukti siapa Robert De Niro, semua bakat aktingnya jadi keluar semua tanpa dikurangi sama sekali, memang layak menjadi bintang film sekaligus pembela kebebasan berkreasi seni atau kebebasan berekspresi.

Menurut arahan atau instruksi Hakim Juan Merchan, para juri mulai berunding mengenai segala pertimbangan teknis sebagai juri sekitar pukul 11:37 waktu New York  Hakim kemudian memanggil juri nomer 4 dan 6 untuk kembali dan mempelajari cara menggunakan laptop yang berisi bukti terkait persidangan. Halim melarang para juri untuk berunding secara individual, kecuali semua 12 juri menghadiri perundingan. Sidang ini akan berlangsung hingga pukul 4:30 sore waktu New York.

Menjelang jatuhnya vonis pengadilan Trump kelihatan sangat panik, terbukti dari sejumlah postingannya yang lebih dari 20 kali di Truth Social sejak dia meninggalkan ruang sidang, dan isi postingannya adalah copy & paste dan forward dari para komentator atau pakar hukum yang ramai sedang membuat konten dan pernyataan. Truth social adalah media sosial milik Trump pribadi yang sempat heboh dengan meme stock flation yang mencapai valuation $6.5B, setelah mendapat koreksi menjadi tinggal $0.5B, Social media ini semuanya memuat tentang keluh kesah Trump dan kehebatannya saja. 

Di dalam salah satu postingan yang berusaha dikesankan sensasional, Trump mengatakan, "Mustahil, Bunda Teresa saja pasti tidak dapat mematahkan tuduhan-tuduhan ini. Tuduhan tuduhan ini sangat jelas adalah fitnah belaka. Pokoknya semuanya fitnah!" Tentunya diposting ulang dari kelompok yang mendukung Trump. Walaupun banyak juga postingan dari kelompok yang anti atau mengkritik kemungkinan divonis bebasnya Trump dari kasus uang diam yang menjeratnya. Dalam postingan lainnya, 

Pengadilan kriminal New York mempunyai perbedaan dengan sistem pengadilan di Indonesia, salah satunya ada kekuasaan hakim untuk  memberikan instruksi juri, dalam hal ini bisa selama satu jam lebih. Hakim juga harus menjelaskan undang-undang yang dipermasalahkan, karena tak satupun juri pernah sekolah fakultas hukum. Hakim  juga harus  mengingatkan para juri untuk mengesampingkan segala bias pribadi, juga ditekankan bahwa para juri tidak perlu berusaha membuktikan kalau Trump bersalah atau tidak, karena beban pembuktian ada pada team jaksa penuntut. Biasanya para juri tidak pernah menerima salinan notulen dari instruksi tersebut, meskipun mereka akan diizinkan untuk meminta agar instruksi tersebut dibaca kembali jika diperlukan. Karena begitu mereka semua menyadari betapa pentingnya dan gentingnya kasus terbesar sepanjang masa ini, banyak juri yang membuat memorial dengan cermat saat Merchan berbicara.

Nantinya, para juri akan melengkapi atau dengan membahas 34 kasus dakwaan, yang diantaranya adalah fraudulent atau pemalsuan catatan bisnis mantan presiden ini dan perusahaannya. Ini semua akan dikaitkan dengan dengan pembayaran uang diam kepada aktor terkenal dalam film dewasa bernama Stormy Daniels menjelang akhir kampanye presiden tahun 2016. 

Trump telah berkali kali dalam setiap kampanyenya atau postingannya berusaha membela diri atau mengaku tidak bersalah atas tuduhan tersebut. Bahkan bersikeras mengaku bahwa Trump tidak pernah melakukan hubungan layaknya suami istri seperti yang dituduhkan. Dilain pihak, Stormy dalam kesaksian sebelumnya menceritakan dengan detail persis seperti yang dituangkan dalam bukunya berjudul "Full Disclosure" yang dikarang bersama Kevin O'Leary. diterbitkan tanggal 2/10/2018 oleh penerbit St. Martin's.

Sementara menurut jaksa penuntut yang akan membuat pernyataan penutup hari ini, karena tim pembela Trump sudah lebih dahulu membuat pernyataan penutup mereka hari Selasa 27/5/24 yang dipimpin oleh Todd Blanche. Dalam Closing Argument atau sanggahan penutupnya. dikatakan bahwa semua ini dikarenakan Michael Cohen bukanlah saksi yang legit berhubung dia adalah MVP of Liar atau Jawara Tipu. Selain menyebut Chohen the MVP of Liars juga ada kosa kata baru yang dipaksakan dan berharap menjadi kata viral atau trending dengan menyebut Cohen adalah GLOAT, Greatest Liar Of All Time. Kemudian disimpulkan, jadi bukan Trump yang melakukan tindakan kriminal semua ini, melainkan Michael Cohen, yang juga sekaligus melakukan pemalsuan dokumen, jadi Trump tidak terbukti mempunyai maksud kriminal. 

Walaupun Trump mengakui bahwa dialah yang membayar hutang uang diam yang dibayarkan Cohen tersebut. Semuanya sanggahan ini dikemukakan dengan harapan dapat menangkal dengan jitu tuduhan dan pembuktian jaksa tentang: 1) Semuanya ini terbukti dan ditulis hitam di atas putih sebagai pembukuan akuntansi yang malpraktek, 2) Pemalsuan catatan bisnis ini benar benar dimaksudkan untuk menutupi suatu konspirasi jahat dalam pemilu 2016, 3) Bahwa tertuduh akan dibuktikan terlibat dalam kegiatan kriminal.

Dalam agenda Hakim Merchan kemarin dikatakan bahwa persidangan direncanakan akan berakhir pada pukul 16.30. Lebih jauh hakim mengatakan, jadwal untuk besok dan hari Jumat akan tergantung pada status pertimbangan juri. Semua orang Amerika sangat antusias untuk terlibat dalam pengadilan ini dan dapat disimpulkan bahwa separuh penduduk mendukung Trump untuk dibebaskan saja mengingat dia mantan presiden dan harusnya kebal hukum, apapun caranya termasuk memaksa presiden sekarang Joe Biden untuk memberikan dia grasi tak bersyarat supaya Trump bisa menjadi Capres atau terpilih presiden mengalahkan Biden. 

Separuh pemilih Amerika menjadi tidak setuju. Karena ini preseden buruk demokrasi yang benar benar bebas atau liberalisme yang kebablasan karena tidak mengindahkan hukum yang berlaku. Demikian juga separuh jumlah pemilih di Amerika sudah cukup mengalami agenda kekacauan di masa kepresidenan Trump. Mereka terus mendorong dalam berbagai berita dan opini di TV maupun media online untuk menegakkan keadilan seperti yang diterapkan pada penduduk biasa tanpa pandang bulu dan tanpa dipengaruhi atau bias bahwa Trump adalah mantan presiden dan masih sebagai orang yang paling terkenal sedunia, bahkan banyak daya tariknya yang mampu memukau semua orang. Juga kabut bias yang dipakai Trump sebagai Capres terpilih dari partai Republic, akan seperti apakah pemilu ini kalau Trump dijebloskan dalam sel bersama para kriminal lainnya? Bukankah dia calon presiden terpilih dari partai Republic yang harus dipertimbangkan, karena membawa separuh jumlah pemilih di Amerika. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun