Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gagal Kuasai Natuna China Kena Karma, Tinggal 6 mil Green Barret Masuk China

29 Mei 2024   03:29 Diperbarui: 30 Mei 2024   23:01 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar CNN.com

Jadi mungkinkan mengirim pasukan perdamaian untuk mencegah perang atau memelihara perdamaian kawasan Laut China? Atau takut investor Nikel di Morowali pulang? Asas baru netralitas yang dianut negara dan setiap rakyat artinya kalau ada yang menyerang Natuna atau Singapore, maka kita sebaiknya netral aja, siapapun menyerang atau melanggar hukum internasional, maka kita akan selalu netral. Bagaimana dengan bunyi lagu Maju Tak Gentar yang selalu dinyanyikan dari tahun 45 sampai kembalinya Papua tahun 63, "Maju tak gentar, Membela yang benar", mungkinkah liriknya sudah diganti menjadi "Maju tak gentar, Netral itu benar?" Bagaimana cara ikut menertibkan dunia kalau netral saja? Belum alinea ke 4 pembukaan UUD 45 "ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial." Begitulah perintah konstitusi atau sumber dari segala aturan termasuk aturan berucap sebagai Kemenlu ataupun presiden harus mencerminkan konstitusi atau membela konstitusi.

China dalam melakukan eskalasi militer tampaknya semakin memahami negara mana saja yang bisa didesak dan digusur mundur terus dengan menerapkan cara uji nyali dan taktik apapun supaya bisa makin luas batasnya. Dipihak yang didesak mundur, ada yang  perlawanannya mengerahkan kekuatan pertahananya secara total, bahkan melibatkan nelayan sipilnya dan membuat aliansi pertahanan dengan negara yang bisa mampu melawan kedigdayaan China. Seperti angkatan laut Amerika yang melek hukum laut internasional dan mempunyai moncong senjata mematikan. Bahkan ada yang sampai membuat multi aliansi negara, seperti Jepang, Taiwan, Filipina,  India, Korea, Amerika, dan Australia, 

Anehnya China mengirim pelaut, balon pengintai maupun pesawat China hanya untuk mencobai batas nyali dan etika pesawat dan kapal Amerika. Dalam mencobai Amerika tidak dalam misi mencoba merebut pulau milik Amerika, karena mereka sadar akan yakin akan kemampuan yang mungkin akan membinasakan, seperti kasus balon udara pengintai yang mirip balon riset cuaca. China juga tahu kalau teknologi perangnya banyak yang dari hasil mencuri blue print teknologi Amerika, sehingga mereka maklum akan teknologi KW yang tidak berkemampuan seperti aselinya.

Kapal dan pesawat Amerika tidak pernah takut untuk berlayar di perairan internasional sesuai hukum 12 mil batas perairan yang berlaku, dan selalu berusaha untuk mengingatkan batasan ini dengan cara melayarinya atau menerbangi daerah yang mau di haki China, demi penegakan hukum internasional. Sudah adakah negara yang berani menegakkan hukum internasional seperti ini, yang sengaja terbang di zona internasional mendekati batas negara lain demi menegakkan hukum internasional atau menjadi polisi dunia? Apakah ada salah satu negara di dunia yang mengapresiasi cara polisi dunia ini menjaga hukum internasional?  Tidak ada karena semua negara kecil korban propaganda Rusia dan China menjadi merasa dihantui atau dimata matai oleh kapal dan pesawat Amerika, walaupun mereka menggunakan jalur yang sesuai dengan hukum internasional. Logikanya dimata matai atau diteror seolah olah berlebihan, dibanding diserang dan dicaplok yang malah menjadi rutinitas di seberang perbatasan China.

Ada perkecualian pada semua negara maju dan negara kaya dan mengerti apa artinya keamanan secara gratis, bahkan seperti memiliki sentra industri disekitar pangkalan ribuan tentara Amerika yang membutuhkan makan minum dan kebutuhan sehari hari. Semua negara maju, dari Inggris, EU, Turkey, Jepang, Korea dan Filipina yang welcome dengan dukungan patroli dan latihan perang berkala. Semakin maju negara seperti Jerman dan dan Inggris maka semakin mengerti dan yakin kemanan yang dijamin pasukan Amerika atau latihan perang bersama dan berbagi data intelligent. Inilah yang diminta atau ditawarkan oleh Taiwan sejak tekanan oleh China semakin intens, sampai dibuatkan peraturan untuk melibatkan pasukan tempur Amerika dalam menjaga kedaulatan Taiwan yang disebut NDAA atau National Defense Authorization Act. Untuk Amerika ini adalah yang ditunggu tunggu dalam usaha mendesak China lebih masuk kedalam lagi dan menyatakan diri masih menjadi polisi dunia yang lebih harus mengganggu dibanding China, persis seperti bullying. 

Amerika melihat kekuatan China sudah mulai disalah gunakan secara semena mena, dan juga jumawa terhadap semua negara diperbatasan darat dan lautnya, seperti Indonesia, terutama Taiwan yang diklaim sebagai salah satu propinsinya secara sepihak. Semua negara bukannya terkejut melainkan mulai meratifikasi bahwa Taiwan adalah bagian China. Apakah ratifikasi ini sudah cukup buat China? Ternyata China masih menginginkan untuk menjadi besar, sebesar mungkin seperti Rusia. Ini dimulai dengan membuat klaim batas perairan 9 dash mile yang diinspirasikan oleh Wang Ying pada tahun 1946. Walaupun pada waktu itu 9 dash mile ini adalah target perlindungan laut dalam di depan negara China dan gunanya murni hanya untuk kemanusiaan dan tidak untuk merebut dan mencaploki pulau pulau disitu, menurut Wang Ying. Propaganda konspirasi yang keliru dan diulang ulang secara terus menerus membuat Xi Jinping pun senang hati untuk berkomitmen mewujudkannya supaya China sekarang menjadi semacam emporium China raya kalau terlaksana. Padahal inti essensi kemanusiaannya tidak pernah diterapkan, malah sebaliknya menerapkan aturan utama angkatan lautnya dan nelayan sipil adalah menggunakan kekerasan bila ketemu nelayan atau kapal apapun yang melewatinya. Layaknya enforcing standard hukum laut China, semuanya bisa diambil dan disikat habis. 

 Amerika yang punya mata dan telinga di Beijing mulai menganalisa data intelligent ini dan mulai membuat strategi, salah satunya didoronglah militer China untuk melakukan agresi ofensif ke Taiwan,  strategy selanjutnya dibuatlah kunjungan speaker Pelosi di Taiwan 2/8/22 untuk makin mendorong konflik terpanas. Pelosi mulai berunding dengan presiden Tsai tentang perlunya peningkatan pertahanan sebesar besarnya dan akan dibantu dengan menghadirkan ribuan pasukan tempur Amerika disekitar Taiwan dan Filipina. Pancingan kunjungan Speaker Pelosi berhasil membuat China semakin mantab dalam berusaha dan membuat banyak latihan perang seakan mencaplok Taiwan. Sampai sekarang Xi masih bermimpi mencaplok Taiwan dan bahkan sudah menjadi obsesinya beserta semua militer China. Mimpi ini senantiasa sangat mengkhawatirkan Taiwan, dan segera saja ingin menghabisi mimpi buruk ini dengan meresmikan kerjasama militer dan bahkan memberikan lokasi pulau terdekat dengan China untuk menjadi pangkalan the US Green Barret. Bagi pembuat strategi check and balance kekuatan militer China, ini adalah usaha yang berhasil  dan impian China sekarang menjadi tinggal impian saja, karena semua matra angkatan sudah ada di Taiwan, termasuk dengan gagahnya pasukan Green Barret ditempatkan dipulau pulau Kinmen-Penghu yang jaraknya hanya 6 miles dari daratan China. Artinya daratan China menjadi mudah diakses, diintai dan didata atau diantisipasi apa saja gerakannya, berapa tentara yang akan dihadapi dan alat tempur apa yang dipasang. Sekarang menjadi berbalik, lagi dan sekali lagi seperti biasanya militer tempur Amerika malah sudah mengancam China. Itulah fungsi polisi dunia untuk melakukan disrupsi dan deterent pada setiap gerakan ekspansi dan kolonisasi tentara PRC dan Rusia.

China juga tiak tinggal diam menyerah, maka mereka menggunakan pengetahuan bahwa Amerika mempunyai hukum yang jelas dan ini menjadi celah untuk mengambil keuntungan dari hukum yang saklek ini. Maka dengan berbagai cara dilakukan, untuk test hukum ini, apakah konsisten dan apakah punya vulnerability atau kerentanan celah hukum yang bisa dimanfaatkan. Dalam hal ini termasuk pengiriman mata mata, polisi, tentara dan membuat kantor polisi China di New York gunanya untuk memberangus, mengintimidasi, menculik atau menghilangkan para pemrotes yang dalam melakukan protes viralnya dari tempat perlindungan sanctuary di Amerika.

Taktik mencobai terus secara aktif melibatkan nelayan sipil China dan kapal perang PRC yang jumlahnya jauh melebihi kekuatan negara sekitarnya menjadi sudah biasa atau dibiasakan, sehingga kalau sampai membangun pulau buatan untuk pangkalan militer yang membentuk garis perbatasan baru seperti di pulau spratly. Garis perbatasan ini senantiasa berusaha digeser maju terus, seperti garis perbatasan dengan India yang makin maju terus. Pasukan Tiongkok dan India terlibat dalam perang kecil, mulanya penjaga perbatasan PLA memancing dengan huru-hara agresif (5/5/2020), pertarungan, dan pertempuran kecil, kemudian menjalar ke berbagai lokasi di sepanjang perbatasan Tiongkok-India, termasuk di dekat Danau Pangong yang disengketakan di Ladakh dan Daerah Otonomi Tibet, dan di dekat perbatasan antara Sikkim dan Daerah Otonomi Tibet. 

Main geser dan usaha patriotik tentara PLA ini sangat tidak logis, mengingat wilayah luas China yang hampir mencapai Eropa tidak disejahterakan dulu oleh tentara PLA. Mengapa tentara dan pelaut sipil China malah mencari masalah dengan tetangga lainnya dan tidak memprioritaskan kesejahteraan rakyat yang di pegunungan atau yang sedang dikerjai seperti minoritas Uighur?

Dengan Indonesia dimulai dengan konfrontasi dengan perahu sipil maupun angkatan laut PLA di perairan Natuna yang mengusir nelayan Indonesia supaya tidak mengambil ikan di dalam radius 9 dash miles. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun